Kategori agama (spritual) dan moral adalah dua hal yang berhubungan erat dengan kebudayaan dan peradaban. Kedua hal itu juga berperan penting dalam mengagungkan kebudayaan dan peradaban. Sebagian besar pemikir kontemporer sepakat bahwa meski Barat sukses di bidang teknologi dan sains, tapi terpuruk dari sisi moral. Dengan ungkapan lain, Barat dari sisi peradaban sama sekali tidak berkembang, bahkan malah terjebak dalam dekadensi. Sebagian besar pemikir juga meyakini bahwa peradaban Barat terpuruk karena tidak perhatian pada moral dan spritual.
Dalam kacamata orang-orang Barat yang benar-benar haus akan sentuhan spritual dan moral memandang Islamlah yang mampu memberikan kesegaran dan ketentraman pada mereka. Tapi dalam kacamata mereka yang anti Islam dan tak sadar akan kelemahannya, Islam dipandang sebagai ancaman yang paling besar. Seperti komentar seorang pakar politik Harvard, Samuel Hunthington dalam wawancaranya dengan majalah TIME (1993). Ia mempridiksikan di masa mendatang (pasca runtuhnya blok Timur), Islam satu-satunya peradaban yang akan konfrontasi dengan Barat. Jika kita cermati, setidaknya ada dua hal yang mendorong politikus ternama AS ini untuk menyatakan demikian, yaitu:
1. Kekhawatirannya akan bahaya menimpa peradaban Barat modern yang memang sudah di ambang kehancuran.
2. Ia telah melihat sendiri fenomena-fonomena yang terjadi di dunia saat ini khususnya dunia Islam, yaitu fenomena kebangkitan Islam kembali.
Fenomena di tanah air sendiri menjustifikasikan indikator-indikator tersebut Timbulnya Wa’yul islami (kesadaran akan nilai-nilai Islam) pada ummat yang ditandai dengan harakah-harakah Islamiyah, pengkajian, seminar,diskusi, simposium di kampus-kampus, masjid, pesantren dan tempat lainnya. Semaraknya di kalangan muslimah untuk berjilbab. Di bidang perekonomian ditandai dengan dibangunnya bank-bank yang berbasis syaria’h. Di bidang politik juga ditandai dengan hijaunya parlemen.
Semua fenomena ini patut kita jadikan dorongan untuk memberikan andil dalam rangka membangkitkan kembali peradaban Islam. Tentu saja yang memegang peranan penting dalam hal ini adalah pemuda Muslim.
Kapan dan berapa lama sebuah peradaban besar biasanya bertahan sebelum dikalahkan oleh peradaban besar lainnya. Kapan dan berapa lama sebuah bangsa mencapai klimaks kebangkitan/zaman keemasannya?. Sebuah peradaban besar akan bertahan beberapa abad. Peradaban besar itu adalah buah produk pencapaian alam pikir dari sebuah paradigma baru yang lazimnya dibangun oleh satu tangan generasi yang berhasil mencapai klimaks zaman keemasannya. Dan produk pencapaian alam pikir itu berawal dari sebuah grand strategi yang disusun/dipersiapkan beberapa tahun oleh elite suatu bangsa, khususnya generasi muda yang mempunyai kesadaran intelektual, kritis, dinamis, dan progresif.
Sebagai perdaban besar Islam telah lama mengundang rasa penasaran (cuiriouscity) para ahli dalam kajian Islam, sehingga di belahan bumi manapun Islam akan dikaji, baik sebagai sebuah ilmu pengetahuan maupun sebagai praktik kehidupan yang sesuai dengan fitrah dan semangat kemanusiaan.
Kajian akademis terhadap Islam dari klasik hingga modern telah membuka peradaban baru. Bahkan menimbulkan disiplin umum yang dikenal dengan Orientalisme. Dimana orang luar Islam memperbincangkan Islam baik sebagai ajaran maupun sebagai fenomena sosial. oksidentalisme dimana kita timur islam dalam melihat islam itu sendiri dan timur islam dalam melihat barat. Demikian juga tidak ketinggalan orang muslim yang menganut ajaran Islam bagaimana mengimplementasikan nilai-nilai Islam baik sebagai idelologi gerakan sosial, budaya, politik, dan ekonomi, upaya mencapai keadilan dan kesejahteraan, dengan semangat keislaman ramatan lil alamin, sebagaimana generasi terdahulu menjalankannya.
Sebagai generasi muda kita harus mengetahui dan mereformulasikan berbagai disiplin ilmu yang dikembangkan untuk mengkaji dan mendalami Islam sebagai fenomena sosial. Berbagai pendekatan kajian Islam dilakukan, berbagai metodologi dikembangkan sedemikian rupa untuk mengkaji relevansi Islam dengan peradaban yang saat ini berkembang, bahkan peradaban yang saat ini dinikmati tidak lepas dari sumbangan besar umat Islam dalam menjalankan agamanya.
Ada banyak kemungkinan yang terbuka tentang kajian Islam sebagai subyek dan metode-metode termasuk peran Islam sebagai kekuatan peradaban kultural dari perbedaan yang besar, meningkatnya partisipasi publik dalam masyarakat muslim oleh kaum perempuan yang memberikan kontribusi dan peran strategis, sejarah peradalaman muslim , sistem pertanian dan orang-orang pegunungan dari dunia muslim dan berbagai interaksi baru di antara umat muslim sekarang yang tinggal di negara-negara Barat yang sudah mulai menemukan jalan kebenaran dan hidayah karena pemanfaatan rasionya dalam mengkaji ilmu pengetahuan.
Dr. Muhammad Manzoor Alam dalam bukunya “Peran Pemuda Muslim Dalam Rekonstruksi Dunia Kontemporer” menyebutkan bahwa tantangan umum bagi pemuda Muslim di dunia kontemporer adalah “membangkitkan kembali Peradaban Islam”. Menyimak kata “kebangkitan”, memberikan suatu indikasi bahwa sebelum kejatuhannya pernah berjaya. “Kebangkitan Peradaban Islam” dapat disederhanakan dengan arti timbulnya kembali nilai-nilai Islam dan mewarnai dalam kehidupan ummat di dunia. Memang, tujuh abad pertama kaum Muslimin pernah mencapai masa keemasan dan tujuh abad berikutnya mengalami kemunduran.
Tanda-tanda kebangkitannya kembali semakin jelas. Sekarang permasalahannya adalah “bagaimana peradaban dan panji-panji Islam itu seharusnya dibangkitkan dan diaktualisasikan atau bagaimana seharusnya merealisasikan kalimat al Islaamu Ya’lu Wala Yu’la ‘Alaih”?
Peradaban dan panji-panji Islam akan bangkit tergantung kepada revolusi intelektual yang memerlukan perencanaan matang dengan memperhatikan kepentingan bersama. Kemudian menyusun strategi dan sasaran yang tepat. Untuk mengaktualisasikan kebangkitan Islam, pemuda Muslim harus menyusun skala prioritas yang merujuk kepada al-Qur’an dan Sunnah Shahihah. Ijtihad dan jihad adalah dua point yang tepat dalam kontek ini.
Peran lain yang harus dilakukan oleh pemuda Muslim adalah untuk memberikan warna (Shibghah) Islam dalam kehidupannya sehari-hari. Pemuda Muslim harus mempunyai wawasan pengetahuan yang tinggi dan baik-baik tentang keislaman maupun ilmu penunjang lainnya. Pemuda Muslim harus merancang suatu landasan berwawasan progresif dan dinamis yang akan memberikan tempat berpijak demi kemajuan dan peradaban Islam masa sekarang dan mendatang.
Kemudian yang tidak kalah pentingnya dari peran dan tugas tersebut adalah mengetahui akar penyebab kemunduran ummat Islam. Dalam hal ini masih menurut Dr. Muhammad Manzoor Alam, bahwa kurangnya penguasaan ilmu pengetahuan akar penyebab timbulnya permasalahan tersebut. Jadi, dengan kata lain, penguasaan ilmu pengetahuan dan islamisasi ilmu pengetahuan merupakan prasyarat untuk melanjutkan rekonstruksi Peradaban Islam itu. Di samping kurangnya penguasaan ilmu pengetahuan, ada satu hal yang sangat fundamental tentang penyebab kemunduran Peradaban Islam ini; yaitu mereka (kaum Muslimin) telah meninggalkan atau dijauhkan dari nilai-nilai ajaran al-Qur’an dan as-Sunnah.
Dalam bahasa sederhananya kaum Muslimin tidak lagi menjadikan nilai-nilai Islam dalam kehidupan sehari-hari. Karena itu, tugas pemuda dalam membangkitkan kembali peradaban Islam bukanlah tugas yang mudah. Mereka harus siap untuk tempur dalam menjawab tantangan-tantangan yang ada. Tantangan-tantangan itu beragam.
Kita sebut saja seperti tantangan ideologi, tantangan modernitas, tantangan invasi ekonomi politik, dan kebudayaan, eksploitasi kekayaan alam, tantangan arus globalisasi dan informasi, dan masih banyak tantangan lainnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar