KISAH NABI ISA a.s.
Matahari tampak akan tenggelam, angin pun bertiup sepoi-sepoi di
sekitar pepohonan. Harum semerbak mulai memenuhi mihrab Maryam. Bau itu
menembus jendela mihrab dan mengepakkan sayapnya di sekeliling gadis perawan
yang khusyuk dalam solat tanpa seorang pun mendengar suaranya. Maryam merasa
bahawa udara dipenuhi dengan bau harum yang mengagumkan. Ia kembali melakukan
solatnya dengan khusyuk dan mengungkapkan syukur kepada Allah SWT.
Seekor burung hinggap di jendela mihrab. Ia mengangkat paruhnya
ke atas dan mengarahkan ke matahari serta mengepakkan kedua sayapnya lalu ia
terjun ke air dan mandi di dalamnya. Kemudian ia terbang ringan di sekitamya.
Maryam ingat bahawa beliau lupa untuk menyirami pohon mawar yang tumbuh secara
tiba-tiba di tengah dua batu yang tumbuh di luar masjid. Maryam menyelesaikan
solatnya lalu ia keluar dari mihrab dan menuju pohon. Belum selesai beliau
siap-siap untuk keluar sehingga para malaikat memanggilnya:
"Hai Maryam, sesungguhnya Allah telah memilih kamu,
menyucikan kamu dan melebihkan kamu atas segala wanita di dunia (yang semasa
dengan kamu)." (QS. Ali 'Imran: 42)
Maryam berhenti dan tampak wajahnya yang pucat dan semakin
bertambah. Mihrab itu dipenuhi dengan kalimat-kalimat para malaikat yang
memancarkan cahaya. Maryam merasa bahawa pada hari-hari terakhir terdapat
perubahan pada suasana rohaninya dan fiziknya. Di tempat itu tidak terdapat
cermin sehingga ia tidak dapat melihat perubahan itu. Tetapi ia merasa bahawa
darah, kekuatan dan masa mudanya mulai meninggalkan tempatnya dan digantikan
dengan kesucian dan kekuatan yang lebih banyak. Beliau menyedari bahawa ia
sedang gugup. Beliau merasakan kelemahan manusiawi dan adanya kekuatan yang
luar biasa. Setiap kali tubuhnya merasakan kelemahan, maka bertambahlah
kekuatan dalam rohnya. Perasaan yang demikian ini justru membangkitkan
kerendahan hatinya. Maryam mengetahui bahawa ia akan memikul tanggung jawab
besar.
"Dan (ingatlah) ketika malaikat (Jibril) berkata:
'Hai Maryam, sesungguhnya Allah telah memilih kamu, menyucikan kamu dan
melebihkan kamu atas segala wanita di dunia (yong semasa dengan kamu)."
(QS. Ali 'Imran: 42)
Dengan kalimat-kalimat yang sederhana ini Maryam memahami bahawa
Allah SWT telah memilihnya dan menyucikannya dan menjadikannya penghulu para
wanita dunia. Beliau adalah wanita terbesar di dunia. Para malaikat kembali
berkata kepada Maryam:
"Hai Maryam, taatlah kepada Tuhanmu, sujud dan
rukuklah bersama orang-orang yang ruku." (QS. Ali 'Imran: 43)
Perintah tersebut ditetapkan setelah adanya berita gembira agar
beliau meningkatkan kekhusyukannya, sujudnya, dan rukuknya kepada Allah SWT.
Maryam lupa terhadap pohon mawar dan beliau kembali solat. Maryam merasakan
bahawa sesuatu yang besar akan terjadi padanya. Beliau merasakan hal itu sejak
beberapa hari, tetapi perasaan itu semakin menguat saat ini.
Matahari meninggalkan tempat tidurnya sementara malam telah
bangkit sedangkan bulan duduk di atas singgahsananya di langit dan di
sekelilingnya terdapat awan-awan yang indah dan putih. Kemudian datanglah
pertengahan malam dan Maryam masih sibuk dalam solatnya. Beliau menyelesaikan
solatnya dan teringat pohon mawar itu lalu beliau membawa air di suatu bejana
dan pergi untuk menyiramnya.
Pohon mawar itu tumbuh di antara dua batu di tempat yang tidak
jauh dari masjid yang hanya ditempuh beberapa langkah darinya. Tempat itu jauh
dari jangkauan manusia sehingga tak seorang pun mendekatinya. Tempat itu sudah
dijadikan tempat yang khusus bagi Maryam untuk melakukan solat di dalamnya atau
beribadah. Maryam mendekati pohon mawar itu dan menyiramnya. lalu beliau
meletakkan bejana, kemudian ia memikirkan pohon mawar itu di mana tangkainya
semakin panjang pada dua malam yang dilaluinya.
Tiba-tiba, Maryam mendengar suara derap kaki yang menggoncang
bumi. Beliau tidak mendengar suara kaki yang berjalan, tetapi beliau mendengar
suara kaki yang menetap di atas batu serta pasir. Maryam merasakan ketakutan.
Ia merasakan bahawa ia tidak sendirian. Ia menoleh ke sebelahnya namun ia tidak
mendapati sesuatu pun. Kemudian kedua matanya mulai berputar-putar dan
memperhatikan suatu cahaya yang berdiri di sana. Maryam gementar ketakutan dan
menundukkan kepalanya. Maryam berkata dalam dirinya, siapa gerangan orang yang
berdiri di sana. Maryam memandang kepada wajah orang asing itu, dan menyebabkan
ia gelisah. Wajah orang itu sangat aneh, di mana dahinya bercahaya lebih
daripada cahaya bulan. Meskipun kedua matanya memancarkan kemuliaan dan
kebesaran tetapi wajah orang itu justru menggambarkan kerendahan hati yang
mengagumkan.
Pandangan pertama yang di lihat oleh Maryam kepada orang itu
mengisyaratkan, bahawa orang itu memiliki kemuliaan yang diperoleh orang yang
menyembah Allah SWT selama jutaan tahun. Maryam bertanya kepada dirinya, siapa
gerangan orang ini? Kemudian seakan- akan orang asing itu membaca fikiran
Maryam dan berkata: "Salam kepadamu wahai Maryam." Maryam dibuat
terkejut mendengar adanya suara manusia di depannya. Maryam berkata sebelum
menjawab salamnya:
"Sesungguhnya aku berlindung daripadamu kepada Tuhan
Yang Maha Pemurah, jika kamu seorang yang bertakwa." (QS. Maryam: 18)
Maryam berlindung di bawah lindungan Allah SWT dan ia bertanya
kepadanya, "Apakah engkau manusia yang mengenal Allah SWT dan bertakwa
kepadanya?" Kemudian orang itu tersenyum dan berkata:
"Sesungguhnya aku ini hanyalah seorang utusan
Tuhanmu, untuk memberimu seorang anak laki-laki yang suci." (QS. Maryam:
19)
Orang asing itu belum selesai menyampaikan kalimatnya sehingga
tempat itu dipenuhi cahaya yang menakjubkan yang tidak menyerupai cahaya
matahari, cahaya bulan, cahaya lampu, cahaya lilin bahkan cahaya api. Di sana
terdapat cahaya yang sangat jernih. Kemudian terngianglah di kepala Maryam
kalimat: "Aku adalah seorang utusan Tuhanmu." Kalau begitu,
dia adalah penghulu para malaikat, Ruhul Amin (Jibril) yang telah berubah wujud
menjadi manusia.
Maryam mengangkat kepalanya dengan gementar menahan luapan
cinta. Jibril berdiri di depannya dalam bentuk manusia. Maryam memperhatikan
kejernihan dahinya dan kesucian wajahnya. Benar apa yang diduganya bahawa
Jibril memiliki kemuliaan yang diperoleh orang yang menyembah Allah SWT selama
jutaan tahun. Kemudian Maryam mengingat kembali kalimat-kalimat yang diucapkan
Jibril. Malaikat itu telah mengatakan bahawa ia adalah utusan Tuhannya, dan ia
telah datang untuk memberi Maryam seorang anak laki-laki yang suci. Maryam
ingat bahawa dirinya adalah seorang perawan yang belum tersentuh oleh seorang
pun. Ia belum menikah dan belum dilamar oleh seseorang pun, maka bagaimana ia
melahirkan anak tanpa melalui pernikahan. Fikiran- fikiran ini
berputar-berputar di kepala Maryam lalu ia berkata kepada Jibril:
"Maryam berkata: Bagaimana akan ada bagiku seorang
anak laki-laki, sedang tidak pernah seorang manusia pun menyentuhku dan aku
bukan (pula) seorang penzina!" (QS. Maryam: 20)
Jibril berkata:
"Demikianlah Tuhanmu berfirman: 'Hal itu adalah mudah
bagi-Ku; dan agar dapat Kami menjadikannya suatu tanda bagi manusia sebagai
rahmat dari Kami; dan hal itu adalah suatu perkara yang sudah
diputuskan."' (QS. Maryam: 21)
Maryam menerima kalimat-kalimat Jibril. Tidakkah Jibril berkata
kepadanya bahawa ini adalah perintah Allah SWT dan segala sesuatu yang
diperintahkan-Nya pasti akan terlaksana. Kemudian, mengapa ia harus (ketika)
melahirkan tanpa disentuh oleh seorang manusia pun. Bukankah Allah SWT
menciptakan Nabi Adam tanpa seorang ayah dan seorang ibu? Sebelum diciptakannya
Nabi Adam tidak ada lelaki dan wanita. Hawa diciptakan dari Nabi Adam dan ia
pun diciptakan dari laki-laki, tanpa perempuan.
Biasanya manusia diciptakan melalui pasangan laki-laki dan
perempuan; biasanya ia memiliki ayah dan ibu, tetapi mukjizat terjadi ketika
Allah SWT menginginkannya untuk terjadi. Kemudian Jibril meneruskan
pembicaraannya:
"Sesungguhnya Allah menggembirakan kamu (dengan
kelahiran seorang putera yang diciptakan) dengan kalimat (yang datang) dari-
Nya, namanya al-Masih Isa putera Maryam, seorang yang terkemuka di dunia dan di
akhirat dan termasuk orang-orang yang didekatkan (kepada Allah), dan dia
berbicara dengan manusia dalam buaian dan ketika sudah dewasa, dan dia termasuk
di antara orang-orang yang soleh." (QS. Ali 'Imran: 45-46)
Kehairanan Maryam semakin bertambah. Betapa tidak, sebelum
mengandung anak itu di perutnya ia telah mengetahui namanya. Bahkan ia
mengetahui bahawa anaknya itu akan berbicara dengan manusia saat ia masih
kecil. Sebelum Maryam menggerakkan lisannya untuk melontarkan pertanyaan lain,
Jibril mengangkat tangannya dan mengerahkan udara ke arah Maryam. Kemudian
datanglah hembusan udara yang bercahaya yang belum pernah di lihat sebelumnya
oleh Maryam. Lalu cahaya tersebut ke jasad Maryam dan memenuhinya. Tak sempat
Maryam melontarkan pertanyaan yang lain, Jibril yang suci telah pergi tanpa
meninggalkan suara.
Udara yang dingin telah bergerak dan Maryam pun tampak
menggigil. Maryam segera kembali ke mihrabnya. Ia menutup pintu mihrab dan ia
tenggelam dalam solat yang khusyuk dan ia pun menangis. Maryam merasakan
kegembiraan, kebingungan dan kegoncangan serta kedamaian yang dalam. Kini,
Maryam tidak lagi sendirian. Sejak Jibril meninggalkannya, ia merasakan bahawa
ia tidak lagi sendirian. Ia menggerakkan tangannya yang dipenuhi dengan cahaya,
kemudian cahaya ini berubah di dalam perutnya menjadi anak, seorang anak yang
akan menjadi kalimat Allah SWT dan roh-Nya yang diletakkan pada Maryam. Ketika
anak itu besar, ia akan menjadi seorang rasul dan nabi yang ajarannya dipenuhi
dengan cinta dan kasih sayang.
Maryam di malam itu tidur dengan nyenyak dan ia bangun di waktu
Subuh. Belum lama ia membuka kedua matanya sehingga ia dibuat terkejut ketika
melihat mihrab dipenuhi dengan buah-buahan yang sebenarnya tidak lagi musim.
Maryam heran melihat hal itu. Ia mulai mengingat apa yang telah terjadi padanya
kelmarin, yaitu bagaimana kejadian saat menyiram pohon mawar, bagaimana
pertemuannya dengan malaikat Jibril, bagaimana Allah SWT meniupkan kalimat-Nya
padanya, bagaimana ia kembali ke mihrab, dan bagaimana tidurnya yang nyenyak.
Maryam berkata kepada dirinya sambil melihat buah-buahan yang banyak: Apakah
aku akan memakan sendirian buah-buahan ini. Kemudian ada suara dalam dirinya
yang berkata: "Engkau tidak lagi sendirian wahai Maryam. Kini, engkau
bersama Isa. Engkau harus makan dengan baik. Dan Maryam mulai makan.
Lalu berlalulah hari demi hari. Kandungan Maryam berbeza dengan
kandungan umumnya wanita. Ia tidak merasakan sakit dan tidak merasa berat; ia
tidak merasakan sesuatu telah bertambah padanya dan perutnya tidak membuncit
seperti umumnya wanita. Alhasil, kehamilan yang dialaminya dipenuhi dengan
nikmat yang baik. Datanglah bulan yang ke sembilan. Ada sebahagian ulama yang
mengatakan bahawa Maryam tidak mengandung Isa selama sembilan bulan, tetapi ia
melahirkannya secara langsung sebagai mukjizat.
Pada suatu hari, Maryam keluar ke suatu tempat yang jauh. Ia
merasa bahawa sesuatu akan terjadi hari itu. Tetapi ia tidak mengetahui hakikat
sesuatu itu. Kakinya membimbingnya untuk menuju tempat yang dipenuhi dengan
pohon kurma. Tempat itu tidak biasa dikunjungi oleh seseorang pun kerana saking
jauhnya; tempat yang tidak diketahui oleh seseorang pun kecuali Maryam.
Tak seorang pun yang mengetahui Maryam bahawa sedang hamil dan
ia akan melahirkan. Mihrab yang menjadi tempat ibadahnya selalu tertutup.
Orang-orang mengetahui bahawa Maryam sedang sibuk beribadah dan tidak ada
seorang pun yang mendekatinya. Maryam duduk beristirahat di bawah pohon kurma
yang besar dan tinggi. Maryam mulai merasakan sakit pada dirinya, dan rasa
sakit tersebut semakin terasa. Akhirnya, Maryam melahirkan:
"Maka rasa sakit akan melahirkan anak memaksa ia
(bersandar) pada pangkal pohon kurma, ia berkata: 'Aduhai alangkah baiknya aku
mati sebelum ini, dan aku menjadi sesuatu yang tidak berarti, lagi
dilupakan." (QS. Maryam: 23)
Rasa sakit saat melahirkan anak yang dialami wanita suci ini
menimbulkan penderitaan-penderitaan lain yang segera menantinya. Bagaimana
manusia akan menyambut anaknya ini? Apa yang mereka katakan tentangnya?
Bukankah mereka mengetahui bahawa ia adalah wanita yang masih perawan?
Bagaimana seorang gadis perawan bisa melahirkan? Apakah manusia akan
membenarkan Maryam yang melahirkan anak itu tanpa ada seseorang pun yang
menyentuhnya? Kemudian pandangan-pandangan keraguan mulai menyelimutinya.
Maryam berfikir bagaimana reaksi manusia kepadanya dan bagaimana perkataan
mereka terhadapnya sehingga hatinya dipenuhi dengan kesedihan. Belum lama
Maryam membayangkan dan meminta agar ia dimatikan dan dilupakan, tiba-tiba anak
yang baru lahir itu memanggilnya:
"Janganlah kamu bersedih hati, sesungguhnya Tuhanmu
telah menjadikan anak sungai di bawahmu. Dan goyanglah pangkal pohon kurma itu
ke arahmu, nescaya pohon itu akan mengugurkan buah kurma yang masak kepadamu
makan, minum dan bersenang hatilah kamu. Jika kamu melihat seorang manusia,
maka katakanlah: 'Sesungguhnya aku telah bernazar berpuasa untuk Tuhan Yang
Maha Pemurah, maka aku tidak akan berbicara dengan seorang manusia pun pada
hari ini.'" (QS. Maryam: 24-26)
Maryam melihat al-Masih yang tampan wajahnya. Wajahnya tidak
kemerah-merahan dan rambutnya tidak keriting seperti anak-anak yang lahir di
saat itu, tetapi ia berkulit lembut dan putih. Anak itu diselimuti dengan
kesucian dan kasih sayang; anak itu berbicara kepada Maryam agar ia
menghilangkan kesedihannya dan meminta padanya agar menggoyangkan batang-batang
pohon kurma supaya jatuh darinya sebahagian buahnya yang lazat dan Maryam dapat
memakan dan meminum darinya sehingga hatinya pun penuh dengan kedamaian serta
kegembiraan dan tidak berfikir tentang sesuatu pun. Jika Maryam melihat atau
menemui manusia, maka hendaklah ia berkata kepada mereka bahawa ia bernazar
kepada Allah SWT untuk berpuasa dan tidak berbicara kepada seseorang pun.
Maryam melihat al-Masih dengan penuh kecintaan. Anak itu baru
dilahirkan beberapa saat tetapi ia langsung memikul tanggung jawab ibunya di
atas pundaknya. Selanjutnya, ia akan memikul penderitaan orang-orang fakir.
Maryam melihat bahawa wajah anak itu menyiratkan tanda yang sangat aneh. Yaitu
tanda yang mengisyaratkan bahawa ia datang ke dunia bukan untuk mengambil
darinya sesuatu, tetapi untuk memberinya segala sesuatu. Maryam menghulurkan
tangannya ke pohon kurma yang besar. Belum lama ia menyentuh batangnya hingga
jatuhlah darinya buah kurma yang masih muda dan lazat. Maryam makan dan minum
dan kemudian ia memangku anaknya dengan penuh kasih sayang.
Saat itu, Maryam merasakan kegoncangan yang hebat.
Silih-berganti ketenangan dan kegelisahan menghampirinya. Segala fikirannya
tertuju pada satu hal, yaitu Isa. Ia bertanya-tanya dalam dirinya: Bagaimana
orang-orang Yahudi akan menyambutnya, apa yang akan mereka katakan tentangnya,
apa yang akan mereka katakan terhadap Maryam, apakah para pendeta dan para
pembesar Yahudi percaya bahawa Maryam melahirkan seorang anak tanpa disentuh
oleh seseorang pun? Bukankah mereka terbiasa hidup dengan suasana pencurian dan
penipuan? Apakah seseorang di antara mereka akan percaya - padahal ia jauh dari
langit - bahawa langit telah memberinya seseorang anak.
Akhirnya, masa pengasingan Maryam telah berakhir dan Maryam
harus kembali ke kaumnya. Maryam kembali dan waktu menunjukkan Ashar. Pasar
besar yang terletak di jalan yang dilalui Maryam menuju masjid dipenuhi dengan
manusia. Mereka sibuk dengan jual-beli. Mereka duduk berbincang-bincang sambil
minum anggur. Belum lama Maryam melewati pasar itu sehingga manusia melihatnya
membawa seorang anak kecil yang didakapnya. Salah seorang bertanya:
"Bukankah ini Maryam yang masih perawan? Lalu, anak siapa yang dibawanya
itu?" Seorang yang mabuk berkata: "Itu adalah anaknya." Mari
kita dengar cerita apa yang akan disampaikannya. Akhirnya, orang-orang Yahudi
mulai "mengepung" dengan berbagai macam pertanyaan: "Anak siapa
ini wahai Maryam, mengapa engkau tidak mengembalikannya, apakah itu memang
anakmu, bagaimana engkau datang dengan membawa seorang anak sedangkan engkau
adalah gadis yang masih perawan?"
"Hai saudara perempuan Harun, ayahmu sekali-kali
bukanlah seorang yang jahat dan ibumu sekali-kali bukanlah seorang
penzina." (QS. Maryam: 28)
Maryam dituduh melakukan pelacuran. Mereka menyerang Maryam
tanpa terlebih dahulu mendengarkan sanggahannya atau mengadakan penelitian atau
membuktikan bahawa perkataan mereka memang benar. Maryam dicerca sana-sini dan
ia diingatkan, bahawa bukankah ia seseorang yang tumbuh dari rumah yang baik
dan bukanlah ibunya seorang pelacur? Lalu mengapa semua ini terjadi padanya?
Menghadapi semua tuduhan itu, Maryam tampak tenang dan tetap menunjukkan
kebaikannya. Wajahnya dipenuhi dengan cahaya keyakinan. Ketika pertanyaan
semakin menjadi-jadi dan keadaan semakin sulit, maka Maryam menyerahkan segalanya
kepada Allah SWT. Ia menunjuk ke arah anaknya dengan tangannya. Maryam menunjuk
Isa.
Orang-orang yang ada di situ tampak kebingungan. Mereka memahami
bahawa Maryam berpuasa dari berbicara dan meminta kepada mereka agar bertanya
kepada anak itu. Para pembesar Yahudi bertanya: "Bagaimana mereka akan
melontarkan pertanyaan kepada seorang anak kecil yang baru lahir beberapa hari?
Apakah anak itu akan berbicara di buaiannya" Mereka berkata kepada Maryam:
"Bagaimana kami akan berbicara dengan anak kecil yang
masih dalam ayunan?" (QS. Maryam: 29)
Berkata Isa:
"Sesungguhnya aku ini hamba Allah, Dia memberiku
al-Kitab (injil) dan Dia menjadikan aku seorang nabi. Dan Dia menjadikan aku
seorang yang diberkati di mana saja aku berada, dan Dia memerintahkan kepadaku
(mendirikan) solat dan (menunaikan) zakat selama aku hidup; dan berbakti kepada
ibuku, dan Dia tidak menjadikanku seorang yang sombong lagi celaka. Dan
kesejahteraan semoga dilimpahkan kepadaku, pada hari aku dilahirkan, pada hari
aku meninggal dan pada hari aku dibangkitkan hidup kembali. " (QS. Maryam:
30-33)
Belum sampai Isa menuntaskan pembicaraannya sehingga wajah-wajah
para pendeta dari kalangan Yahudi dan para uskup tampak pucat. Mereka
menyaksikan mukjizat terjadi di depan mereka secara langsung. Anak kecil itu
berbicara di buaiannya; anak kecil yang datang tanpa seorang ayah; anak kecil
yang mengatakan bahawa Allah SWT telah memberinya al-Kitab dan menjadikannya
seorang Nabi. Ini berarti bahawa kekuasaan mereka sebentar lagi akan hancur.
Setiap orang dari mereka akan menjadi tidak berarti ketika anak kecil itu
dewasa. Tak seorang pun di antara mereka yang dapat "menjual
pengampunan" kepada manusia atau menghakimi mereka melalui penyataan
bahawa ia adalah wakil dari langit yang turun di bumi. Atau pernyataan, bahawa
hanya dia yang mengetahui syariat.
Para pendeta Yahudi merasa akan terjadi suatu tragedi
keperibadian yang akan datang kepada mereka dengan kelahiran anak kecil ini.
Kedatangan al-Masih berarti mengembalikan manusia kepada penyembahan semata-mata
kepada Allah SWT. Ini berarti menghapus agama Yahudi yang sekarang mereka
yakini. Perbezaan antara ajaran- ajaran Musa dan tindakan-tindakan orang-orang
Yahudi menyerupai perbezaan antara bintang-bintang di langit dan lumpur-lumpur
di jalan. Para pendeta Yahudi menyembunyikan kisah kelahiran Isa dan bagaimana
ia berbicara di masa buaian. Mereka justru menuduh Maryam yang masih perawan
dengan kebohongan yang besar. Mereka menuduh Maryam melakukan pelacuran,
padahal mereka menyaksikan sendiri mukjizat pembicaraan anaknya di masa buaian.
Mula-mula cerita tentang itu mereka sembunyikan untuk beberapa
saat. Meskipun demikian, berita tentang kelahiran Isa sampai ke Hakim Romawi,
yaitu Heradus. Ia memimpin orang-orang Palestina dan orang- orang Yahudi dengan
kekuatan pedang. Ia menakut-nakuti mereka dengan menumpahkan darah serta
banyaknya mata-mata yang dimilikinya. Pada suatu hari, ia duduk di istananya
dan meminum anggur. Lalu ia mendengar berita yang samar tentang kelahiran
seseorang anak tanpa ayah; seorang anak yang dikatakan ia mampu berbicara saat
masih di buaian, lalu ia menyampaikan pembicaraan yang menjurus pada ancaman
terhadap kekuasaan Romawi. Kemudian bergetarlah kursi yang ada di bawah tubuh
Heradus. Ia memerintahkan untuk diadakan suatu pertemuan mendadak yang dihadiri
oleh para pengawalnya dan para mata-matanya. Pertemuan itu pun terlaksana.
Heradus duduk dengan wajahnya yang hitam mengkilat, lalu ia memutarkan
pandangannya ke arah mata-matanya dan bertanya: "Bagaimana berita anak
kecil yang berbicara di buaiannya?"
Salah seorang kepala mata-mata berkata: "Tampak bahawa
masalahnya tidak benar. Kami telah mendengar isu-isu sekitar anak kecil yang
mereka katakan bahawa ia membuat mukjizat dengan berbicara saat ia masih belia.
Lalu saya mengutus anak buahku untuk mencari kebenaran berita itu, tetapi
mereka tidak menemukannya. Jelas bagi kami, bahawa berita itu
dilebih-lebihkan." Kemudian salah satu anggota mata-mata raja berkata:
"Aku telah mendapatkan bukti yang terpercaya bahawa tiga orang dari
orang-orang Majusi datang di balik suatu bintang yang mereka lihat menyala di
suatu langit dan bintang tersebut mengisyaratkan kelahiran anak kecil yang
membawa mukjizat, yaitu anak kecil yang akan menyelamatkan kaumnya." Hakim
berkata: "Bagaimana ia dapat menyelamatkan kaumnya dan kaum siapa yang
diselamatkannya?" Salah seorang mata-mata berkata: "Anak buahku tidak
mengetahuinya kerana orang-orang pandai dari Majusi itu pergi dan tak seorang
pun menemukan mereka."
Hakim berkata: "Bagaimana mereka dapat pergi dan
bersembunyi lalu bagaimana cerita anak kecil ini? Apakah di sana ada
persekongkolan untuk menentang Romawi?" Hakim melompat dari tempat
duduknya ketika ia menyebut Romawi, dan ia mulai berbicara dengan keadaan
emosi: "Aku menginginkan kepala tiga orang yang cerdik itu dan aku juga
menginginkan kepala anak kecil itu. Dan aku menginginkan informasi yang
lengkap. Sungguh masalah ini semakin samar hai orang-orang yang bodoh."
Lalu kepala mata-mata berkata: "Barangkali ini hanya mimpi yang dibayangkan
orang-orang Yahudi bahawa mereka melihatnya." Hakim berkata: "Sungguh
kepala-kepala kalian semua akan terbang lebih cepat dari merpati jika kalian
tidak mendatangkan cerita secara lengkap tentang anak ini. Kebingungan dan
kekacauan apa yang aku rasakan! Pergilah kalian dari sini."
Anak buah Heradus dan para mata-mata pergi, sedangkan ia masih
duduk memikirkan masalah tersebut. Tampaknya masalah itu sangat
menggelisahkannya. Ia tidak peduli dengan kedatangan agama baru kepada manusia
tetapi yang difikirkannya adalah kekuasaan Romawi yang ia menjadi simbolnya.
Kemudian Heradus menetapkan untuk memanggil pemuka orang Yahudi dan bertanya
kepadanya tentang masalah ini. Para pengawalnya yang khusus memanggil orang
Yahudi itu. Tidak beberapa lama orang Yahudi itu ada di depan hakim. Heradus
berkata: "Aku ingin berbicara kepadamu tentang suatu masalah yang sangat
menggelisahkanku." Pendeta Yahudi itu berkata: "Aku ingin mengabdi
kepadamu."
Heradus berkata: "Aku mendengar berita-berita yang saling
berlawanan tentang anak kecil yang bisa berbicara di masa buaiannya dan ia
mengatakan bahawa ia akan menyelamatkan kaumnya. Maka bagaimana berita yang
sebenarnya tentang itu?" Pendeta itu berkata - dan ia merasa bahawa
pertanyaan itu sepertinya berupa jebakan yang tidak diketahuinya secara pasti:
"Apakah tuan yang mulia peduli dengan agama Yahudi?" Heradus berkata
dalam keadaan emosi: "Aku tidak peduli sedikit pun selain kekuasaan
Romawi. Jawablah pertanyaanku wahai pendeta." Pendeta Yahudi itu telah
melihat Isa berbicara di buaiannya. Ia memahami bahawa seandainya ia mengatakan
itu, maka ia akan mendapatkan penderitaan pada dirinya, maka ia lebih memilih
sedikit berbohong. Ia berkata kepada Heradus bahawa ia mendengar cerita itu
tetapi ia meragukannya.
Heradus berkata: "Apakah benar agama kalian berbicara
tentang kedatangan seorang penyelamat bagi rakyat kalian?" Pendeta
berkata: "Ini benar wahai tuan yang mulai." Heradus berkata:
"Apakah kalian mengetahui ini adalah persekongkolan menentang keamanan
kerajaan Romawi? Apakah kalian menyedari ini adalah bentuk pengkhianatan?"
Pendeta berkata: "Aku harap tuan membiarkan aku meluruskan suatu pemikiran
yang sederhana. Berita tentang hal itu adalah berita yang kuno. Berita ini
diyakini ketika rakyat menjadi tawanan di Bebel sejak ratusan tahun."
Heradus berkata: "Apakah memang di sana ada yang
membenarkan berita ini? Sekarang, apakah kamu secara peribadi membenarkannya?
Apakah engkau melihat anak kecil itu yang mereka katakan bahawa ia dilahirkan
tanpa seorang ayah?" Pendeta itu berkata: "Apakah ada seorang yang
percaya wahai tuan yang mulia jika dikatakan ada seorang anak yang lahir tanpa
seorang ayah. Ini adalah mimpi rakyat biasa."
Heradus berkata: "Tidak ada sesuatu yang mengusir tidur
dari mata seorang penguasa selain mimpi-mimpi rakyat. Pergilah wahai pendeta
dan jika engkau mendengar berita-berita, maka sampaikanlah kepadaku sebelum
engkau sampaikan kepada isterimu." Belum lama pendeta itu pergi sehingga
Heradus berfikir, bagaimana seandainya pendeta itu berbohong. Ia menangkap
benang kebohongan pada kedua matanya. Ia mengetahui kebohongan ini kerana ia
sendiri sangat pandai berbohong. Kemudian bagaimana cerita tiga orang cerdik
yang mereka mengikuti bintang? Apakah di sana terdapat persekongkolan menentang
Romawi yang tidak diketahuinya?
Heradus berteriak di tengah-tengah pengawalnya dan memerintahkan
mereka untuk menangkap semua orang yang mendengar cerita ini atau ia akan
melihat akibatnya. Mula-mula dia memerintahkan untuk mencari gadis perawan yang
melahirkan anak itu dan membunuh setiap anak yang lahir di saat itu. Sementara
itu, Maryam keluar dari Palestina menuju ke Mesir. Sebelumnya, pada suatu
malam, datanglah kepadanya seseorang yang belum pernah dilihatnya dan orang itu
menyampaikan salam kepadanya serta menyerukannya dan sambil berkata:
"Bawalah anakmu wahai Maryam dan keluarlah menuju Mesir." Dengan nada
ketakutan Maryam bertanya, "Mengapa? Bagaimana aku keluar menuju ke Mesir;
dan bagaimana aku bisa mengenali jalan?" Orang asing itu menjawab,
"Keluarlah engkau nescaya Allah SWT akan melindungimu. Sesungguhnya Hakim
Romawi mencari anakmu dan ingin membunuhmu."
Maryam bertanya: "Kapan aku keluar?" Orang asing itu
menjawab: "Sekarang juga. Janganlah engkau khawatir sedikit pun kerana
engkau keluar bersama seorang Nabi yang mulia. Semua nabi diusir oleh kaumnya
dari negeri mereka dan rumah mereka. Demikianlah hukum kehidupan. Kejahatan
selalu berusaha untuk menyingkirkan kebaikan tetapi pada akhirnya, kebaikan
akan kembali menduduki singgahsananya. Keluarlah wahai Maryam." Akhirnya,
Maryam pun pergi menuju ke Mesir. Maryam melalui gurun Saina' bersama suatu
kafilah yang menuju Mesir. Maryam berjalan membawa Isa di jalan yang sama yang
pernah dilalui Nabi Musa di mana ditampakkan kepada Nabi Musa api yang suci dan
beliau dipanggil dari sisi thur al-Aiman. Setelah melalui perjalanan yang jauh
dan melelahkan, Maryam sampai di Mesir. Mesir yang dipenuhi dengan kebaikan,
kemuliaan, kebudayaan klasik serta cuacanya yang stabil mempakan tempat yang
terbaik untuk pertumbuhan Isa as.
Al-Masih tumbuh dan berkembang serta menjalani masa kecilnya di
Mesir. Kemudian datanglah kepada Maryam orang asing yang telah memerintahkannya
untuk meninggalkan Palestina. Kali ini, ia memerintahkannya untuk kembali ke
Palestina. Orang asing itu berkata kepadanya: "Raja yang lalim telah mati,
maka kembalilah bersama anakmu wahai Maryam. Telah datang kesempatan emas bagi
Isa untuk menduduki singgahsananya. Isa akan menjadi penyayang orang-orang
fakir dan orang-orang yang benar. Kembalilah wahai Maryam." Maryam pun
kembali. Dalam perjalanan Maryam melalui banyak mata air di sungai Jordania.
Isa pun tumbuh menjadi dewasa dan mencapai masa mudanya. Isa
keluar dari rumahnya dan menuju tempat penyembahan kaum Yahudi. Saat itu
bertepatan dengan hari Sabtu. Di sana tidak ada satu rumah pun dari rumah kaum
Yahudi yang dapat menyalakan api atau memadamkannya pada hari Sabtu, atau
mengambil buah di hari itu. Dilarang bagi seorang wanita untuk membikin adunan
roti atau seseorang anak kecil mencuci anjingnya. Nabi Musa telah memerintahkan
untuk menghormati hari Sabtu dan hanya mengkhususkanya untuk beribadah kepada
Allah SWT.
Terdapat hikmah di balik penghormatan hari Sabtu sehingga hari
Sabtu menjadi hari yang sangat disucikan di kalangan orang-orang Yahudi. Mereka
melaksanakannya dengan berbagai macam tradisi dan mereka mencurahkan segala
konsentrasi mereka untuk menjaga hari Sabtu dan tidak meremehkannya. Sebab,
mereka meyakini bahawa hari Sabtu adalah hari yang dijaga dari langit sebelum
Allah menciptakan manusia sebagaimana mereka percaya bahawa Bani Israil telah
diberikan pilihan kepada satu jalur saja, yaitu menjaga hari Sabtu. Mereka
bangga kerana mereka dapat menjaganya meskipun hal itu menyebabkan mereka kalah
di kancah peperangan atau mereka tertawan di tangan musuh. Bahkan saking
ketatnya mereka mempertahankan kehormatan hari Sabtu sampai- sampai mereka
menambah-nambahi berbagai macam larangan di hari Sabtu. Majlis kaum Yahudi
menetapkan ratusan larangan yang tidak boleh dilakukan di hari Sabtu, seseorang
dilarang untuk memakai gigi palsu di hari Sabtu. Seorang yang sakit dilarang
untuk memakai perban atau memakai minyak di tempat yang sakit pada hari Sabtu
atau memanggil doktor. Dilarang pula di hari Sabtu untuk menulis dua huruf
abjad; dilarang juga untuk mempertahankan diri pada hari Sabtu; dilarang untuk
panen dan belajar di hari Sabtu. Kemudian, berpergian di hari Sabtu diharuskan
untuk tidak lebih dari dua ribu ela. Dilarang juga di hari Sabtu untuk membawa
sesuatu ke luar rumah.
Jadi, banyaknya syariat, hukum serta larangan-larangan biasanya
diikuti dengan banyaknya keburukan atau paling tidak membantu terciptanya
keburukan. Setiap timbul suatu larangan, maka timbul bersamanya cara untuk
menghindar darinya. Demikianlah, kehidupan kaum Yahudi dipenuhi dengan
kemunafikan yang luar biasa di mana secara lahiriah mereka menampakkan
penghormatan terhadap hari Sabtu, tetapi secara batiniah mereka berusaha
menodai kehormatan dengan berbagai macam cara.
Meskipun kelompok Farisiun bertanggungjawab terhadap tugas
pelaksanaan syariat dan mengawasinya dengan banyak mendapatkan jaminan-jaminan,
maka kita akan melihat bahawa mereka siap untuk menciptakan berbagai rekayasa
dan tipu daya yang memungkinkan mereka untuk menghindar dari hukum-hukum
syariat di saat yang tepat. Saat yang tepat adalah saat di mana syariat-syariat
tersebut bertentangan dengan kepentingan peribadi mereka atau dapat menjadi
penghalang bagi mereka untuk mendapatkan mata pencarian yang haram yang sudah
siap masuk pada kantung mereka. Misalnya, terdapat kaedah syariat yang
menetapkan perjalanan pada hari Sabtu tidak boleh melebihi dua ribu ela. Namun
orang-orang Farisiun mengadakan walimah di mana mereka mengundang orang-orang
untuk menghadiri acara tersebut pada hari Sabtu, padahal tempat diadakannya
acara itu berjarak lebih dari dua ribu ela dari rumah mereka. Lalu, bagaimana
mereka dapat melaksanakan hal tersebut? Sangat mudah sekali. Mereka meletakkan
pada sore hari Sabtu sebahagian makanan yang berjarak dua ribu ela dari rumah
mereka lalu setelah itu mereka mendirikan suatu tempat tinggal di mana mereka
dapat berjalan setelahnya dan menempuh dua ribu ela yang lain. Dari sini mereka
dapat menambah jarak yang mereka inginkan. Begitu juga agar mereka menghindar
dari larangan membawa sesuatu ke luar rumah pada hari Sabtu, maka mereka
membuat tipu daya yang lain. Yaitu mereka mendirikan gerbang-gerbang pintu dan
jendela di berbagai jalan sehingga seluruh kota seperti rumah besar yang
dimungkinkan bagi mereka untuk membawa segala sesuatu dan bergerak di dalamnya.
Contoh lain yang menunjukkan bagaimana orang-orang Yahudi
mempermainkan syariat sedangkan mereka mengklaim menjaganya adalah, bahawa
syariat Musa menetapkan agar seorang anak menginfaki kedua orang tuanya saat
mereka menginjak usia tua dan memerlukannya. Tetapi kaum Farisiun memberikan
kesempatan kepada anak-anak untuk lari dan menghindar dari tanggung jawab ini
dengan suatu tipu daya yang sederhana. Ketika seorang anak dituntut oleh kedua
orang tuanya untuk memberi nafkah, maka ia pergi ke para pendeta dan bersepakat
kepada mereka untuk mewakafkan semua hartanya dan kekayaannya kepada haikal,
yaitu tempat sembahan kaum Yahudi. Saat itu kedua orang tuanya tidak mampu
mengambil sesuatu pun darinya. Ketika mereka berdua telah putus asa dan tidak
lagi menuntut padanya untuk memberi nafkah, maka semua harta kekayaannya akan
dikembalikan kepadanya oleh para pendeta, dengan catatan hendaklah ia
memberikan bahagian tertentu dari hartanya kepada para pendeta itu. Demikianlah
yang terdapat dalam Injil Mata.
Di tengah-tengah suasana kebodohan pemikiran yang luar biasa
ini, juga terdapat sikap keras kepala dan kejumudan berfikir yang mengelilingi
kaum Yahudi. Terdapat tujuh tingkat kesucian dan dua puluh enam solat yang
harus mereka lakukan saat mereka membasuh tangan sebelum memakan makanan, namun
mereka menganggap bahawa meniadakan pembacaan solat-solat sebagai bentuk
pembunuhan terhadap jiwa dengan cara bunuh diri dan tercegah dari kehidupan
abadi. Demikianlah kekerasan sikap masyarakat Yahudi yang menunjukkan bahawa
moral mereka telah rosak dan dipenuhi dengan kemunafikan yang tiada taranya.
Sementara itu, Isa berjalan menuju tempat beribadah. Orang-orang
berjalan di sekelilingnya. Mereka tampak membanggakan pakaian- pakaian yang
berwarna dan berharga sedangkan Isa berjalan dengan memakai baju putih dan
menampakkan kezuhudannya. Rambut Isa tampak lembut yang mencapai kedua bahunya
dan tampak ia basah terkena air awan yang menurunkan gerimis. Kemudian kedua
kakinya berjalan di atas tanah sehingga tanah itu dipenuhi dengan bau harum
yang tidak diketahui sumbernya. Baju yang dipakai oleh Isa terbuat dari bulu
domba yang sangat sederhana dan kasar. Meskipun hari itu hari Sabtu, Isa
memetik buah di suatu kebun dan mengambil dua buah yang beliau berikan kepada
anak kecil yang fakir dan lapar. Tindakan semacam ini menurut kepercayaan
Yahudi dianggap sebagai tindakan yang menentang agama Yahudi.
Isa mengetahui bahawa menjalankan agama yang hakiki bukan
terletak pada ketaatan luaran sementara hati jauh dari sikap rendah diri. Oleh
kerana itu, Isa mencabut buah dan memberikan makan kepada manusia pada hari
Sabtu. Beliau menyalakan api untuk wanita-wanita tua sehingga mereka tidak mati
kedinginan.
Isa sering mengunjungi tempat sesembahan orang Yahudi. Isa
berdiri di dalamnya dan mengamati para pendeta dan manusia yang hilir mudik di
sekitarnya. Sesampainya Isa di tempat sembahan, ia berdiri di dalamnya. Isa
mengamat-amati apa yang ada di dalamnya. Dinding-dinding tempat beribadah itu
terbuat dari kayu gaharu yang memiliki bau yang harum. Di samping itu, terdapat
kelambu-kelambu yang terbuat dari kain-kain yang mengagumkan yang dicampur
dengan emas. Juga terdapat lampu-lampu yang terhulur dari atap dan juga ada
lilin-lilin yang memenuhi ruangan dengan cahaya. Meskipun demikian, kegelapan
menyelimuti hati orang- orang yang ada di situ.
Nabi Isa berdiri cukup lama di tempat penyembahan itu. Setiap
kali ia memutarkan wajahnya, ia mendapati para pendeta di sana. Terdapat dua
puluh ribu pendeta. Nama-nama mereka tercatat dalam haikal. Mereka adalah kaum
Waliyun yang memakai saku-saku yang besar yang di dalamnya ada kitab-kitab
syariat. Sedangkan kaum Farisiun, mereka memakai pakaian yang lebar yang
sisi-sisinya tertenun dengan emas. Mereka adalah pembantu haikal yang resmi
dengan memakai baju-baju mereka yang putih. Adapun kaum Shaduqiyun adalah
kelompok para pendeta aristokrat yang bersekutu dengan penguasa di mana mereka
memperoleh kekayaan melalui persekutuan ini. Nabi Isa memperhatikan bahawa
jumlah pengunjung haikalita lebih sedikit daripada jumlah para pendeta dan para
tokoh agama. Tempat penyembahan itu dipenuhi dengan kambing dan merpati yang
dibeli oleh para pengunjung tempat penyembahan itu. Mereka menyerahkannya
sebagai korban kepada Allah. Yaitu korban yang disembelih di dalam tempat
persembahan di atas tempat penyembelihan. Alhasil setiap langkah yang diayunkan
oleh para pejalan di tempat penyembahan itu akan menghasilkan wang.
Di tempat penyembahan Yahudi itulah tersingkap hakikat kehidupan
kaum Yahudi. Nilai satu-satunya yang disembah oleh manusia di zaman itu adalah
wang. Jadi, kemewahan materi atau kekayaan adalah nilai satu-satunya yang
kerananya manusia akan bergulat satu sama lain. Dalam hal itu, tidak ada
perbezaan antara tokoh-tokoh pembawa ajaran syariat dengan manusia-manusia
biasa. Kaum Shaduqiyun dan kaum Farisiun bekerja sama di antara mereka di dalam
haikal itu seakan-akan mereka di dalam suatu pasar di mana mereka
memanfaatkannya untuk diri mereka dengan terus mencari korban-korban di
dalamnya. Sering kali kaum Shaduqiyun dan Farisiun berseteru dalam persoalan
syariat dan hukum. Demikian juga, mereka berseteru dalam menentukan korban yang
harus mereka raih di haikal itu. Kaum Farisiun berpendapat bahawa haiwan-haiwan
korban itu harus dibeli dari harta haikal sedangkan kaum Shaduqiyun menganggap
bahawa harta dari haikal adalah hak mereka. Oleh kerana itu, mereka menganggap
bahawa haiwan korban itu harus dibeli dengan jumlah tersendiri. Begitu juga
kaum Farisiun mewajibkan untuk membakar haiwan yang disembelih di atas tempat
penyembahan, sedangkan kaum Shaduqiyun mereka mengambil haiwan sembelihan ini
untuk diri mereka sendiri.
Di dalam Talmud disebutkan bahawa kaum Shaduqiyun menjual
merpati di toko-toko mereka yang mereka miliki. Mereka sengaja memperbanyak
kesempatan-kesempatan yang diharuskan di dalamnya untuk mengorbankan
burung-burung merpati sehingga harga seekor burung merpati saja mencapai
beberapa Dinar. Melihat hal itu, salah satu tokoh Farisiun yaitu Sam'an bin
Amlail mengeluarkan fatwa yang intinya mengurangi kesempatan-kesempatan yang
diharuskan di dalamnya seseorang menyerahkan merpati sebagai korban. Setelah
itu, harga burung cuma mencapai seperempat Dinar. Pergelutan antara kedua
kelompok itu mendatangkan pukulan berat bagi pemilik toko yang menyimpan burung
merpati terutama anak-anak dari kepala pendeta.
Nabi Isa memperhatikan apa yang terjadi di sekelilingnya; Nabi
Isa melihat kaum fakir yang tidak mampu membeli haiwan korban sehingga mereka
tidak mampu berkorban; Nabi Isa melihat bagaimana para pendeta memperlakukan
mereka dan memangsa mereka seperti serigala yang buas. Nabi Isa berfikir di
dalam dirinya, mengapa binatang-binatang itu mereka bakar lalu dagingnya
menjadi asap di udara, padahal di sana terdapat ribuan kaum fakir yang mati
kelaparan? Mengapa mereka mengira bahawa Allah SWT redha ketika tempat
penyembelihan dilumuri dengan darah, lalu haiwan korban itu dibawa ke
rumah-rumah para pendeta dan toko-toko mereka untuk dijual? Mengapa orang-orang
fakir banyak berhutang dan mengeluarkan banyak wang untuk membeli
binatang-binatang korban? Mengapa binatang-binatang korban itu harus dimiliki
dan hanya dirawat oleh para pendeta lalu apa yang mereka lakukan dengan
wang-wang ini? Lalu, di manakah tempat orang-orang fakir di haikal itu?
Bukankah hal yang aneh ketika seseorang memasuki rumah dengan keharusan membawa
wang?
Nabi Isa pergi dari tempat penyembahan itu dan ia meninggalkan
kota menuju gunung. Dada Nabi Isa dipenuhi dengan kecemburuan yang suci
terhadap yang Maha Benar. Wajahnya tampak semakin pucat ketika melihat berbagai
macam kejahatan memenuhi dunia. Nabi Isa berdiri di atas sebuah bukit dan
beliau mulai melakukan solat. Titisan-titisan air mata mulai berlinang dari
pipinya dan jatuh ke bumi. Nabi Isa mulai merenung dan menangis. Di sana
terdapat bunga yang nyaris mati kerana kehausan lalu ketika ia mendapatkan
titisan air mata al-Masih, maka bunga itu mekar kembali dan mendapatkan
kehidupan. Titisan air mata al-Masih menyelamatkannya, sebagaimana beliau akan
menyelamatkan manusia dengan dakwahnya. Di malam yang penuh berkah ini pula,
dua orang Nabi yang mulia meninggalkan bumi, yaitu Nabi Yahya dan Nabi Zakaria.
Kedua Nabi itu dibunuh oleh penguasa. Sejak kepergian mereka berdua, bumi
kehilangan banyak dari kebaikan. Pada malam itu juga, turunlah wahyu kepada Isa
bin Maryam. Allah SWT memutuskan perintah- Nya agar ia memulai dakwahnya.
Nabi Isa menutup lembaran halus dari kehidupannya yaitu lembaran
yang penuh dengan tafakur dan ibadah. Beliau memulai perjalanannya yang berat
dan penuh tantangan serta penderitaan: beliau mulai berdakwah di jalan Allah
SWT; beliau mulai membangun kerajaan yang tegak berdasarkan kerendahan hati dan
cinta. Kerajaan yang penguasanya bertujuan untuk membebaskan dan menyucikan
roh. Kerajaan yang memancarkan sikap rendah diri dan cinta. Nabi Isa ingin
menyelamatkan rohani. Ajaran Nabi Isa berdasarkan keimanan terhadap hari kiamat
dan kebangkitan. Nilai-nilai dan pemikiran tersebut tidak ditemukan dalam
kehidupan orang-orang Yahudi.
Syariat Musa menetapkan pemberlakuan hukum qisas: barang siapa
yang memukulmu di pipi sebelah kananmu, maka pukullah pipi sebelah kanannya.
Lalu bagaimanakah orang-orang Yahudi menerapkan hukum qisas tersebut? Jika yang
dipukul mampu untuk menghancurkan rumah orang yang memukul, maka ia tidak perlu
merasa puas hanya sekadar memukul pipi sebelah kanannya, mamun jika ia tidak
mampu, maka hendaklah ia memukul pipi sebelah kanannya. Namun boleh jadi
hatinya dipenuhi dengan dendam kerana ia tidak dapat menghancurkan rumahnya.
Jadi, kebencian adalah pelabuhan tempat bersinggahnya syariat
Musa. Meskipun beliau adalah seorang Nabi yang merupakan cermin cinta Ilahi
yang besar namun syariatnya kini berada di bawah kekuasaan hati-hati yang mati,
yaitu hati-hati yang penuh dengan dendam dan kebencian. Lalu, apa yang
dilakukan Nabi Isa terhadap semua ini? Allah SWT telah mengutusnya dan
memperkuat Taurat yang dibawa oleh Musa sebagaimana Allah SWT menurunkannya
kepada Musa. Jadi, seorang nabi tidak menghancurkan tugas nabi sebelumnya. Para
nabi bagaikan satu mata rantai yang tujuannya adalah satu, yaitu menciptakan
kesucian dan mempertahankan kebenaran serta mengesakan Allah SWT.
Kemudian apa yang dilakukan Nabi Isa terhadap syariat qisas
tersebut? Yang jelas, tindakan yang dilakukan oleh Nabi Isa murni dari ilham
yang didapatinya dari Allah SWT. Nabi Isa mengembalikan kaum kepada tujuan asli
dari syariat. Nabi Isa mengembalikan mereka kepada hikmah syariat yang asli.
Nabi Isa mengembalikan mereka kepada cinta. Nabi Isa tidak mengatakan sesuatu
pun kepada orang yang memukul pipi sebelah kanannya. Nabi Isa tidak berusaha
untuk memukul pipi sebelah kanannya. Al-Masih justru akan membalikkan pipi
sebelah kirinya. Inilah syariat Nabi Isa yang tidak berbeza sedikit pun dengan
syariat Nabi Musa. Ia merupakan kedalaman yang mengagumkan dari kedalaman
syariat Nabi Musa. Nabi Isa ingin menetapkan kepada kaum di sekelilinginya
tentang sesuatu yang penting. Nabi Isa ingin memberitahu mereka bahawa syariat
bukan mengajari kalian untuk meletakkan dendam pada diri kalian lalu kalian
memukul lawan kalian. Syariat yang hakiki adalah, hendaklah kalian menebar
kasih sayang, pemaaf, dan cinta.
Terdapat banyak binatang-binatang buas di hutan.
Binatang-binatang itu mencintai diri mereka sendiri. Mereka bermusuhan dan
saling membunuh demi makanan dan minuman. Mereka memberikan makan kepada anak-
anaknya. Perbezaan antara manusia dan binatang adalah perbezaan pada tingkat
cinta. Haiwan tidak akan mampu melampaui darjat cintanya kepada makhluk yang
lain. Atau dengan kata lain, haiwan tidak dapat membagi cintanya kepada jenis
yang lain. Sedangkan manusia mampu melakukan hal itu. Di situlah manusia mampu
dapat mencapai kemuliaannya dan kemanusiaannya. Al-Masih memberitahu kaumnya
bahawa manusia tidak akan menjadi manusia sempurna kecuali setelah ia mencintai
orang lain sebagaimana ia mencintai dirinya sendiri.
"Aku mendengar bahawa dikatakan, hendaklah engkau mencintai
orang yang dekat denganmu dan membenci musuhmu, sedangkan aku berkata kepada
kalian, cintailah musuh kalian dan doakanlah orang yang melaknati kalian.
Berbuat baiklah kepada pembenci kalian dan solatlah untuk orang-orang berbuat
buruk kepada kalian." (Injil Mata).
Dakwah Nabi Isa datang dan menghapus syariat Nabi Musa dalam
bentuk luaran. Jika kita berusaha membandingkan dua syariat tersebut dalam
bentuk yang sederhana, maka pada hakikat-nya dakwah Nabi Isa bertujuan untuk
menghapus bidaah yang dilakukan oleh kaum Farisiun dan Shaduqiun terhadap
syariat Nabi Musa dan menunjukkan hakikat syariat ini dan tujuan-tujuannya yang
tinggi. Di tengah-tengah masa materialisme yang sangat luar biasa dan dunia
dipenuhi dengan penyembahan terhadap emas dan tersebarnya berbagai macam
kejahatan, muncullah dakwah al-Masih sebagai reaksi ideal yang menunjukkan
ketinggian dan kesucian. Al-Masih mengetahui bahawa ia mengajak manusia untuk
menciptakan perilaku ideal dalam kehidupan; Al-Masih menyedari bahawa dakwahnya
penuh dengan idealisme tetapi idealisme ini sendiri pada saat yang sama
merupakan solusi satu-satunya untuk mengubati kehidupan dari kesengsaraan dan
penyakit-penyakit menular; Al-Masih mengetahui bahawa tidak semua manusia tidak
mampu untuk mencapai puncak yang diisyaratkannya. Tetapi paling tidak,
hendaklah setiap orang berusaha sedikit mendaki sehingga ia selamat.
Dakwah Nabi Isa terdiri dari kesudian yang mengagumkan; dakwah
Nabi Isa bertujuan untuk menyelamatkan roh atau dakwah yang dapat dianggap
sebagai pedoman perilaku individu, bukan suatu sistem perincian-perincian
tersebut dan hanya memfokuskan kepada sumber utama, yaitu roh. Isa ingin
menghidupkan rohani manusia dan membimbingnya untuk mencapai cahaya Sang
Pencipta. Oleh kerana itu, Isa datang dengan didukung oleh Ruhul kudus. Ruhul
kudus adalah Jibril. Kita tidak mengetahui bagaimana Allah SWT memperkuat Isa
dengan Roh Kudus: apakah Jibril menemaninya dan menyertainya sepanjang
pengutusannya? Jibril turun kepada nabi untuk menyampaikan risalah atau membawa
mukjizat atau justru mendatangkan hukuman atas kaumnya, tetapi ia tidak bersama
mereka sepanjang waktu. Oleh kerana itu, apakah memang Jibril menemani Isa
sehingga beliau diangkat ke langit?
Hampir saja hati menjadi tenang dengan tafsiran ini kerana dalam
kehidupan Nabi Isa terdapat sisi-sisi malaikat di mana beliau mempunyai
kemampuan yang luar biasa yang berupa mukjizat-mukjizat. Bahkan kemampuan
beliau sampai pada batas menghidupkan orang-orang mati dengan izin Allah SWT.
Begitu juga, beliau memiliki kemampuan yang luar biasa di mana beliau dengan
hanya meniupkan pada suatu tanah, maka tanah itu terbentuk menjadi burung dan
ia terbang dengan izin Allah SWT. Selain itu, Nabi Isa sama sekali tidak
mendekati wanita sepanjang hidupnya sehingga beliau diangkat oleh Allah SWT.
Beliau tidak menikah. Ini juga sifat malaikat di mana kita saksikan bahawa sebahagian
para nabi yang diutus oleh Allah SWT dan memiliki beberapa wanita bahkan
kitab-kitab Yahudi menyebutkan bahawa jumlah isteri- isteri nabi mereka
Sulaiman misalnya, mencapai seribu wanita.
Isa hidup dalam keadaan tenggelam dalam ibadah seperti anak dari
bibinya, yaitu Yahya. Jika Yahya khusyuk beribadah dan tinggal di gunung dan
gurun bahkan dia menginap di gua, maka hal itu adalah hal yang alami baginya,
sedangkan Isa hidup justru di tengah-tengah masyarakat kota. Persoalannya
adalah, bukan hanya Isa tidak terkait hubungan dengan seorang wanita dan bukan
hanya mukjizat-mukjizat yang diperolehnya yang luar biasa yang berhubungan
dengan roh, tetapi yang lebih dari itu adalah, bahawa beliau didukung oleh
Ruhul kudus sepanjang masa dakwahnya. Tentu itu adalah nikmat yang tak seorang
pun dari para nabi sebelumnya diberi. Allah SWT berfirman:
"(Ingatlah), ketika Allah mengatakan: 'Hai Isa putera
Maryam, ingatlah nikmat-Ku kepadamu dan kepada ibumu di waktu Aku menguatkan
kamu dengan roh kudus. Kamu dapat berbicara dengan manusia di waktu masih dalam
buaian dan sesudah dewasa; dan (ingatlah) di waktu Aku mengajar kamu menulis,
hikmah, Taurat, dan Injil, dan (ingatlah pula) di waktu kamu membentuk dari
tanah (suatu bentuk) yang berupa burung dengan izin-Ku, kemudian kamu meniup
padanya, lalu bentuk itu menjadi burung (yang sebenarnya) dengan seizin-Ku. Dan
(ingatlah), waktu kamu menyembuhkan orang yang buta sejak dalam kandungan ibu
dan orang yang berpenyakit sopak dengan seizin-Ku, dan (ingatlah) di waktu kamu
mengeluarkan orang mati dari kubur (menjadi hidup) dengan seizin-Ku, dan
(ingatlah) di waktu Aku menghalangi Bani Israil (dari keinginan mereka membunuh
kamu) di kala kamu mengemukakan kepada mereka keterangan- keterangan yang
nyata, lalu orang-orang kafir di antara mereka berkata: 'Ini tidak lain hanya
sihir yang nyata.' Dan (ingatlah), ketika Aku ilhamkan kepada pengikut Isa yang
setia: 'Berimanlah kepada-Ku dan kepada rasul-Ku.' Mereka menjawab: 'Kami telah
beriman dan saksikanlah (wahai rasul) bahawa sesungguhnya kami adalah orang-
orang yang patuh (kepada seruanmu).'" (QS. al-Maidah: 110-111)
Ayat-ayat tersebut menyebutkan lima mukjizat Nabi Isa. Pertama,
bahawa beliau mampu berbicara dengan manusia saat beliau masih di buaian.
Kedua, beliau diajari Taurat dan Taurat yang diturunkan kepada Nabi Musa telah
tersembunyi dan telah mengalami perubahan yang dilakukan oleh orang-orang
cerdik dari kaum Yahudi. Ketiga, beliau membentuk tanah seperti burung kemudian
meniupkannya lalu tanah itu menjadi burung. Keempat, beliau mampu menghidupkan
orang-orang yang mati. Kelima, beliau mampu menyembuhkan orang yang buta dan
orang yang belang. Terdapat mukjizat yang keenam yang disebutkan dalam Al-Quran
al-Karim:
"(Ingatlah), ketika pengikut-pengikut Isa berkata:
'Hai Isa putera Maryam, bersediakah Tuhanmu menurunkan hidangan dari langit
kepada kami?' Isa menjawab: 'Bertakwalah kepada Allah jika betul- betul kamu
orang yang beriman.' Mereka berkata: 'Kami ingin memakan hidangan itu dan
supaya tenteram hati kami dan supaya kami yakin bahawa kamu telah berkata benar
kepada kami, dan kami menjadi orang-orang yang menyaksikan hidangan itu.' Isa
putera Maryam berdoa: 'Ya Tuhan kami, turunkanlah kiranya kepada kami suatu
hidangan dari langit (yang hari turunnya) akan menjadi hari raya bagi kami
yaitu bagi orang-orang yang bersama kami dan yang datang sesudah kami, dan
menjadi tanda bagi kekuasaan-Mu: beri rezekilah kami dan Engkaulah Pemberi
rezeki Yang Paling Utama.' Allah berfirman: 'Sesungguhnya Aku akan menurunkan
hidangan itu kepadamu, barang siapa yang kafir di antaramu sesudah (turun
hidangan) itu, maka sesungguhnya Aku akan menyeksanya dengan seksaan yang tidak
pernah Aku timpakan kepada seorang pun di antara umat manusia.'" (QS.
al-Maidah: 112-115)
Mukjizat yang keenam itu adalah turunnya makanan dari langit
kerana permintaan Hawariyin. Juga terdapat mukjizat yang ke tujuh yang terdapat
surah Ali 'Imran yaitu beliau diberi kemampuan melihat hal-hal yang ghaib
melalui panca inderanya meskipun beliau tidak menyaksikannya secara langsung.
Oleh kerana itu, beliau memberitahu kepada sahabat-sahabatnya dan
murid-muridnya apa yang mereka makan dan apa yang mereka simpan di rumah-rumah
mereka:
"Dan aku khabarkan kepadamu apa yang kamu makan dan
apa yang kamu simpan di rumahmu. Sesungguhnya pada yang demikian itu adalah
suatu tanda (kebenaran kerasulanku) bagimu, jika kamu benar-benar beriman.
" (QS. Ali 'Imran:: 49)
Inilah mukjizat Nabi Isa yang ke tujuh yang didahului oleh
mukjizat kelahirannya yang sangat mengagumkan. Beliau lahir tanpa seorang ayah,
lalu diikuti mukjizat berikutnya di mana beliau diangkat dari bumi ke langit
ketika penguasa yang lalim berusaha menyalibnya. Barangkali pembaca akan
bertanya-tanya: mengapa mukjizat-mukjizat seperti ini diperoleh oleh Nabi Isa? Kita
mengetahui bahawa mukjizat adalah hal yang luar biasa yang Allah SWT berikan
kepada nabi-Nya. Tetapi pemberian itu menjadi sempurna jika mukjizat itu
disesuaikan dengan keadaan zaman diutusnya nabi tersebut sehingga mukjizat itu
sangat berpengaruh dalam jiwa kaum dan mampu menggoncangkan hati mereka dan
menjadikan mereka beriman kepada pemilik mukjizat ini. Jadi, mukjizat menjadi
suatu hal yang luar biasa. Oleh kerana itu, Allah SWT berkehendak agar mukjizat
ini sesuai dengan zaman diutusnya nabi tersebut.
Jadi, setiap mukjizat yang dibawa oleh rasul selalu
berlain-lainan. Nabi Saleh diutus di tengah-tengah kaum yang melihat bagaimana
seekor unta yang melahirkan dari gunung atau mampu membelah batu-batuan gunung.
Sedangkan Nabi Musa diutus di tengah-tengah kaum yang gemar memainkan sihir
sehingga sihir mendapat tempat istimewa. Oleh kerana itu, mukjizat yang dibawa
oleh Nabi Musa bentuk lahirnya seakan-akan menyerupai sihir, tetapi pada
hakikatnya ia justru menjatuhkan sihir. Mukjizat itu berupa tongkat yang
menjadi ular dan kemudian ular itu memakan tongkat-tongkat para tukang sihir.
Lain halnya dengan Nabi Isa, beliau diutus di tengah-tengah kaum
materialis yang mengingkari roh dan hari kebangkitan. Mereka menduga bahawa
manusia hanya sekadar tubuh tanpa roh. Mereka adalah kaum yang meyakini bahawa
darah makhluk adalah rohnya atau jiwanya. Taurat yang ada di tangan Yahudi
menyebutkan bahawa tafsir an-Nafst adalah darah. Disebutkan di dalamnya:
"Janganlah engkau memakan darah dari tubuh manusia kerana jiwa setiap
tubuh adalah darahnya. "
Nabi Isa diutus di tengah-tengah kaum yang mereka disesatkan
oleh falsafah yang dasarnya mengatakan bahawa penciptaan alam memiliki sumber
pertama, seperti sebab dari akibat. Jadi, alam memiliki wujud yang
mendahuluinya. Di tengah-tengah masa yang materialis ini, di mana roh
diingkari, maka secara logik mukjizat Nabi Isa terkait dengan usaha menunjukkan
alam rohani. Demikianlah Isa dilahirkan tanpa seorang ayah. Mukjizat ini cukup
untuk membungkam kaum yang mengatakan bahawa alam memiliki sumber pertama.
Jelas bahawa alam tidak memiliki wujud yang mendahuluinya. Kita berada di
hadapan Sang Pencipta yang mengadakan sistem bagi segala sesuatu dan menjadikan
sebab bagi segala sesuatu. Dia menjadikan proses kelahiran anak berasal dari
hubungan laki-laki dan wanita, tetapi Pencipta ini sendiri menciptakan
sebab-sebab dan sebab-sebab itu tunduk kepadanya sedangkan Dia tidak tunduk
kepada sebab-sebab itu. Dengan kehendak- Nya yang bebas, Dia mampu
memerintahkan kelahiran anak tanpa melalui ayah sehingga anak itu lahir. Dan,
kelahiran Isa pun terjadi tanpa seorang ayah. Cukup ditiupkan roh kepadanya:
"Lalu Kami tiupkan ke dalamnya (tubuhnya) roh dari
Kami dan Kami jadikan dia dan anaknya tanda (kekuasaan Allah) yang besar bagi
semesta alam. " (QS. al-Anbiya': 91)
Kelahiran Isa membawa mukjizat yang luar biasa yang menegaskan
dua hal: pertama, kebebasan kehendak Ilahi dan ketidak terkaitannya dengan
sebab kerana Dia adalah Pencipta sebab-sebab, kedua pentingnya roh dan
menjelaskan kedudukannya serta nilainya di antara kaum yang hanya mementingkan
fizik sehingga mereka mengingkari roh. Seandainya kita mengamati sebahagian
besar mukjizat Nabi Isa, maka kita akan melihatnya dan mendukung pandangan
tersebut. Misalnya, mukjizat Nabi Isa yang mampu membentuk tanah seperti burung
lalu beliau meniupkannya sehingga tanah itu menjadi burung. Mukjizat ini pun
menguatkan adanya roh. Semula ia berupa tanah yang bersifat fizik yang tidak
dapat disifati dengan kehidupan tetapi ketika Nabi Isa meniupnya, maka
segenggam tanah itu menjadi burung yang memiliki kehidupan, Sungguh sesuatu
yang bukan fizik masuk ke dalamnya. Sesuatu itu adalah roh. Roh itu masuk ke
dalam tanah sehingga ia menjadi burung. Jadi, roh adalah nilai yang hakiki,
bukan jasad atau fizik. Di samping itu, juga ada mukjizat menghidupkan
orang-orang yang mati. Bukankah ini juga menunjukkan adanya roh dan adanya hari
akhir atau hari kebangkitan. Orang yang mati telah ditelan oleh bumi di mana
anggota tubuhnya telah hancur berantakan sehingga ia hampir menjadi
tulang-belulang yang hancur lalu al-Masih memanggilnya dan tiba-tiba dia hidup
kembali dan bangkit dari kematiannya.
Seandainya orang yang mati hanya berupa fizik sebagaimana
dikatakan orang-orang Yahudi, maka ia tidak akan mampu bangkit dari kematiannya
kerana fiziknya telah hancur tetapi mayat itu mampu bangkit dari kematian.
Jayanya kembali hidup dan ia bangkit dari kuburannya serta berbicara. Jadi, roh
adalah nilai yang hakiki. bukan fizik atau jasad. Kalau begitu, di sana terdapat
hari kebangkitan dan hari kiamat. Hal ini bukanlah mustahil sebagaimana yang
dikatakan orang-orang Yahudi, kerana setelah kematian jasad menjadi tanah yang
berterbangan di udara. Itu bukan mustahil tetapi mungkin-mungkin saja. Dalil
dari hal itu adalah, kebangkitan orang-orang yang telah mati di hadapan mata
kepala mereka sendiri. Nabi Isa telah menghidupkan mereka agar kaumnya yakin
bahawa kiamat fizik akan terjadi dari kematian dan itu adalah benar dan bahawa
hari akhir adalah benar.
Juga terdapat mukjizat yang lain, yaitu beliau mampu memberi
tahu kaumnya tentang apa yang mereka simpan di rumah-rumah mereka, tanpa
terlebih dahulu beliau masuk ke rumah mereka atau dapat bocoran dari seseorang.
Mukjizat ini menetapkan bahawa panca indera bukanlah nilai yang hakiki. Nabi
Isa tidak melihat apa yang ada di rumah mereka tetapi rohnya mampu untuk
melihat dan berbicara atau memberitahu mereka. Jadi, rohani adalah nilai yang
hakiki, bukan fizik. Demikianlah mukjizat-mukjizat Isa datang untuk
memberitahukan pentingnya roh dan kebebasan kehendak Ilahi. Mukjizat-mukjizat
Nabi Isa - sebagaimana dikatakan oleh guru kami Muhammad Abu Zahra' - termasuk
dari jenis propagandanya dan sesuai dengan tujuan risalahnya, yaitu dakwah
untuk mendidik rohani dan keimanan kepada hari kebangkitan dan hari kemudian,
dan di sana ada kehidupan lain di mana seseorang yang berbuat baik akan dibalas
kebaikannya dan orang yang berbuat buruk akan dibalas keburukannya.
Lalu, apakah mukjizat menghidupkan orang-orang yang mati masih
memberikan celah kepada para pengingkaran akhirat untuk terus mengingkarinya
atau memberikan ruangan kepada penentang hari kebangkitan untuk meneruskan
penentangannya? Kami telah mengatakan bahawa orang-orang Yahudi telah diracuni
dengan fikiran ketidakpercayaan atau penentangan pada hari akhirat serta tidak
beriman kepada hari akhir, maka menghidupkan orang-orang yang mati yang dibawa
atau dikuasai oleh Isa menjadi suatu pukulan telak bagi mereka yang membuat
mereka beriman, tetapi mereka masih menentang tanda-tanda kebesaran Allah.
Nabi Isa menutup lembaran kehidupannya yang lembut dan ia mulai
berdakwah di jalan Allah. Beliau didukung oleh Ruhul kudus dan
mukjizat-mukjizat yang luar biasa. Al-Quran al-Karim menceritakan kepada kita
bahawa esensi dakwah al-Masih tidak banyak berubah dari esensi dakwah para nabi
sebelumnya, yaitu menyuarakan Islam yang intinya adalah menebarkan tauhid yang
sempurna hanya serta menyerahkan diri kepada Allah: "Sembahlah Allah,
Tuhanku dan Tuhan kalian."
Al-Quran memberitahu kita bahawa yang mengatakan kalimat
tersebut adalah Isa. Kalimat tersebut adalah kalimat yang sama yang pernah
disampaikan seluruh nabi, meskipun nama mereka, sifat mereka, mukjizat mereka,
baju mereka, bahasa mereka, usia mereka, bentuk mereka, dan warna kulit mereka
tidak sama. Mereka semua bersepakat untuk menyuarakan Islam dan hanya
menyerahkan diri kepada Allah SWT serta beriman bahawa Allah SWT adalah Tuhan
mereka dan Tuhan alam semesta. Tiada sekutu bagi-Nya dan tiada yang setara
dengan-Nya. Dia Maha Esa yang tidak beranak dan tidak diperanakkan dan tiada
sesuatu pun yang menyerupai-Nya.
Isa tidak mengatakan persoalan tauhid lebih banyak atau lebih
sedikit dari apa yang pernah disampaikan oleh para nabi. Al-Quran datang kira-
kira setelah lima ratus tahun dari pengangkatan Nabi Isa. Allah SWT, melalui
ilmu-Nya yang azali mengetahui apa yang terjadi di tengah- tengah kaum Masehi
di mana mereka berselisih tentang hakikat Isa. Oleh kerana itu, Al-Quran
al-Karim berusaha menyingkap dialog mereka yang belum terjadi. Allah SWT
berfirman:
"Dan (ingatlah) ketika Allah berfirman: 'Hai Isa
putera Maryam, adakah kamu mengatakan kepada manusia: 'Jadikanlah aku dan ibuku
dua orang tuhan selain Allah?' Isa menjawab: 'Maha Suci Engkau, tidaklah patut
bagiku mengatakan apa yang bukan hakku (mengatakannya). Jika aku pernah
mengatakannya, maka tentulah Engkau telah mengetahuinya. Engkau mengetahui apa
yang ada pada diriku dan aku tidak mengetahui apa yang ada pada diri Engkau.
Sesungguhnya Engkau Maha Mengetahui perkara yang ghaib. Aku tidak pernah
mengatakan kepada mereka kecuali apa yang Engkau perintahkan kepadaku
(mengatakannya) yaitu: 'Sembahlah Allah, Tuhanku, dan Tuhanmu,' dan aku menjadi
saksi terhadap mereka selama aku berada di antara mereka. Maka setelah Engkau
wafatkan aku, Engkaulah yang mengawasi mereka. Dan Engkau adalah Maha
Menyaksikan atas segala sesuatu.'" (QS. al-Maidah: 116-117)
Al-Quran secara tegas mengatakan bahawa dakwah al-Masih adalah
dakwah tauhid. Al-Quran ingin mengatakan bahawa al-Masih terlepas dari segala
tuduhan yang dialamatkan kepadanya, yaitu tuduhan bahawa ia anak Tuhan atau ia
justru tuhan itu sendiri. "Aku tidak pernah mengatakan kepada mereka
kecuali apa yang Engkau perintahkan kepadaku (mengatakannya) yaitu: 'Sembahlah
Allah, Tuhanku, dan Tuhanmu."
Nabi Isa pergi berdakwah di jalan Allah SMT. Inti dakwahnya
adalah, bahawa tidak ada perantara antara Pencipta dan makhluk; tidak ada
perantara antara seorang penyembah dan yang disembah. Allah SWT menurunkan
kitab Injil kepada Nabi Isa. Ia adalah kitab suci yang datang untuk membenarkan
Taurat dan berusaha menghidupkan syariatnya yang pertama. Injil adalah cahaya,
petunjuk, dan peringatan bagi orang-orang yang bertakwa. Nabi Isa ingin
meluruskan tafsiran orang-orang Yahudi terhadap syariat di mana mereka
menyampaikan tafsir dari syariat itu secara harfiah dan sesuai dengan
kepentingan mereka. Nabi Isa menenangkan orang-orang yang menjaga syariat
bahawa ia tidak datang untuk menghilangkan syariat, tetapi ia datang untuk
menyempurnakannya dan menyelesaikan tugas para nabi. Namun Isa lebih menekankan
pada penafsiran esensinya, bukan kepada bentuk lahiriahnya.
Nabi Isa memberi pengertian kepada orang-orang Yahudi bahawa
sepuluh wasiat yang dibawa oleh Isa mengandung makna-makna yang lebih dalam
dari apa yang mereka bayangkan. Wasiat yang keenam bukan hanya melarang
pembunuhan materi, sebagaimana yang mereka fahami tetapi juga menyangkut
penindasan dan usaha mencelakakan orang lain. Sedangkan wasiat yang ke tujuh
bukan hanya melarang zina (dalam pengertian terjadinya hubungan antara
laki-laki dengan perempuan melalui cara-cara yang tidak sah), tetapi zina
berarti segala bentuk perbuatan yang menjurus kepada dosa. Misalnya, ketika
mata diarahkan kepada lawan jenis disertai syahwat dan hasrat seksual, maka itu
pun berarti zina. Nabi Isa berkata: "Sesungguhnya lebih baik bagi manusia
untuk menghindarkan matanya dari sesuatu yang dapat menghancurkannya daripada
ia harus hancur dengan mata itu sendiri. Syariat yang dibawa oleh Isa melarang
untuk melanggar sumpah dan janji Nabi Isa memberi pengertian kepada kaumnya
bahawa hendaklah mereka tidak melakukan sumpah palsu kerana merupakan "kesalahan
besar jika nama Allah dibuat main-main di atas mulut-mulut manusia."
(Injil Mata 21 sampai 48).
Dakwah Nabi Isa juga berbenturan dengan arus materialisme yang
sangat mendominasi masyarakat saat itu. Oleh kerana itu, beliau mengingatkan
manusia dari perbuatan munafik, pamrih, tamak, dan gila pujian. Begitu juga
beliau mengingatkan mereka dari sifat rakus terhadap kekayaan dunia; beliau
mengingatkan agar jangan sampai mereka menimbun harta di dunia. Yakni, hendak
lah mereka tidak memfokuskan perhatian mereka pada urusan-urusan duniawi semata
yang sifatnya tidak abadi. Tetapi hendaklah mereka memfokuskan perhatian mereka
pada hal-hal yang bersifat samawi (ukhrawi) kerana itu bersifat abadi.
Nabi Isa memberitahu kepada masyarakatnya agar mereka menjadi
orang-orang yang teliti saat memilih gaya hidup mereka kerana pada gilirannya
akal mereka akan menjadi cermin darinya. Kecenderungan manusia itu terkait kuat
dengan hatinya. Jika hati tertuju kepada cahaya langit, maka kehidupan manusia
akan tampak bersinar tetapi jika hati tertuju pada kegelapan dunia, maka
kehidupannya pun tampak gelap. Nabi Isa mengingatkan kaumnya dari sikap pamrih
dan cinta dunia. Beliau mengajak mereka untuk teliti dalam memilih majikan yang
mereka mengabdi kepadanya kerana manusia tidak dapat mengabdi kepada dua
majikan dalam satu waktu. Boleh jadi ia akan menjadikan harta sebagai
majikannya, atau boleh jadi ia akan menjadikan Allah SWT sebagai tuannya. Jika
ia menyembah harta, maka berarti ia jauh dari penyembahan terhadap Tuhannya.
Oleh kerana itu, hendaklah manusia menjauhi dunia, seperti makanan dan pakaian
di mana mereka akan dikuasai oleh kegelisahan dan ketidaktenangan serta
keraguan tentang penjagaan Allah SWT kepada mereka. Allah SWT telah berjanji
untuk memenuhi kebutuhan hamba-hamba-Nya dalam kehidupan. Ketika timbul
kegelisahan dan keraguan pada diri mereka, maka itu dikeranakan keraguan mereka
terhadap penjagaan Allah SWT dan ketidakpercayaan mereka kepada janji-janjinya
dan rahmat-Nya serta bimbingan-Nya. Allah SWT lah yang menciptakan mereka dan
Dia pula yang menjamin kehidupan mereka dan melindungi mereka. Bahkan Dia juga
melindungi makhluk yang paling kecil urusannya seperti burung di langit dan
kumbang-kumbang di kebun.
Nabi Isa memberitahu kaumnya bahawa hanya memperhatikan dunia
adalah hal yang salah, yang tidak pantas dilakukan oleh orang-orang yang
beragama. Itu adalah sikap para penyembah berhala kerana penyembah berhala
tidak mengetahui apa yang lebih baik darinya, sedangkan orang- orang yang
beragama mengetahui bahawa di sana terdapat bimbingan Ilahi yang mengajak
mereka untuk percaya kepada Allah SWT dan tidak begitu peduli dengan dunia.
Allah SWT mengetahui kebutuhan-kebutuhan mereka lebih daripada apa yang mereka
ketahui; Allah SWT akan melindungi mereka dan akan menjamin kehidupan mereka.
kerana itu, yang layak bagi mereka adalah, hendaklah mereka memohon agar diberi
kekuasaan Allah SWT dan kebaikan dari-Nya. Yakni kehidupan rohani dan apa yang
dikandungnya dari kebahagiaan abadi.
Di samping itu, Nabi Isa menasihati mereka agar jangan terlalu
pusing dengan kejadian-kejadian yang akan datang dan persoalan-persoalan esok
hari kerana esok hari sudah berjalan sebagaimana mestinya. Jika kebutuhan dan
penderitaan datang silih berganti, maka bantuan dan perlindungan Ilahi pun
terus datang silih berganti. Dakwah Nabi Isa juga berbenturan dengan dualisme
yang tumbuh di tengah-tengah masyarakat. Kita saksikan sebagaimana mereka suka
mendapatkan kebaikan yang ditujukan kepada diri mereka, maka mereka pun biasa
untuk melakukan kejahatan kepada orang-orang lain. Demikianlah, kehidupan
orang-orang Yahudi dicemari sikap dualisme ini. Nabi Isa mewasiatkan kepada
manusia agar mereka memperlakukan sesama mereka sesuai dengan akidah yang
mengatakan: "Perlakukanlah orang lain sebagaimana engkau memperlakukan
dirimu sendiri"
Nabi Isa terus melangsungkan dakwahnya dan mengajak manusia
untuk menyembah Allah SWT serta tidak menyekutukan-Nya, sebagaimana beliau juga
mengajak manusia untuk membersihkan rohani serta hati dan berusaha memasuki
kerajaan langit. Dakwah Nabi Isa itu sangat memukul kalangan para pendeta
Yahudi. Kalimat-kalimat yang dilontarkan Nabi Isa bagaikan senjata yang siap
menerpa wajah mereka dan menyatakan peperangan terhadap mereka serta menyingkap
kedok kemunafikan mereka. Mula-mula pemerintahan Romawi tidak turut campur
dalam masalah tersebut kerana mereka melihat bahawa itu hanya sekadar perselisihan
dalaman antara kelompok-kelompok Yahudi. Bagi mereka, selama orang-orang Yahudi
sibuk dengan masalah mereka sendiri dan tidak peduli dengan kekuasaan, mereka
pun tidak turut campur.
Kemudian para pendeta Yahudi mulai merancang suatu persekongkolan
untuk menyingkirkan Isa. Mereka ingin mengusir Isa dan membuktikan bahawa Isa
datang untuk menghancurkan syariat Musa. Syariat Musa memutuskan untuk merejam
wanita yang berzina. Para pendeta Yahudi menghadirkan wanita yang salah yang
berhak direjam. Mereka berkumpul di sekeliling Isa dan bertanya kepadanya:
"Tidakkah syariat menetapkan untuk merejam wanita yang bersalah?" Isa
menjawab: "Benar," Mereka berkata: "Ini adalah wanita yang
bersalah." Isa memandang wanita itu dan ia pun melihat para pendeta Yahudi.
Isa mengetahui bahawa para pendeta Yahudi lebih banyak kesalahannya daripada
wanita tersebut. Para pendeta itu menunggu jawapan Isa. Jika ia mengatakan
bahawa wanita itu tidak berhak dibunuh, maka berarti ia menentang syariat Musa,
dan jika ia mengatakan bahawa ia berhak dibunuh, maka ia justru menghancurkan
dirinya sendiri yang membawa syariat cinta dan toleransi. Nabi Isa memahami
bahawa ini adalah persekongkolan. Beliau tersenyum dan wajahnya tampak
bercahaya. Kemudian beliau melihat para pendeta Yahudi dan wanita itu sambil
berkata: "Barang siapa di antara kalian yang tidak memiliki kesalahan,
maka hendaklah ia merejam wanita itu."
Suara beliau yang keras itu memecahkan keheningan tempat
penyembahan. Beliau menetapkan peraturan baru yang berhubungan dengan hukum
yang dijatuhkan kepada orang yang berbuat salah. Hendaklah orang yang tidak
berbuat salah menghukum orang yang salah dan tidak berhak seseorang pun dari
kalangan manusia untuk menghukum orang yang bersalah jika ia sendiri bersalah,
tetapi yang menghukumnya adalah Allah SWT yang Maha Suci dan Maha Tinggi dan
Allah SWT adalah Maha Pengasih di antara yang mengasihi.
Nabi Isa keluar dari tempat penyembahan itu. Tiba-tiba, wanita
itu mengejar dari belakangnya. Lalu wanita itu mengeluarkan dari pakaiannya
satu botol dari minyak yang berharga. Ia berdiri di depan Isa dan menjatuhkan
dirinya di atas kedua kaki Isa lalu menciumnya dan membasuhnya dengan minyak
wangi dan air mata. Setelah itu, ia mengeringkan kedua kakinya dengan
rambutnya. Bagi wanita itu, al- Masih mempakan harapan terakhir yang dapat
menyelamatkannya. Lalu keluarlah dari belakang Isa seorang tokoh pendeta
Yahudi. Ia berdiri menyaksikan pemandangan tersebut dan ia merasa kagum
terhadap kasih sayang Isa. Isa melihat kepadanya dan bertanya; "Seorang
kreditor yang memiliki dua orang debitor, salah satunya berhutang lima ratus
dinar dan yang lain lima puluh dinar." Pendeta itu berkata:
"Ya." Isa berkata: "Tak seorang pun dari mereka berdua yang
memiliki wang yang cukup untuk melunasi wangnya. Lalu si kreditor memaafkan
mereka dan membebaskan mereka dari hutang." Pendeta berkata:
"Ya." Kemudian Isa bertanya: "Siapa di antara mereka yang paling
senang kepada kreditor itu?" Pendeta menjawab: "Tentu yang berhutang
lebih besar.'' Isa berkata: "Benar apa yang engkau ucapkan. Lihatlah
wanita ini. Aku telah masuk ke rumahmu tetapi engkau tidak memberikan kepadaku
air agar aku dapat membasuh wajahku, tetapi wanita itu membasuh kedua kakiku
dengan air mata lalu ia mengusapnya dengan rambut kepalanya. Begitu juga engkau
tidak memberikan ciuman kepadaku tetapi wanita ini tidak merasa puas dengan
hanya mencium kedua kakiku. Jadi, hatimu sungguh sangat keras tetapi hati
wanita itu dipenuhi dengan rasa cinta. Maka barang siapa yang banyak mencintai
nescaya kesalahan-kesalahannya akan diampun." Kemudian Isa menoleh ke
wanita itu dan memerintahkannya untuk bangkit dari tanah sambil berkata:
"Ya Allah, ampunilah wanita ini dan hilangkanlah
kesalahan-kesalahannya."
Nabi Isa berusaha menyedarkan para pendeta Yahudi bahawa para
dai yang menyeru di jalan Allah SWT bukanlah algojo yang bengis yang menerapkan
hukum syariat tanpa melihat keadaan masyarakat yang bersalah, tetapi mereka
datang dan membawa ajaran Allah SWT yang merupakan ajaran yang penuh dengan rahmat
kepada manusia. Jadi, rahmat adalah tujuan semua dakwah Ilahi ini. Bahkan
diutusnya para nabi itu sendiri mengandung rahmat Allah SWT terhadap kaum
mereka.
Isa terus berdoa kepada Allah SWT agar merahmati kaumnya. Beliau
menyuruh kaumnya agar menyayangi diri mereka sendiri dan beriman kepada Allah
SWT. Kehidupan Nabi Isa menggambarkan kezuhudan dan ketaatan dalam ibadah.
Mu'tamar bin Sulaiman berkata, sebagaimana diriwayatkan Ibnu 'Asakir:
"Nabi Isa menemui kaumnya dengan memakai pakaian dari wol. Beliau keluar
dalam keadaan tidak beralas kaki sambil menangis serta wajahnya tampak pucat
kerana kelaparan dan bibimya tampak kering kerana kehausan. Nabi Isa berkata,
"salam kepada kalian wahai Bani Israil. Aku adalah seseorang yang
meletakkan dunia di tempatnya sesuai dengan izin Allah SWT, tanpa bermaksud
membanggakan diri. Apakah kalian mengetahui di mana rumahku?" Mereka
menjawab: "Di mana rumahmu wahai Ruhullah?"
Nabi Isa menjawab: "Rumahku adalah masjid, wewangianku
adalah air makananku adalah rasa lapar, pelitaku adalah bulan di waktu malam
dan solatku di waktu musim dingin di saat matahari terletak di timur, bungaku
adalah tanaman-tanaman bumi, pakaianku terbuat dari wol, syiarku adalah takut
kepada Tuhan Yang Maha Mulia, teman-temanku adalah orang-orang yang fakir,
orang-orang yang sakit, dan orang-orang yang miskin. Aku memasuki waktu pagi
dan aku tidak mendapati sesuatu pun di rumahku begitu juga aku memasuki waktu
sore dan aku tidak menemukan sesuatu pun di rumahku. Aku adalah seseorang yang
jiwanya bersih dan tidak tercemar. Maka siapakah yang lebih kaya daripada
aku?"
Isa terus melakukan dakwahnya. Ia didukung oleh mukjizat dari
Allah SWT. Nabi Isa mampu membuat bentuk burung dari tanah kemudian ia
meniupnya, maka tanah itu menjadi burung dengan izin Allah SWT. Selain itu,
hujung bajunya yang sederhana jika tersentuh orang yang sakit, maka orang itu
akan sembuh. Bahkan jika Isa meletakkan tangannya di atas mata orang yang buta
atau orang yang terkena sakit belang nescaya ia akan sembuh. Jadi, Nabi Isa
didukung oleh mukjizat yang luar biasa. Bahkan beliau mampu menghidupkan
orang-orang yang mati dari kuburan mereka sehingga mereka keluar dalam keadaan
hidup dengan izin Allah SWT.
Para ahli tafsir mengatakan bahawa Nabi Isa menghidupkan empat
orang. Pertama, al-Azir yaitu temannya. Kemudian dua orang anak laki-laki dari
seorang tua, dan seorang anak perempuan satu-satunya dari seorang ibu. Mereka
adalah tiga orang yang mati di zaman Nabi Isa. Ketika orang- orang Yahudi
melihat hal tersebut, mereka berkata: "Engkau menghidupkan orang-orang
yang mati dan kematian mereka tidak lama .Barangkali mereka tidak mati tapi
mereka sekadar mengalami keadaan tidak sedarkan diri atau mati suri. Lalu
mereka meminta kepada Nabi Isa untuk membangkitkan Sam bin Nuh dari kematiannya.
Para ahli tafsir mengatakan bahawa Nabi Isa bertanya kepada
mereka, "Di manakah kaum kuburan Sam bin Nuh?" Mereka keluar bersama
Isa sehingga mereka mencapai kuburan. Lalu Nabi Isa berdoa kepada Allah SWT
agar menghidupkan orang yang mati di situ. Sam bin Nuh keluar dari kuburannya,
dan rambut dikepala-nya tampak beruban. Isa berkata kepadanya: "Bagaimana
rambut di kepalamu bisa beruban, sementara di zamanmu kau tidak. ada
uban," Sam berkata: "Ya Ruhullah, aku mendengar engkau berdoa untukku
lalu aku mendengar suara yang mengatakan, aku akan mengabulkan wahai Ruhullah.
Aku mengira bahawa kiamat telah tiba. kerana takutnya kepada hal itu sehingga
rambut di kepalaku beruban."
Apa pun yang dikatakan berkaitan dengan cerita itu yang
menyebutkan tentang bagaimana Nabi Isa menghidupkan orang-orang yang mati,
namun kita tidak mengetahui konteks Al-Qu'ran serta perincian-perincian yang
menjelaskan hal tersebut. Allah SWT hanya menyebutkan bahawa Isa menghidupkan
orang-orang yang mati dengan izin-Nya. Kita percaya bahawa Nabi Isa mampu
menghidupkan mereka tetapi kita tidak mengetahui apakah mereka mati kembali
setelah dihidupkan atau mereka sempat menjalani kehidupan selama beberapa saat.
Nabi Isa terus berjalan di jalan Allah SWT. Beliau membuat bagi mereka apa yang
disebut dengan hukum roh. Beliau menaiki gunung dan para sahabat- sahabatnya
berdiri di sekitarnya. Nabi Isa melihat orang-orang yang beriman kepadanya yang
terdiri dari orang-orang yang fakir, orang-orang yang menderita, dan orang-
orang yang sedih. Jumlah mereka sedikit sebagaimana lazimnya jumlah para
pengikut nabi.
Gunung diliputi dengan awan tipis dan turunlah hujan gerimis.
Isa mulai berbicara: "Sungguh beruntung bagi orang-orang miskin kerana
mereka memiliki kerajaan langit. Beruntunglah orang-orang yang sedih kerana
mereka akan menjadi orang-orang yang mulia. Beruntunglah yang diserahi amanat
kerana mereka akan mewarisi bumi. Beruntunglah orang- orang yang lapar dan haus
kerana mereka akan dikenyangkan. Beruntunglah orang-orang yang menyayangi
kerana mereka akan disayangi. Beruntunglah orang-orang yang bersih hatinya
kerana mereka akan melihat Allah SWT. Beruntunglah orang-orang yang tertindas
demi mempertahankan kebenaran kerana mereka akan mendapatkan kerajaan langit.
Kalian adalah garam bumi jika garam telah rosak, maka siapa gerangan yang dapat
mengembalikannya menjadi garam kembali." Renungkanlah kedalaman ungkapan
dari Nabi Isa, "kalian adalah garam bumi."
Garam adalah sesuatu yang memberikan rasa yang khusus dan tanpa
garam makanan akan menjadi hambar. Yakni, tanpa orang-orang mukmin, maka cita
rasa kehidupan terasa tidak bermakna; tanpa kehadiran orang-orang Muslim dan
perbuatan mereka yang ikhlas terhadap Allah SWT akan tampak kehidupan sangat
berat dan tidak berarti. Di samping itu, kehadiran manusia sebagai khalifah
Allah SWT di muka bumi pun sia-sia, dan keagungan manusia sebagai hamba Allah
SWT pun tidak bermakna, dan pada gilirannya kehidupan akan dipenuhi dengan
kejahatan dan keburukan.
Allah SWT teiah mewahyukan kepada "garam bumi" agar
mereka beriman kepada Nabi Isa. Allah SWT berfirman:
"Dan (ingatlah), ketika Aku ilhamkan kepada
pengikut-pengikut Isa yang setia: 'Berimanlah kamu kepada-Ku dan kepada
rasul-Ku.' Mereka menjawab: 'Kami telah beriman dan saksikanlah (wahai rasul)
bahawa sesungguhnya kami adalah orang-orang yang patuh (kepada
seruanmu).'" (QS. al-Maidah: 111)
Al-Hawariyin mengakui kebenaran ajaran Nabi Isa dan mereka
menyatakan keislaman kepadanya, sebagaimana ratu Saba' mengakui kebenaran
ajaran Nabi Sulaiman dan menyatakan keislaman padanya, dan sebagaimana semua
para nabi menyatakan keislaman. Hakikat ajaran para nabi terbatas kepada
pernyataan keislaman dan semua nabi menyeru kepada jalan tauhid dan jalan
Islam. Islam dalam pandangan kami memiliki makna yang lebih dalam daripada
tauhid. Pengakuan seseorang terhadap Allah SWT dan keimanan akan keesaan-Nya
dalam menciptakan makhluk tidak mencegah orang itu untuk berbuat dosa,
sedangkan keislaman atau penyerahan hati dan anggota badan serta pemikiran
kepada Allah SWT merupakan suatu tingkatan sedikit lebih tinggi. Ini adalah
tingkat kepatuhan orang-orang yang patuh dan puncak ketauhidan orang-orang yang
bertauhid. Itu adalah keserasian antara tindakan dengan fikiran, yaitu usaha
manusia untuk menghindari kesalahan dan memurnikan amal hanya untuk Allah SWT.
Al-Quran al- Karim memberitahu kita bahawa Allah SWT menyampaikan wahyu kepada
al-Hawariyin agar mereka beriman kepadanya dan kepada Rasul-Nya Isa.
Marilah kita renungkanlah sejenak tentang wahyu Allah SWT terhadap
Hawariyin. Kita mengetahui bahawa Allah SWT mewahyukan kepada manusia dan
kepada makhluk-makhluk lainnya. Allah SWT berfirman:
"Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu mewahyukan kepada
lebah..." (QS. an-Nahl: 68)
Yang dimaksud dengan wahyu di sini adalah memberikan ilham
kepada makhluk agar mereka menuju ke jalan fitrahnya yang telah Allah SWT
gariskan di atasnya sehingga mereka mencapai jalan kesempurnaan. Tidakkah Anda
ingat tentang jawapan Nabi Musa terhadap pertanyaan Fira'un:
"Fir'aun berkata: 'Siapakah Tuhan kamu berdua wahai
Musa. " (QS. Thaha: 49)
"Musa berkata: 'Tuhan kami ialah (Tuhan) yang telah
memberikan kepada tiap-tiap sesuatu bentuk kejadiannya kemudian memberinya
petunjuk. " (QS. Thaha: 50)
Makna di sana dan di sini sama. Makna yang sama tersebut
diterapkan kepada kaum Hawariyin di mana wahyu Allah SWT terhadap mereka berupa
pemberian ilham kepada mereka demi kebaikan mereka dan kebahagiaan mereka, dan
wahyu ini tidak bertentangan dengan ikhtiar mereka dan usaha mereka serta
keinginan mereka, bahkan tidak bertentangan dengan kebebasan mereka. Allah SWT
telah melihat hati mereka yang dipenuhi dengan kebaikan. Dia melihat mereka
sebagai garam bumi, maka Allah SWT mewahyukan kepada mereka agar beriman
kepadanya dan rasul-Nya sehingga mereka pun beriman dan mereka pun bersaksi
bahawa mereka orang-orang yang berserah diri atau Muslim.
Tampaknya kaum Hawariyin menyembunyikan keimanan mereka sehingga
Isa merasakan kekufuran kaumnya semakin menjadi-jadi lalu Isa memanggil mereka:
"Siapakah di antara kalian yang menolong aku menuju jalan Allah SWT?"
Allah SWT berfirman:
"Maka tatkala Isa mengetahui keingkaran dari mereka
(Bani Israil) berkatalah dia: 'Siapakah yang akan menjadi penolong-penolongku
untuk menegakkan (agama) Allah?' Para Hawariyin (sahabat-sahabat setia)
menjawab: 'Kamilah penolong-penolong (agama) Allah. Kami beriman kepada Allah;
dan saksikanlah bahawa sesungguhnya kami adalah orang-orang yang menyerahkan
diri. Ya Tuhan kami, kami telah beriman kepada apa yang telah Engkau turunkan dan
telah kami ikuti rasul, kerana itu masukkanlah kami ke dalam golongan orang-
orang yang menjadi saksi.'" (QS. Ali 'Imran: 52-53)
Nas Al-Quran menunjukkan bahawa Nabi Isa mengajak mereka untuk
mengikuti Islam sehingga mereka pun berserah diri; nas Al-Quran menegaskan
bahawa Nabi Isa menyampaikan khabar gembira dengan kedatangan seorang rasul
yang datang setelahnya yang bernama Ahmad. Dikatakan dalam Al-Quran:
"Dan (ingatlah) ketika Isa putera Maryam berkata:
'Hai Bani Israil, sesungguhnya aku adalah utusan Allah kepadamu, membenarkan
kitab yang turun sebelumku, yaitu Taurat dan memberi khabar gembira dengan
(datangnya) seorang rasul yang akan datang sesudahku, yang namanya Ahmad
(Muhammad).' Maka tatkala rasul itu datang kepada mereka dengan membawa bukti-bukti
yang nyata, mereka berkata: 'Ini adalah sihir yang nyata.'" (QS. Shaff: 6)
Kita tidak mengetahui secara pasti kapan Nabi Isa menyampaikan
khabar berita tentang kedatangan seorang rasul ini yang datang setelah masanya,
yaitu Ahmad saw. Apakah khabar berita itu beliau sampaikan dipermulaan
pengutusannya kepada manusia, atau apakah beliau menyampaikan khabar itu pada
akhir masa dakwahnya dan sebelum beliau diangkat ke langit? Tetapi melihat
konteks Al-Quran tampaknya khabar berita tersebut itu disampaikan di permulaan
dakwahnya, sebagaimana firman-Nya: "Maka tatkala rasul itu datang kepada
mereka dengan membawa bukti-bukti yang nyata, mereka berkata: 'lni adalah sihir
yang nyata.'"
Kata ganti (dhamir) dalam ayat tersebut kembali kepada Nabi Isa.
Ayat tersebut menunjukkan bahawa Nabi Isa menyampaikan khabar gembira dengan
datangnya Muhammad atau Ahmad ketika Allah SWT mengutus kepada kaumnya.
Kemudian terjadilah di hadapan Nabi Isa berbagai macam mukjizat yang luar biasa
seperti penghidupan orang yang mati, peniupan tanah, dan sebagainya. Ketika
Nabi Isa datang membawa bukti- bukti yang jelas ini, maka mereka menuduhnya
bahawa ia membawa sihir. Nabi Isa mengetahui bahawa tuduhan semacam ini telah
dialamatkan kepada sebahagian besar para nabi sebelumnya. Beliau juga
mengetahui bahawa nabi yang terakhir pun akan mendapatkan tuduhan yang sama.
Oleh kerana itu, nabi yang mulia itu tetap berdakwah di jalan Allah SWT dan
tidak peduli dengan tuduhan kaumnya yang mengatakan bahawa beliau membawa
sihir.
Kemudian pertentangan antara Nabi Isa dan Bani Israil semakin
meningkat. Mereka adalah orang-orang yang hatinya keras, yang membeku di
hadapan kebenaran. Isa datang kepada mereka dan menghancurkan segala pemikiran
mereka dan kehidupan mereka serta sistem mereka. Sesungguhnya dakwah Nabi Isa
terfokus kepada kebenaran, kedamaian dan keadilan dan pada saat yang sama
mengumumkan peperangan terhadap kehidupan orang-orang yang lalim yang telah
menjauhi kebenaran. keadilan, dan kedamaian. Injil Mata menyebutkan melalui lisan
Isa: "Janganlah kalian mengira bahawa aku membawa kedamaian ke muka bumi.
Aku tidak datang hanya membawa kedamaian tetapi aku datang membawa
pedang."
Kalimat tersebut menyiratkan hakikat yang penting dari hakikat
dakwah para nabi. Para nabi adalah pejuang sejati di mana senjata yang mereka
gunakan di medan peperangan beraneka ragam. tetapi mereka pada hakikatnya
adalah pejuang. Mereka memulai peperangan mereka dengan satu pemikiran yaitu
suatu tekad mengatakan bahawa tiada Tuhan selain Allah SWT. Pemikiran itu tentu
berbenturan dengan kepercayaan akan tuhan-tuhan yang diyakini oleh manusia,
baik tuhan-tuhan yang terbuat dari emas atau batu. Pemikiran itu sangat
mengganggu ketenangan orang-orang yang lalim atau penguasa yang bengis serta
sangat melawan kepentingan mereka, sehingga para raja dan para penguasa seperti
biasanya bergerak menentang nabi kecuali orang yang mendapatkan petunjuk dari
Allah SWT. Para pembesar dari kalangan kaum nabi menentang nabi. Al-Mala'
adalah para pembesar sebagaimana telah kami jelaskan dalam kisah Nabi Nuh dan
sesudahnya. Kemudian Nabi terus melangsungkan peperangan mewujudkan tekadnya:
Nabi meletakkan dasar peperangannya dengan menyampaikan ketuhanan Allah SWT.
Setelah meneguhkan dasar yang kuat ini, Nabi menetapkan keadilan.
Tak seorang pun berhak untuk menghinakan seseorang atau menjadikannya sebagai
budak kerana penghambaan hanya pantas ditujukan kepada Allah SWT. Manusia
adalah sama di antara mereka sehingga tidak berhak seseorang untuk memanfaatkan
kekuatan manusia untuk membangun kejayaan peribadinya atau untuk memperkaya
dirinya dengan merugikan orang lain, atau menghancurkan hak-hak mereka atau
berbuat buruk terhadap mereka dalam berbagai bentuknya. Jadi, inti dakwah para
nabi berarti mengganti dan mengubah sistem yang rosak yang didirikan oleh para
pembesar kaumnya. Kalau begitu, ia adalah dakwah yang menyatakan peperangan dan
kerana itu seseorang nabi harus membawa senjata. Setelah meneguhkan pemikiran
tersebut, dimulailah peperangan. Seorang nabi menggunakan pedang. Ia berlindung
di balik senjata dan senjata yang dimiliki oleh setiap nabi berbeza-beza.
Mula-mula seorang nabi tidak menggunakan senjata apa pun dalam
peperangannya selain berusaha untuk membangkitkan akal. Lalu peperangan semakin
meningkat sehingga nabi terpaksa untuk menggunakan senjata. Para musuh
memaksanya untuk menggunakan senjata sehingga para nabi pun menggunakan
senjata. Di sini setiap nabi mempunyai senjata yang berbeza-beza. Terkadang
senjata seorang nabi berupa mukjizat yang dapat menghentikan langkah dan
menghancurkan mereka seperti taufan (kisah Nabi Nuh) atau angin (kisah Nabi
Hud), dan terkadang senjata para nabi adalah mukjizat yang membantunya untuk
mengalahkan musuh-musuhnya secara pasti seperti ditundukkannya jin dan burung
baginya (kisah Nabi Sulaiman) dan senjata nabi berupa mukjizat yang
menyelamatkannya dari tipu daya musuh seperti berubahnya api menjadi sesuatu
yang dingin dan membawa keselamatan (kisah Nabi Ibrahim) dan terkadang senjata
nabi yang luar biasa yang memperkuat dakwahnya seperti menghidupkan orang-orang
yang mati (kisah Nabi Isa) dan terkadang senjata nabi berupa pedang yang
dipegang di tangannya saat ia melangsungkan peperangan dan mempertahankan
dakwahnya (kisah Nabi Muhammad saw).
Jadi, senjata para nabi berbeza-beza, baik dalam bentuk kualiti
mahupun kapasitinya. Allah SWT mengetahui kondisi mereka lebih dari apa yang
kita ketahui sehingga Allah SWT sangat tepat ketika memilihkan senjata untuk
setiap nabi. Dan tak seorang nabi pun yang tinggal di suatu tempat sementara ia
tidak berjuang dan tidak bergerak dan tidak mengalami penderitaan dari kaumnya.
Oleh kerana itu, sesuai dengan kadar kesabaran para nabi dan perjuangan mereka
dalam menyampaikan dakwah di jalan Allah SWT, mereka layak untuk mendapatkan
tempat yang istimewa di sisi Allah SWT.
Isa bin Maryam telah menyampaikan bahawa beliau adalah seorang
pejuang yang membawa senjata. Kata-katanya sendiri berusaha menghancurkan
masyarakat yang keras, masyarakat yang bodoh. Masyarakat di zaman Nabi Isa
berdiri di atas kesalahan, kesyirikan, kebohongan, kemunafikan, meterialisme,
pamrih, kelaliman dan tidak ada kebebasan. Maka melalui kalimat-kalimatnya,
Nabi Isa menghancurkan semua ini. Nabi Isa memberitahu kaumnya bahawa dakwahnya
di jalan Allah SWT bukan terfokus pada dakwah kedamaian tetapi dalam hal-hal
tertentu dakwahnya pun berisi pernyataan perang. Sesuatu menjadi tidak bernilai
ketika tidak berusaha dipertahankan oleh yang bersangkutan sampai titis darah
penghabisan. Timbulnya pemikiran- pemikiran, nilai-nilai dan prinsip-prinsip
tidak hanya bersandar kepada idealismenya tetapi nilainya justru bersandar
kepada usaha keras yang dikerahkan oleh para pembawanya dalam rangka
mempertahankannya. Tanpa peperangan dan mengangkat senjata dakwah para nabi
akan menjadi pemikiran-pemikiran yang sekadar idealisme yang tidak akan
menghentikan seseorang pun dan tidak akan membangkitkan seseorang pun.
Kita mengetahui bahawa sebahagian besar nabi berhadapan dengan
kelompok besar dari masyarakat yang menentangnya dan berusaha memeranginya.
Mula-mula mereka mengejeknya dan pada akhirnya mereka berusaha untuk
membunuhnya. Kita mengetahui bahawa para nabi berusaha mati-matian untuk
memperjuangkan kebenaran yang dibawanya. Melalui kisah para nabi, kita
mengetahui bahawa bagaimana serangan masyarakat, para pembesar, dan para
penguasa terhadap para nabi tetapi pada saat yang sama kita seakan-akan tidak
melihat bagaimana serangan para nabi terhadap mereka. Penjelasan dari hal itu
sangat mudah. Peperangan yang dibangkitkan oleh kebatilan atas para nabi
didukung oleh alat-alat yang canggih dan sangat kuat di mana mereka memiliki
berbagai macam sarana untuk menjatuhkan para nabi, sedangkan para nabi hanya
menyandarkan kekuatan dari yang Maha Benar, yaitu Allah SWT; kekuatan yang
tidak berdasarkan pada sebab- sebab tertentu atau tidak peduli dengan
tuduhan-tuduhan atau kegaduhan.
Para nabi hanya terus melangsungkan dakwahnya yang berdasarkan
kepada usaha membangkitkan akal dan hati serta menyucikan roh. Keteguhan sikap
para nabi ini bagi musuh-musuh mereka merupakan masalah yang besar. Dakwah nabi
juga menjamah suatu keluarga di mana seorang ayah dapat beriman sementara
seorang anak dapat menentang atau seorang anak dapat beriman sementara si ayah
dapat menentang atau seorang isteri beriman atau seorang suami kafir atau
seorang suami beriman sementara si isteri kafir. Perbezaan anak laki-laki
dengan ayahnya dan seorang isteri dengan suaminya menimbulkan permusuhan di
dalam rumah-rumah. Dengan terjadinya hal ini, masyarakat bergerak untuk menentang
nabi dan semakin meningkatkan tekanan-tekanan mereka kepadanya sehingga
permusuhan dan kebencian mereka kepada nabi semakin meruncing. Mereka pun
berusaha untuk melawan nabi itu yang bagi mereka telah memisahkan antara ayah
dan anaknya atau ia datang untuk memisahkan seorang anak perempuan dari ibunya.
Kemudian seorang nabi meletakkan suatu undang-undang bagi orang
yang mengikutinya, yaitu undang-undang pokok yang membatalkan undang- undang
yang tidak sesuai dengannya. Undang-undang ini tampak dalam kalimat nabi:
"pertama-tama cinta kepada Allah dan kemudian cinta kepada nabi dan
setelah itu cinta kepada sesama manusia." Makna-makna yang demikian ini
tercermin secara jelas dari kalimat-kalimat Isa yang disampaikan oleh Injil
Mata pada pasal ke-10.
Al-Masih berkata: "Janganlah engkau mengira bahawa aku
datang membawa kedamaian di bumi, aku datang bukan hanya membawa kedamaian
tetapi pedang. Aku datang untuk menjadikan seorang anak berbeza dengan ayahnya
dan seorang anak perempuan berbeza dengan ibunya sehingga musuh seseorang
justru terdapat pada keluarganya. Maka barang siapa yang mencintai ibunya dan
ayahnya lebih dari kecintaannya kepadaku, maka ia tidak berhak mencintaiku, dan
barang siapa yang mencintai anak laki-lakinya dan perempuannya lebih dariku, maka
ia tidak berhak mengikutiku. Meskipun kehidupannya tampak beruntung sebenarnya
ia telah rugi, dan barang siapa yang kehidupannya merugi kerana aku, maka
sebenarnya ia telah beruntung."
Penjelas Injil mengatakan: "Pemikiran orang-orang Yahudi
tentang al- Masih adalah, ketika al-Masih datang, maka semua pengikutnya akan
merampas kekayaan dan kejayaan di dunia ini lalu ia hanya memberi mereka
ketenangan dan kedamaian. Ketika al-Masih datang, ia menjelaskan kepada para
muridnya bahawa hal tersebut tidak benar, kerana jika ia datang untuk
memberikan kedamaian kepada para pengikutnya, maka mereka akan terancam
kelaliman dan mereka akan mati kerana tajamnya pedang. Maka hendaklah mereka
tidak mengharapkan kedamaian tetapi peperangan; hendaklah mereka tidak mengharapkan
keserasian tetapi perpecahan." Demikianlah masyarakat Yahudi terbagi
menjadi dua kelompok: kelompok orang-orang yang fakir, orang-orang yang lemah
dan orang-orang yang bersih hatinya bersama Isa, sedangkan kelompok majoriti
menentang Isa. Bahkan kelompok majoriti kafir itu sering menyakiti Isa.
Injil Mata menceritakan penderitaan al-Masih pada pasal ke-11.
Ia menceritakan bagaimana kemarahan al-Masih terhadap orang-orang yang tidak
mengabdi kepada Yuhana (Yahya) dengan baik atau mengabdi kepadanya secara
peribadi dengan baik. Injil Mata mengutip pernyataan Isa sebagai berikut:
"Dengan apa aku menyerupakan generasi ini, Sesungguhnya mereka menyerupai
anak-anak kecil yang duduk di pasar yang berteriak-teriak memanggil teman-teman
mereka sambil berkata: "Kami telah meniup seruling tetapi kalian tidak
menari. Kami mengasihi kalian tetapi kalian tidak menangis." Yuhana telah
datang dan tidak makan dan minum tetapi mereka mengatakan, sesungguhnya ia
terkena syaitan. lalu datanglah seorang anak manusia yang makan dan minum lalu
mereka mengatakan, ia adalah seorang yang ahli makan dan ahli minum
khamer."
Dokumen itu menunjukkan penderitaan al-Masih dan menyingkap
peperangan yang akan dihadapinya. Penderitaan yang dialami oleh hati suci
al-Masih adalah sebagai tindakan generasi tersebut di mana beliau diutus di
dalamnya sebagai orang yang memberi petunjuk dan menyampaikan berita gembira
tentang kerajaan langit. Beliau menyerupakan generasi Yahudi itu dengan
anak-anak kecil yang duduk- duduk di pasar sambil berteriak-teriak memanggil
teman-teman mereka sambil berkata: "kami telah meniup seruling tetapi
kalian tidak menari. Kami berbelas kasih kepada kalian tetapi kalian tidak
menangis." Al-Masih mengisyaratkan dengan pernyataan itu tentang apa yang
diperbuat anak- anak kecil saat mereka bermain-main, di mana biasanya mereka
meniru orang-orang yang besar saat mereka bergembira dengan menari-nari dan
saat mereka sedih mereka menangis. Demikianlah mereka sangat cepat berubah
antara bergembira dan sedih tanpa melalui pertimbangan dan kesedaran.
Demikianlah keadaan orang-orang Yahudi saat mereka mengabdi kepada Yahya,
kemudian saat mereka mengabdi kepada al- Masih. Yahya telah datang kepada
mereka dalam keadaan menangis, tidak makan dan tidak minum dari apa yang mereka
makan dan yang mereka minum. Ia tidak bergaul dengan sembarangan manusia. Telah
datang kepada mereka seorang nabi yang ahli ibadah tetapi kebanyakan mereka
menolaknya dan mereka mengatakan bahawa ia terkena syaitan. Kemudian datang
kepada mereka al-Masih di mana ia makan dan minum bersama pada acara walimah
dan hari raya lalu mereka pun menolaknya dan mengatakan bahawa ia suka makan
dan minum khamer padahal beliau adalah cermin terbesar dalam menghilangkan
syahwat dan kesucian yang sempurna.
Alhasil, generasi itu adalah generasi yang main-main Iayaknya
anak kecil. Tidak ada sesuatu pun yang dapat mempengaruhi mereka dan mereka
tidak mau bertaubat. Meskipun demikian, di sana terdapat kelompok kecil dari
manusia yang terpengaruh dan bertaubat. Dokumen tersebut menunjukkan betapa
beratnya penderitaan Isa di tengah-tengah generasi yang sezaman dengannya. Isa
mengalami banyak penderitaan dalam menyampaikan dakwahnya. Isa banyak menderita
di tengah-tengah kaum yang fikiran mereka belum matang. Mereka tak ubahnya
seperti anak- anak kecil yang suka bermain-main. Kaum yang tak tergugah oleh
kalimat-kalimat yang baik dan mereka tidak bergerak atau tersentuh ketika
menyaksikan mukjizat-mukjizat yang luar biasa.
Allah SWT kembali memperkuat Isa dengan mukjizat-mukjizat yang
mengagumkan. Mukjizat di sini adalah senjata yang diberikan Allah SWT kepada
nabi-Nya agar nabi tersebut menjadi tenteram dan agar menambah keyakinan
orang-orang yang beriman kepadanya, sedangkan bagi orang-orang kafir mukjizat
tersebut justru menambah kekufuran mereka sehingga Allah SWT memberikan
pembalasan yang setimpal kepada kedua kelompok tersebut. Mukjizat yang Allah
SWT berikan kepada Isa bin Maryam yang lain adalah, Allah SWT mengabulkan doa
Hawariyin dengan menurunkan makanan dari langit. Allah SWT berfirman:
"(Ingatlah), ketika pengikut-pengikut Isa berkata:
'Hai Isa putera Maryam, bersediakah Tuhanmu menurunkan hidangan dari langit
kepada kami?' Isa menjawab: 'Bertakwalah kepada Allah jika betul- betul kamu
orang yang beriman.' Mereka berkata: 'Kami ingin memakan hidangan itu dan
supaya tenteram hati kami dan supaya kami yakin bahawa kamu telah berkata benar
kepada kami, dan kami menjadi orang-orang yang menyaksikan hidangan itu.' Isa
putera Maryam berdoa: 'Ya Tuhan kami, turunkanlah kiranya kepada kami suatu
hidangan dari langit (yang hari turunnya) akan menjadi hari raya bagi kami
yaitu bagi orang-orang yang bersama kami dan yang datang sesudah kami, dan
menjadi tanda bagi kekuasaan-Mu: beri rezekilah kami dan Engkaulah Pemberi
rezeki Yang Paling Utama.' Allah berfirman: 'Sesungguhnya Aku akan menurunkan
hidangan itu kepadamu, barang siapa yang kafir di antaramu sesudah (turun
hidangan) itu, maka sesungguhnya Aku akan menyeksanya dengan seksaan yang tidak
pernah Aku timpakan kepada seorang pun di antara umat manusia.'" (QS.
al-Maidah: 112-115)
Barangkali kita terhairan-hairan ketika memperhatikan perkataan
Hawariyin, "wahai Isa bin Maryam, apakah Tuhanmu mampu?" Mungkin
pertama-tama yang terlintas dalam fikiran kita berkenaan dalam ayat tersebut
adalah, keraguan Hawariyin terhadap kekuatan atau kekuasaan Allah SWT.
Bagaimana hal itu mampu mereka laku-kan sedangkan mereka adalah murid-murid Isa
yang beriman dan berserah diri kepada Allah SWT? Berkaitan dengan tafsir ayat
tersebut, para ulama berbeza pendapat. Sebahagian ulama mengatakan, bahawa
pertanyaan mereka 'apakah Tuhanmu mampu?' Yakni, berarti apakah Tuhanmu bisa?
Kemudian mereka mencarikan alasan yang membenarkan perkataan Hawariyin itu
dengan mengatakan bahawa pertanyaan itu dilontarkan saat mereka baru saja
mengikuti Isa, sebelum mereka banyak mengetahui Allah SWT. Oleh kerana itu, Isa
berkata dalam jawapannya terhadap pertanyaan mereka, bertakwalah kepada Allah
SWT jika kamu benar-benar orang mukmin. Yakni, janganlah kalian meragukan
kekuasaan atau kekuatan Allah SWT.
Qurthubi menampik tafsir ini. Hawariyin adalah para penolong
Allah SWT, sesuai dengan nas Al-Quran dan tentu tidak boleh bagi penolong Allah
SWT untuk tidak mengetahui kekuatan-Nya, apalagi meragukan kekuasaan-Nya. Sebahagian
ulama mengatakan bahawa perkataan tersebut dikeluarkan orang-orang yang bersama
Hawariyin yang berasal dari Bani Israil dan tidak seorang pun dari Hawariyin
yang mengatakan demikian kecuali mereka hanya sekadar menukil perkataan
tersebut. Ada pendapat lain lagi yang mengatakan bahawa ayat tersebut tidak
dibaca 'hal yastathi' rabbuka' tetapi dibaca 'hal tastathi' rabbaka'
sebagaimana bacaan Aisyah dan sebagaimana dibaca oleh Nabi. Maknanya,
"apakah engkau mampu menghadirkan kekuatan Tuhanmu terhadap apa yang
engkau minta." Ada pendapat yang lain mengatakan ia dibaca 'hal tastathi'
rabbaka', yakni "apakah engkau mampu untuk berdoa kepada Tuhanmu atau
meminta-Nya."
Sebahagian kaum sufi berpendapat bahawa kaum Hawariyin bukan
tidak mengetahui kekuasaan Allah SWT tetapi pertanyaan itu justru bersumber
dari cinta kepada Allah SWT dan keinginan menyaksikan kekuasaan Allah SWT.
Sikap mereka ini menyerupai dengan perbezaan tingkatan sikap Nabi Ibrahim as
ketika beliau mengatakan:
"Ya Tuhanku, perlihatkanlah kepadaku bagaimana Engkau
menghidupkan orang-orang mati?' Allah berfirman: 'Apakah kamu belum percaya?'
Ibrahim menjawab: 'Saya telah percaya, tetapi agar bertambah mantap
hatiku.'" (QS. al-Baqarah: 260)
Oleh kerana itu, kaum Hawariyin berkata: "Dan hati kami
menjadi mantap," sebagaimana Nabi Ibrahim berkata: "Agar bertambah
mantap hatiku." Inilah tafsir yang membuat kita puas dan membuat hati kita
tenang. Nabi Isa menjawab pertanyaan mereka: 'Bertakwalah kepada Allah jika
betul-betul kamu orang yang beriman.' Yakni, hati-hatilah kalian dengan banyak
bertanya dan menguji Allah SWT kerana kalian tidak mengetahui apa yang boleh
kalian minta untuk didatangkan bukti- bukti kekuasaan Allah SWT. Perkataan Nabi
Isa, jika kalian benar-benar beriman terfokus kepada apa yang dibawanya yang
berupa mukjizat- mukjizat atau tanda-tanda kebesaran Allah SWT. Nabi Isa
bermaksud untuk mengatakan, sesungguhnya apa yang telah aku bawa dari mukjizat-
mukjizat bagi kalian seharusnya sudah cukup membuat hati kalian mantap. "Mereka
berkata: 'Kami ingin memakan hidangan itu dan supaya tenteram hati kami dan
supaya kami yakin bahawa kamu telah berkata benar kepada kami, dan kami menjadi
orang-orang yang menyaksikan hidangan itu.'"
Kaum Hawariyin menjelaskan kepada Isa sebab pertanyaan mereka
ketika beliau melarangnya. Jika Nabi Isa keluar, maka beliau diikuti lima ribu
orang atau lebih. Sebahagian mereka dari kalangan Hawariyin dan sebahagian yang
lain campuran di antara pengikutnya dan musuhnya. Dikatakan bahawa mereka
berpuasa dan mereka tidak mempunyai makanan, lalu para pengikut berkata kepada
kaum Hawariyin, "Tanyalah kepada Isa apakah ia mampu berdoa kepada
Tuhannya sehingga diturunkan kepada kita makanan dari langit." Kemudian
kaum Hawariyin pergi dengan membawa surat kaum itu kepada Isa. Ketika Isa
meminta mereka untuk merasa cukup dengan mukjizat-mukjizat sebelumnya, mereka
kembali melontarkan kebenaran permintaan mereka: 'Kami ingin memakan hidangan
itu. Mereka adalah orang-orang yang lapar sementara mereka tidak mempunyai makanan.
Dan supaya tenteram hati kami.
Hati kaum Hawariyin menjadi tenang seperti tenangnya hati
Ibrahim. Dan para pengikut pun merasa hatinya tenang dan mengakui bahawa Isa
adalah Nabi yang diutus untuk mereka. Dan hati musuh juga menjadi tenang kerana
mereka menyaksikan kebatilan mereka sehingga pilihan mereka untuk tidak
mengikuti Isa berakibat pada suatu saat mereka akan diminta pertanggungjawaban.
"Dan supaya kami yakin bahawa kamu telah berkata benar
kepada kami. Yakni kami mengetahui bahawa engkau utusan Allah. Dan kami menjadi
orang-orang yang menyaksikan hidangan itu. Yakni, kami menyaksikan keesaan
Allah dan risalah dan kenabianmu. Dan bagi orang lain yang tidak
menyaksikannya, maka kami akan menceritakan kepada mereka peristiwa yang
terjadi."
Isa putera Maryam berdoa: 'Ya Tuhan kami, turunkanlah kiranya
kepada kami suatu hidangan dari langit (yang hari turunnya) akan menjadi hari
raya bagi kami yaitu bagi orang-orang yang bersama kami dan yang datang sesudah
kami, dan menjadi tanda bagi kekuasaan-Mu: beri rezekilah kami dan Engkaulah
Pemberi rezeki Yang Paling Utama.'
Ketika kaum Hawariyin bertanya kepada Isa bin M aram agar
diturunkan makanan dari langit, maka Nabi Isa berdiri dan meletakkan pakaian
dari kulit wol kemudian beliau melangkahkan kakinya dan meletakkan tangan
kanannya di atas tangan kirinya, lalu beliau menundukkan kepalanya dalam
keadaan khusyuk dan tunduk kepada Ala SWT. Kemudian beliau membuka matanya dan
menangis sehingga air matanya membasahi janggutnya bahkan mencapai dadanya dan
berkata: 'Ya Tuhan kami, turunkanlah kiranya kepada kami suatu hidangan dari
langit... Allah berfirman: 'Sesungguhnya Aku akan menurunkan hidangan itu
kepadamu.
Lalu turunlah makanan besar dari celah dua awan: satu awan di
atasnya satu awan di bawahnya. Saat itu manusia melihatnya. Nabi Isa berkata,
"Ya Allah jadikanlah makanan ini sebagai rahmat dan jangan menjadi
fitnah." Lalu turunlah di depan Nabi Isa sapu tangan yang menutupinya
kemudian Nabi Isa tersungkur dalam keadaan sujud yang diikuti oleh kaum
Hawariyin. Mereka mendapati suatu bau yang harum yang belum pernah mereka
temukan sebelumnya.
Nabi Isa berkata, "Siapakah di antara kalian yang paling
ikhlas dan paling percaya kepada Allah SWT agar ia membuka makanan itu sehingga
kita bisa makan darinya serta berzikir kepada Allah SWT atasnya serta bersyukur
kepadanya." Kaum Hawariyin berkata: "Wahai Ruhullah sesungguhnya
engkau lebih berhak daripada kami dalam hal itu.", maka Nabi Isa berdiri
lalu beliau mengambil wuduk dan solat. Kemudian beliau banyak berdoa sambil
duduk di sisi makanan itu dan membukanya. Tiba- tiba di atas makanan itu
terdapat ikan yang lazat yang tidak ada durinya. Nabi Isa ditanya: "Wahai
Ruhullah, apakah ini makanan dari dunia atau dari syurga?" Nabi Isa
menjawab: "Bukankah Tuhan kalian melarang kalian untuk bertanya pertanyaan
semacam ini. Ia turun dari langit dan tidak ada makanan sepertinya di dunia dan
ia bukan berasal dari syurga tetapi ia adalah sesuatu yang Allah SWT ciptakan
dengan kekuasaan yang luar biasa di mana Dia cukup mengatakan "jadilah,
maka jadilah."
Para mufasir berbeza pendapat sekitar bentuk makanan yang
diturunkan kepada Isa, apakah itu ikan atau daging? Apakah roti atau
buah-buahan? Kami memandang bahawa pembahasan-pembahasan ini kurang penting.
Sesuatu yang paling penting yang perlu kita perhatikan adalah apa yang
dikatakan oleh Nabi Isa, Sesungguhnya ia diciptakan oleh Allah SWT dengan
kekuasaan yang mengagumkan di mana Dia cukup mengatakan "Jadilah, maka
jadilah ia."
Inilah hakikat makanan tersebut. Ia merupakan tanda-tanda
kebesaran Allah SWT yaitu suatu tanda yang Allah SWT mengancam bagi siapa yang
menentangnya Dia akan menyeksanya dengan azab yang belum pernah diterima oleh
seseorang pun di dunia. Para ulama berbeza pendapat apakah makanan tersebut memang
diturunkan atau tidak, tetapi menurut pendapat majoriti dan ini yang benar
makanan tersebut memang diturunkan, sesuai dengan firman Allah SWT: "Aku
akan menurunkan hidangan itu bagimu. "
Dikatakan bahawa ribuan pengikut Nabi Isa memakannya dan makanan
tersebut tidak habis. Setiap orang yang buta ia sembuh dari butanya dan setiap
orang yang belang ia sembuh dari belangnya akibat memakan hidangan itu.
Alhasil, setelah menyantap makanan itu, orang yang sakit sembuh dari
penyakitnya. Maka hari turunnya makan itu dijadikan hari raya dari hari
raya-hari raya kaum Hawariyin dan para pengikut Nabi Isa. Kemudian berita dan
peristiwa turunnya makanan itu mulai hilang dan mulai dilupakan sehingga kita
tidak menemukan beritanya hari ini di Injil- Injil yang mereka akui. Setelah
peristiwa makanan yang Allah SWT ceritakan dalam surah al-Maidah, Allah SWT
menunjukkan kepada kita sikap lain dari Nabi Isa bin Maryam. Allah SWT berkata
setelah menceritakan kepada kita tentang turunnya mukjizat makanan dari langit:
"Dan (ingatlah) ketika Allah berfirman: 'Hai Isa
putera Maryam, adakah kamu mengatakan kepada manusia: 'Jadikanlah aku dan ibuku
dua orang tuhan selain Allah!' Isa menjawab: 'Maha Suci Engkau, tidaklah patut
bagiku mengatakan apa yang bukan hakku (mengatakannya). Jika aku pernah
mengatakannya, maka tentulah Engkau telah mengetahuinya. Engkau mengetahui apa
yang ada pada diriku dan aku tidak mengetahui apa yang ada pada diri Engkau.
Sesungguhnya Engkau Maha Mengetahui perkara yang ghaib. Aku tidak pernah mengatakan
kepada mereka kecuali apa yang Engkau beri padaku (mengatakan)nya yaitu:
'Sembahlah Allah, Tuhanku, dan Tuhanmu,' dan aku menjadi saksi terhadap mereka,
selama aku berada di antara mereka. Maka setelah Engkau wafatkan aku, Engkaulah
yang mengawasi mereka. Dan Engkau adalah Maha Menyaksikan atas segala sesuatu.
Jika Engkau menyeksa mereka, maka sesungguhnya mereka adalah hamba-hamba-Mu,
dan jika Engkau mengampuni mereka, maka sesungguhnya Engkaulah Yang Maha
Perkasa lagi Maha Bijaksana.' Allah berfirman: 'lni adalah suatu hari yang
bermanfaat bagi orang-orang yang benar kebenaran mereka. Bagi mereka syurga
yang di bawahnya mengalir sungai- sungai; mereka kekal di dalamnya
selama-selamanya; Allah redha terhadap mereka dan mereka pun redha
terhadap-Nya. Itulah keberuntungan yang paling besar.' Kepunyaan Allah-lah
kerajaan langit dan bumi dan apa yang ada di dalamnya; dan Dia Maha Kuasa atas
segala sesuatu. " (QS. al-Maidah: 116-120)
Dengan ayat-ayat tersebut, Al-Quran menutup surah al-Maidah.
Demikianlah konteks Al-Quran berpindah secara mengejutkan dari turunnya makanan
kepada sikap atau dialog antara Allah SWT dan Isa bin Maryam pada hari kiamat.
Allah SWT bertanya pada hari kiamat: 'Hai Isa putera Maryam, adakah kamu
mengatakan kepada manusia: 'Jadikanlah aku dan ibuku dua orang tuhan selain
Allah?'
Para ahli ilmu sepakat bahawa pertanyaan tersebut bukan bersifat
pertanyaan murni meskipun tampak dalam bentuk pertanyaan kerana Allah SWT
mengetahui apa yang dikatakan oleh Isa. Tentu yang dimaksud dengan pertanyaan
itu adalah sesuatu yang lain. Ada yang mengatakan bahawa Allah SWT bermaksud
memberitahu Isa bahawa kaumnya telah mengubah ajarannya sepeninggalannya. Dan
mereka telah mendapatkan fitnah. Ada lagi yang mengatakan bahawa Allah SWT
bermaksud dari pertanyaan itu untuk mencela orang-orang yang mengubah akidah
Nabi Isa setelah beliau tidak ada. Kami kira pertanyaan tersebut memuat dua
makna dan mencakup makna yang lain.
Allah SWT ingin menyingkap dan memberitahu manusia dalam
Kitab-Nya yang terakhir bahawa Nabi Isa terlepas dari berbagai macam tuduhan,
dan apa saja yang dilakukan kaumnya sepeninggalannya. Konteks Al- Quran
menunjukkan tentang peristiwa ghaib yang belum terjadi meskipun akan terjadi
pada hari kiamat. Oleh kerana itu, Al-Quran menyampaikannya dalam bentuk fi'il
madhi (kata kerja bentuk lampau). Al-Quran menyampaikan berita ghaib ini kepada
penduduk dunia agar mereka mengetahui hakikat Isa bin Maryam.
Allah SWT bertanya kepadanya dan Isa bin Maryam menjawab.
Sebagai nabi besar, Isa tidak menjawab kecuali setelah ia mengatakan: 'Maha
Suci Engkau ya Allah.' Sebelum menjawab, Isa memulai dengan tasbih dan
menyucikan Allah SWT. Nabi Isa menampakkan kepatuhan dan ketundukan kepada
kemuliaan Allah SWT dan rasa takut terhadap azab- Nya. Qurthubi menyampaikan
dalam tafsirnya:
"Ketika Allah SWT berkata kepada Isa, apakah engkau berkata
kepada manusia jadikanlah aku dan ibuku tuhan selain Allah, maka Isa tampak
gementar terhadap perkataan itu sehingga ia mendengar rintihan dari
tulang-tulangnya di dalam jasadnya lalu ia berkata: 'Maha Suci Engkau, tidaklah
patut bagiku mengatakan apa yang bukan hakku (mengatakannya). Tidak mungkin aku
memutuskan sesuatu yang tidak aku miliki, yang diriku tidak dapat melakukannya.
Aku hanya seorang hamba, bukan seorang yang disembah: Jika aku pernah
mengatakannya maha tentulah Engkau telah mengetahuinya.
Demikianlah Nabi Isa menyampaikan jawapannya kepada Allah SWT
dan ia mengembalikan sesuatu kepada Allah SWT. Dan Allah SWT Maha Mengetahui
terhadap apa yang dikatakannya. Engkau mengetahui apa yang ada pada diriku dan
aku tidak mengetahui apa yang ada pada diri Engkau. Yakni, Engkau mengetahui
apa yang aku sembunyikan sedangkan aku tidak mengetahui apa yang engkau
sembunyikan. Engkau mengetahui rahsiaku dan apa yang terlintas dalam hatiku dan
aku tidak mengetahui apa yang Engkau sembunyikan dari ilmu ghaib-Mu.
Sesungguhnya Engkau Maha Mengetahui perkara yang ghaib. Hanya Engkau yang tahu
terhadap hal-hal yang ghaib. Hanya Engkau yang tahu terhadap apa yang terjadi
di tengah-tengah mereka setelah Engkau angkat aku dari bumi: 'Aku tidak pernah
mengatakan kepada mereka kecuali apa yang Engkau kepadaku (mengatakan)nya
yaitu: 'Sembahlah Allah, Tuhanku, dan Tuhanmu.'
Demikianlah kalimat-kalimat yang disampaikan oleh Isa bin Maryam.
Dia hanya mengajak manusia untuk hanya menyembah Allah SWT dan tidak
menyekutukan-Nya: Dan aku menjadi saksi terhadap mereka, selama aku berada di
antara mereka.
Sesungguhnya Engkau mengawasi mereka saat aku tinggal di tengah-
tengah mereka dan mengajak mereka ke jalan yang benar. Maka setelah Engkau
wafatkan aku, Engkaulah yang mengawasi mereka. Al-Wafat dalam Kitab Allah
mempunyai tiga bentuk: Pertama, wafat dalam pengertian kematian, sebagaimana
firman Allah SWT:
"Allah memegang jiwa (orang) ketika matinya."
(QS. az-Zumar: 42)
Yakni ketika tercabutnya ajal. Kedua, bahawa wafat adalah tidur,
sebagaimana firman Allah SWT:
"Dan Dialah yang menidurkan kamu di malam hari.
" (QS. al-An'am: 60)
Yakni yang menidurkan kalian. Ketiga, wafat berarti pengangkatan,
sebagaimana firman Allah SWT:
"Hai Isa, sesungguhnya Aku yang menyampaikan kamu
kepada akhir ajalmu dan mengangkat kamu kepada-Ku. " (QS. Ali 'Imran: 55)
Demikianlah Isa terbebas dari apa yang mereka katakan dan apa
yang mereka nisbatkan kepadanya. Isa mengumumkan bahawa dakwahnya tidak lebih
dari sekadar ajakan untuk bertauhid dan tidak keluar dari kerangka Islam yang
diakui oleh pengikutnya. Kemudian Isa kembali menyampaikan pembicaraannya dan
meminta belas kasihan kepada Allah SWT: Jika Engkau menyeksa mereka, maka
sesungguhnya mereka adalah hamba-hamba-Mu. Tidak seorang pun dari makhluk yang
mempunyai kekuasaan di atas-Mu dan tidak ada Pencipta selain-Mu. Maha Suci
Engkau dan tiada sekutu bagi-Mu dalam kerajaan dan kekuasaan. Pada akhirnya, mereka
adalah hamba-Mu dan seorang hamba tidak memiliki apa-apa di hadapan tuannya
kecuali kepatuhan: Dan jika Engkau mengampuni mereka, maka sesungguhnya
Engkaulah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.'
Isa tidak mengatakan jika Engkau mengampuni mereka, maka Engkau
Maha Pengampun dan Maha Pengasih. Jadi, jawapan Isa terfokus pada penyerahan
diri dan kepatuhan serta tunduk kepada kemuliaan Allah SWT dan kebesaran-Nya.
Para pengikut Nabi Isa adalah hamba-hamba Allah SWT yang patuh. Jika Allah SWT
berkehendak, maka Dia akan menyeksa mereka sesuai dengan seksaan yang layak
mereka terima, dan jika Dia berkehendak, maka Dia akan mengampuni mereka kerana
Dia mengetahui kerana mereka memang layak untuk mendapatkan ampunan. Dengan
penyerahan yang mutlak ini, Isa menyampaikan jawapan atas pertanyaan Allah SWT
dan beliau berlepas diri dari apa yang dikatakan oleh kaumnya sepeninggalannya.
Isa menyampaikan - pada awal pembicaraannya - bahawa hanya Allah SWT yang patut
disembah, dan pada akhir pembicaraannya Isa menyampaikan penyerahan dirinya
kepada Allah SWT. Allah berfirman: 'Ini adalah suatu hari yang bermanfaat bagi
orang-orang yang benar kebenaran mereka.
Allah SWT memuji ketulusan Isa, dan kerana dialog tersebut
terjadi pada hari kiamat, Allah SWT berfirman: "Hari ini adalah hari
kiamat di mana orang-orang yang benar akan dapat mengambil manfaat dari
kebenaran mereka di dunia. Kebenaran mereka di sana akan mereka temukan
balasannya yang berupa rahmat di sini. "Bagi mereka syurga yang di
bawahnya mengalir sungai-sungai; mereka kekal di dalamnya selama- selamanya;
Allah redha terhadap mereka dan mereka pun redha terhadap-Nya. "
Demikianlah balasan orang-orang yang benar, syurga. Dan ada
balasan yang lebih baik dari syurga, yaitu kepuasan (redha) seorang hamba
terhadap Allah SWT dan keredhaan Allah SWT terhadap hamba. Pengertian kepuasan
seorang hamba adalah kegembiraannya terhadap penyembahan kepada Allah SWT
sedangkan pengertian keredhaan Allah SWT terhadap hamba-Nya adalah rahmat yang
diberikan-Nya kepada mereka: Itulah keberuntungan yang paling besar.' Setelah
itu Allah SWT, memberitahukan hakikat Isa dan seluruh nabi-Nya: "Kepunyaan
Allah-lah kerajaan langit dan bumi dan apa yang ada di dalamnya; dan Dia Maha
Kuasa atas segala sesuatu." Allah SWT adalah Penguasa satu-satunya dan Dia
Pencipta satu-satunya. Selain-Nya adalah hamba.
Isa terus melangsungkan dakwahnya sehingga kejahatan dan
keburukan mengetahui bahawa singgasana mereka terancam hancur. Lalu pasukan
keburukan bergerak untuk menangkapnya. Orang-orang Yahudi menyakitinya dan
menuduhnya dengan berbagai macam tuduhan. Isa dikatakan sebagai penyihir dan
sebagai orang yang mengubah syariat dan mereka menisbatkan kekuatannya yang
luar biasa kepada kekuatan syaitan. Ketika mereka tidak lagi memiliki tipu daya
yang dapat melumpuhkan Nabi Isa dan mereka melihat orang-orang yang lemah dan
orang-orang fakir berkumpul di sekitarnya, maka mereka mulai membikin suatu,
makar. Mereka mempengaruhi orang-orang Romawi.
Mula-mula pemerintahan Romawi tidak turut campur kerana menganggap
bahawa perselisihan-perselisihan antara orang-orang Yahudi adalah perselisihan
yang terjadi demi memperebutkan kepentingan sesama mereka. Lalu diadakanlah
majlis Sanhadurim (yaitu majlis undang-undang tertinggi dari kalangan Yahudi).
Mereka berkumpul untuk membuat persekongkolan demi menyingkirkan Isa.
Persekongkolan itu mengambil bentuk yang baru.
Ketika orang-orang Yahudi tidak mampu memerangi Nabi Isa, mereka
berfikir untuk membunuhnya. Mulailah para ketua pendeta Yahudi bermusyawarah
untuk membuat suatu kesimpulan tentang cara yang mereka lakukan untuk menangkap
Nabi Isa yang tidak menimbulkan kegaduhan di tengah-tengah masyarakat.
Ketika para kepala Yahudi bermusyawarah, maka salah seorang dari
murid al-Masih yang dua belas pergi kepada mereka, yaitu Yahuda al-
Iskhriyutha. Ia berkata kepada mereka, "Apa yang kalian berikan jika aku
berhasil menyerahkannya kepada kalian."
"Meja pengkhianatan telah digelar di antara mereka dan
dimulailah perundingan. Orang-orang Yahudi berusaha mencari titik temu dan
mereka sepakat untuk memberinya tiga puluh lempeng dari perak. Ini adalah harga
yang biasa mereka lakukan untuk membeli seorang budak sesuai dengan syariat
Yahudi." (penjelasan Injil Mata)
Selesailah konspirasi yang menetapkan untuk menangkap al-Masih
dan kemudian membunuhnya. Dikatakan bahawa kepala pendeta Yahudi merobek-robek
bajunya secara dramatis di suatu pertemuan agama dan ia berteriak,
"sungguh Isa telah kafir." Pero bukan baju dalam tradisi orang-orang
Yahudi dilakukan ketika mereka mendengar atau melihat sesuatu yang mengandung
penghinaan terhadap Allah. Para pendeta Yahudi tidak memiliki kekuasaan untuk
menetapkan hukum bunuh pada saat itu. Semua itu dilakukan oleh kekuasaan
penguasa Romawi. Tetapi tampaknya mereka berhasil meyakinkan kekuasaan Romawi
bahawa Isa telah membuat rencana untuk melengserkan kekuasaan Romawi atau
mereka berhasil meyakinkan penguasa Romawi bahawa masalah yang mereka hadapi
murni berkaitan dengan tradisi mereka dan keyakinan mereka. Kemudian mereka
menyarankan agar penguasa tidak turut campur atas apa yang mereka tetapkan.
Demikianlah konspirasi itu telah ditetapkan dan telah diputuskan bahawa Isa
harus ditangkap dan kemudian disalib.
Empat Injil yang diakui oleh kalangan Masehi saat ini
membicarakan tentang proses pembunuhan Isa di mana beliau disalib kemudian
beliau bangkit dari kematiannya dan naik ke langit. Semua Injil ini sepakat
tentang proses penyaliban Isa dan kematiannya, sebagaimana mereka sepakat
tentang tabiat Isa yang mengandung ketuhanan yang bercampur dengan tabiatnya
sebagai manusia. Kami akan menyampaikan keyakinan orang-orang Masehi berkaitan
dengan Isa sebagaimana diyakini oleh majoriti kaum Nasrani saat ini, kemudian
kami akan mengemukakan keyakinan Islam tentang Isa sebagaimana diceritakan oleh
Al-Quran al- Karim dan disampaikan oleh para ulama dan disebutkan dalam hadis.
Setelah itu, kita akan membicarakan hal-hal yang perlu dibicarakan berkaitan
hubungan antara kaum Muslim dan kaum Masehi serta kaitannya dengan akidah
mereka.
Injil Mata mengatakan, "Isa ditangkap dan majlis Sanhadirum
memutuskan bahawa ia harus dibunuh. Kemudian para anggota majlis itu dari
kepala-kepala para pendeta dan para tokoh mereka menghinanya dan mengejeknya
serta berbuat aniaya terhadapnya bahkan mereka meludahi wajahnya dan
menempelengnya. Sambil mengejek mereka berkata, "beritahukanlah wahai
al-Masih siapa yang memukulmu." Setelah itu al-Masih ditangkap dan ia
ditetapkan untuk dibunuh.
Adalah sudah menjadi tradisi di kalangan orang-orang Romawi
untuk mencambuk orang yang ditetapkan untuk dibunuh sebelum pelaksanaan hukum
tersebut. Oleh kerana itu, para penguasa Romawi menetapkan agar al-Masih
dicambuk terlebih dahulu. Sedangkan syariat Musa menetapkan agar cambukan itu
tidak melebihi empat puluh kali, namun orang-orang Romawi tidak berhenti pada
batasan ini bahkan mereka terus mencambuk korban dengan cambukan yang kejam dan
terus- menerus sehingga punggung yang bersangkutan hampir saja patah dan
nafasnya nyaris tinggal sedikit. Setelah itu, mereka mulai melaksanakan hukum
bunuh kepadanya. Demikianlah yang dilakukan oleh tentera terhadap penyelamat
kita. (Injil Mata 26)
Selesailah proses pecambukan, lalu penguasa Romawi menyerahkan
Isa kepada tentera agar mereka menyalibnya. Kemudian para tentera membuat
sesuatu hal yang bermaksud untuk menghibur. Mereka mencabut pakaian Isa yang
dilumuri dengan darah yang ada luka di tubuhnya setelah proses pencabukan, lalu
mereka memakaikan pakaian merah dengan maksud untuk mengejeknya. Para raja
biasanya memakai pakaian merah. Mereka terus menghinanya. Mereka memakaikannya
mahkota dari duri dan meletakkannya di atas kepalanya. (Injil Mata 26)
Akhirnya, mereka sampai pada suatu tempat yang bernama
Jaljatsah, yaitu suatu tempat di luar pagar Ursyilim. Tradisi Yahudi menetapkan
untuk memberi satu gelas khamer yang bercampur dengan minyak wangi bagi orang
yang ditetapkan untuk dihukum mati sebelum pelaksanaan hukum. Ini dimaksudkan
sebagai alat pembius untuk meringankan penderitaannya. Tetapi para tentera
menentang tradisi ini dan mereka memberi al-Masih satu gelas dari cuka yang
bercampur dengan sesuatu yang pahit." (Injil Mata 26)
Teks Injil mata mengatakan (cetakan tahun 1972) pada pasal kedua
puluh tujuh: "Sehingga mereka sampai ke suatu tempat yang bernama
Jaljatsah lalu mereka memberinya minuman keras yang bercampur dengan empedu
agar ia meminumnya. Ketika ia merasakannya, ia enggan untuk meminumnya.
Kemudian mereka menyalibnya. Kemudian mereka duduk di sana menjaganya dan
meletakkan di atas kepalanya suatu tuduhan yang tertulis: Ini adalah Yasu',
penguasa Yahudi. Mereka benar-benar menyalibnya bersama Yasim. Salah seorang
dari keduanya di sebelah kanannya dan yang lain di sebelah kirinya. Lalu
orang-orang yang lewat di tempat itu mencelanya dan berkata, "wahai yang
menghancurkan tempat sembahan dan yang membangunnya pada tiga hari,
selamatkanlah dirimu dan jika engkau adalah anak Allah, maka turunlah dari
tempat penyaliban itu."
Demikianlah sebahagian riwayat kaum Masehi tentang proses
penyaliban serta penafsiran mereka berkaitan dengannya. Kami telah menukilnya
tanpa memperhatikan tentang catatan yang terdapat dalam Injil Mata yang
terbaru, yaitu ia merupakan catatan yang paling baik dalam bentuknya yang
terkumpul dari ulama-ulama mereka dan tokoh-tokoh agama Masehi sehingga ia lebih
mudah untuk difahami dan lebih sederhana. Kami telah mengemukakan sebahagiannya
kepada Anda dalam halaman-halaman ini.
Sementara itu, dalam akidah Islam disebutkan suatu riwayat yang
berbeza dengan riwayat yang ada dalam Injil-Injil yang terdapat sekarang, baik
yang berhubungan dengan kehidupan akhir yang dialami oleh Isa mahupun tabiat
Isa yang merupakan sumber perselisihan setelah pengangkatannya. Al-Quran
al-Karim menceritakan bahawa Allah SWT tidak menghendaki Bani Israil untuk
membunuh Isa atau menyalibnya tetapi Allah SWT menyelamatkannya dari kekufuran
mereka lalu mengangkatnya di sisi-Nya. Mereka tidak berhasil membunuhnya dan
tidak berhasil menyalibnya tetapi ia diserupakan seperti orang-orang di antara
mereka. Allah SWT berfirman:
"Dan kerana ucapan mereka: 'Sesungguhnya kami telah
membunuh al- Masih, Isa putera Maryam, Rasul Allah,' padahal mereka tidak
membunuhnya dan tidak pula menyalibnya, tetapi yang mereka bunuh ialah orang
yang diserupakan dengan Isa bagi mereka. Sesungguhnya orang-orang yang
berselisih faham tentang (pembunuhan) Isa, benar- benar dalam keraguan tentang
yang dibunuh itu. Mereka tidak mempunyai keyakinan tentang siapa yang dibunuh
itu, kecuali mengikuti persangkaan belaka, mereka tidak pula yakin bahawa yang
mereka bunuh itu adalah Isa. Tetapi (yang sebenarnya), Allah telah mengangkat
Isa kepadanya." (QS. an-Nisa': 157-158)
Dan Allah SWT juga berfirman:
"(Ingatlah), ketika Allah berfirman: 'Hai Isa,
sesungguhnya Aku akan menyampaikan kamu pada akhir ajalmu dan mengangkat kamu
kepada-Ku serta membersihkan kamu dari orang-orang yang kafir. " (QS. Ali
'Imran: 55)
Para ulama-ulama Islam sepakat atas hal itu dan mereka
berselisih pendapat tentang cara beragumentasi terhadap apa yang mereka yakini
sebagai kebenaran. Sebahagian mereka meyakini nas-nas Al-Quran saja yang
menyebut tentang Isa al-Masih dan mereka tidak mendukungnya atau memperkuatnya
dengan kitab-kitab lain selain Al-Quran. Kedua metode tersebut memiliki titik
kekuatan tersendiri. Orang yang berpegangan dengan pendapat yang pertama
mengatakan bahawa Nabi melarang untuk membahas kitab-kitab pegangan kaum Yahudi
dan kaum Nasrani. Bagi kaum itu agama mereka dan bagi kita agama kita dan hanya
Allah SWT yang akan memutuskan segala perselisihan di antara kita pada hari kiamat.
Sedangkan orang-orang yang berpegangan dengan cara yang kedua
mengatakan bahawa larangan Nabi tersebut terjadi pada permulaan masa Islam di
mana kaum Muslim sangat dekat dengan masa jahiliah. Nabi memerintahkan mereka
agar tidak disibukkan dengan kitab-kitab lain selain kitab mereka, yakni
Al-Quran. Yang demikian ini dimaksudkan agar mereka memiliki akidah yang kuat
dan keyakinan mereka benar- benar tertanam dalam diri mereka, Tetapi ilmu dan
pandangan ilmiah menetapkan bahawa seorang yang alim harus banyak menggali
kitab- kitab kuno dalam rangka mengetahui kebenaran dan jika ia mendapati
sesuatu yang sesuai dengan apa yang didapatinya dengan kebenaran, maka hatinya
akan lebih merasa tenang dan damai. Berkaitan dengan kelompok yang pertama yang
merasa cukup dengan Al-Quran, kita tidak menemukan perincian-perincian yang
mendalam berkenaan dengan usaha penangkapan Isa, bagaimana proses
pengangkatannya ke langit, di mana Isa diserupakan dengan salah seorang di
antara mereka, bagaimana dia diserupakan dengan salah seorang di antara mereka.
Allah SWT telah menyerupakannya dengan salah seorang di antara mereka sedangkan
Nabi Isa diangkat ke langit. Demikianlah penjelasan singkat mereka, tidak ada
penambahan lagi. Sedangkan kelompok yang kedua, mereka melontarkan kisah secara
lengkap. Mereka mengatakan bahawa Allah SWT menyerupakan Isa dengan Yahuda.
Yahuda ini adalah Yahuda al- Askhariyutha yang menurut Injil ia menjualnya
kepada musuh-musuhnya dan menunjukkan kepada mereka tentang keberadaannya. Ia
adalah seorang muridnya yang terpilih. Demikian ini sesuai dengan Injil
Barnabas di mana disebutkan di dalamnya: "Ketika para tentera mendekat
bersama Yahuda di tempat yang di situ terdapat Yasu', maka Yasu' mendengar
kedatangan segerombolan orang yang menuju tempatnya. Oleh kerana itu, ia segera
pergi ke rumah dalam keadaan takut. Di dalam rumah itu terdapat sebelas orang
yang tidur. Ketika Allah melihat bahaya akan mengancam hamba-Nya, maka Dia
memerintahkan Jibril, Mikail, dan Rafail (Israfil), serta Idril (Izrail) yang
mereka semua adalah para utusan- Nya untuk mengambil Yasu' dari dunia. Lalu
datanglah malaikat-malaikat yang suci di mana mereka mengambil Yasu' dari pintu
yang dekat dengan arah selatan. Mereka membawanya dan meletakkannya di langit
yang ketiga dengan disertai para malaikat yang selalu bertasbih kepada Allah
selama-lamanya. Yahuda masuk secara paksa ke kamar yang di situlah Yasu'
diangkat ke langit. Saat itu murid-murid sedang tidur semuanya, lalu Allah
mendatangkan keajaiban yang luar biasa di mana Yahuda berubah cara berbicaranya
dan juga wajahnya. Ia sangat mirip sekali dengan Yasu' sehingga kami mengiranya
Yasu'. Adapun ia (Yahuda) setelah membangunkan kami, ia mencari-cari di mana si
guru berada. Oleh kerana itu, kami merasa heran dan kami menjawab,
"bukankah engkau wahai tuanku guru kami, apakah sekarang engkau telah
melupakan kami?" Demikianlah kisah yang terdapat dalam Injil Barnabas.
Allah SWT berfirman:
"Al-Masih putera Maryam itu hanyalah seorang rasul
yang Sesungguhnya telah berlalu sebelumnya beberapa rasul, dan ibunya seorang
yang sangat benar, kedua-duanya biasa memakan makanan." (QS. al-Maidah:
75)
Para ulama berkata, "Al-Masih dinamakan al-Masih kerana ia
mengusap bumi dan membersihkannya serta usahanya untuk menyelamatkan agama dari
fitnah di zaman itu kerana saking hebatnya kebohongan orang-orang Yahudi
kepadanya dan bagaimana usaha mereka untuk menciptakan dusta padanya dan kepada
ibunya as." Banyak ulama yang meriwayatkan tentang kesucian spirituil dari
Nabi Isa. Abu Hurairah meriwayatkan dari Nabi bahawa beliau menceritakan
tentang al-Masih sebagai berikut: "Isa melihat seorang lelaki yang mencuri
lalu ia berkata: "Wahai si fulan apakah engkau mencuri?" Orang itu
berkata: "Tidak, demi Allah aku tidak mencuri," Isa berkata:
"Aku beriman kepada Allah SWT dan penglihatanku telah berbohong." Ini
menunjukkan kesucian rohani Isa di mana ia lebih memilih sumpah orang itu atas
apa yang disaksikannya. Ia membayangkan bahawa orang tersebut tidak akan
bersumpah dan membawa nama Allah SWT yang Maha Besar lalu ia berdusta sehingga
ia menerima penyataannya dan ia kembali kepada dirinya sendiri sambil berkata:
"Aku beriman kepada Allah SWT, yakni aku mempercayaimu dan mataku telah
berbohong kerana engkau telah bersumpah." Ada riwayat lagi yang mengatakan
bahawa suatu hari Nabi Isa berjalan bersama sahabatnya dan mereka melewati
bangkai anjing yang busuk baunya, lalu sahabat-sahabat Isa sangat terpukul dan
sangat menderita dengan bau anjing itu. Melihat sikap mereka, Isa berkata:
"Lihatlah betapa putih giginya."
Isa ingin mengajari manusia bagaimana mereka menghadapi
keburukan di mana Nabi Isa menekankan agar mereka lebih melihat kepada
keindahan dan kebaikan. Dakwah Nabi Isa merupakan puncak dari ketinggian rohani
dan idealisme yang mengagumkan di mana Beliau lebih menekankan kebaikan
daripada keburukan. Rasulullah berkata: "Semua para nabi adalah saudara,
agama mereka satu sedangkan mereka dilahirkan dari berbagai macam ibu dan aku
adalah manusia yang utama begitu juga Isa bin Maryam di mana tidak ada nabi
setelahku dan sesudahnya." Dalam berbagai riwayat disebutkan bahawa Nabi
Isa akan turun pada akhir zaman. Islam sangat memberikan penghormatan kepada
Isa yang sesuai dengan kedudukannya sebagai salah satu nabi ulul azmi yang
besar. Islam menamakannya Rasulullah dan Kalimatullah yang telah diberikan
kepada Maryam. Allah SWT berfirman:
"Wahai ahli Kitab, janganlah kamu melampaui batas
dalam agamamu, dan janganlah kamu mengatakan terhadap Allah kecuali yang benar.
Sesungguhnya al-Masih Isa putera Maryam itu adalah utusan Allah dan (yang
terjadi dengan) kalimat-Nya yang disampaikan-Nya kepada Maryam, dan (dengan
tiupan) roh dari-Nya. Maka berimanlah kepada Allah dan rasul-rasul-Nya dan
janganlah kamu mengatakan: '(Tuhan itu) tiga.' Berhentilah dari ucapan itu.
(Itu) lebih baik bagimu. Sesungguhnya Allah Tuhan Yang Maha Esa, Maha Suci dari
mempunyai anak, segala yang di langit dan di bumi adalah kepunyaan-Nya.
Cukuplah Allah untuk menjadi Pemelihara. Al-Masih sekali-kali tidak enggan
menjadi hamba bagi Allah, dan tidak (pula enggan) malaikat malaikat yang
terdekat (kepada Alah). Barang siapa yang enggan dari menyembah-Nya dan
menyombongkan diri, nanti Allah akan mengumpulkan mereka semua kepadanya.
Adapun orang-orang yang beriman dan berbuat amal soleh, maka Allah akan
menyempurnakan pahala mereka dan menambah untuk mereka sebahagian dari kurnia-
Nya. Adapun orang-orang yang enggan dan menyombongkan diri, maka Allah akan
menyeksa mereka dengan seksaan yang pedih, dan mereka tidak akan memperoleh
bagi diri mereka, pelindung dan penolong selain dari Allah. " (QS.
an-Nisa': 171- 173)
Ibnu Katsir berkata dalam Qhisasul Anbiya': Para pengikut Nabi
Isa berselisih pendapat setelah Nabi Isa diangkat ke langit. Sebahagian mereka
mengatakan, di tengah-tengah kita ada hamba Allah SWT dan rasul-Nya (Ariyus).
Sebahagian lagi mengatakan, dia adalah Allah. Yang lain lagi mengatakan, dia
adalah anak Allah. Mereka berselisih pendapat tentang Injil yang menyebutkan
berbagai kebohongan di mana terdapat di dalamnya penambahan, pengurangan, dan
pergantian. Al-Quran al- Karim telah membahas persoalan ketuhanan. Ia
menjelaskan bahawa Allah SWT Maha Suci dari segala sekutu dan anak dan segala
hal yang menyerupai-Nya serta segala bentuk ingkarnasi, kejauhan, kedekatan dan
pencapaian pandangan mata. Allah SWT berfirman:
"Katakanlah: "Dia-lah Allah, Yang Maha
Esa.'Allah adalah Tuhan yang bergantung kepadanya segala sesuatu. Dia tidak
beranak dan tiada pula diperanakkan, dan tidak ada seorang pun yang setara
dengan Dia. " (QS. al-Ikhlash: 1-4)
Dan tentang Isa as Allah berfirman: "Sesungguhnya
misal (penciptaan) Isa di sisi Allah, adalah seperti (penciptaan) Adam. Allah
menciptakan Adam dari tanah, kemudian Allah berfirman kepadanya: 'Jadilah'
(seorang manusia), maka jadilah ia." (QS. Ali 'Imran: 59)
"Mereka (orang-orang kafir) berkata: Allah mempunyai
anak.' Maha Suci Allah, bahkan apa yang ada di langit dan di bumi adalah
kepunyaan Allah; semua tunduk kepadanya. Allah Pencipta langit dan bumi, dan
bila Dia berkehendak (untuk menciptakan) sesuatu, maka (cukuplah) Dia
mengatakan kepadanya: 'Jadilah', lalu jadilah ia." (QS. al-Baqarah:
116-117)
"Orang-orang Yahudi berkata: 'Uzair itu putera Allah'
dan orang-orang Nasrani berkata: Al-Masih itu putera Allah.' Demikian itulah
ucapan mereka dengan mulut mereka, mereka meniru perkataan orang-orang kafir
terdahulu. Mereka di laknat oleh Allah; bagaimana mereka sampai
berpaling?" (QS. Al-Aubah: 30)
Nas tersebut mengisyaratkan akidah orang-orang Mesir dan
orang-orang seperti mereka dari umat-umat yang terdahulu di mana akidah mereka
terfokus pada keyakinan penyaliban Isa, tentang tebusan dan kebangkitan Tuhan
yang disembelih serta penentangannya terhadap para pengikutnya setelah
kematiannya.
Allah SWT berfirman:
"Sesungguhnya telah kafilah orang-orang yang berkata:
'Sesungguhnya Allah itu ialah al-Masih putera Maryam.' Katakanlah: 'Maka
siapakah (gerangan) yang dapat menghalang-halangi kehendak Allah, jika Dia
hendak membinasakan al-Masih putera Maryam itu berserta ibunya dan seluruh
orang-orang yang berada di bumi semuanya?' Kepunyaan Allahlah kerajaan langit
dan bumi dan apa yang ada di antara keduanya; Dia menciptakan apa yang
dihehendaki-Nya. Dan Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu." (QS.
al-Maidah: 17)
"Sesungguhnya kafirlah orang-orang yang mengatakan:
Allah salah seorang dari yang tiga,' padahal sekali-kali tidak ada selain dari
Tuhan Yang Esa." (QS. al-Maidah: 73)
Demikianlah Al-Quran al-Karim menyebutkan sikap berbagai aliran
yang saling berlawanan yang tumbuh setelah pengangkatan al-Masih. Al-Quran
menjelaskan bahawa al-Masih adalah hamba Allah SWT dan seorang rasul yang
diutus kepada Bani Israil. Kata hamba dan rasul adalah kata yang sangat jelas
ertinya, adapun yang dimaksud dengan al-Kalimah dan ar- Roh, maka kedua kata
tersebut perlu dijelaskan. Kaum Muslim memahami bahawa al-Kalimah adalah
petunjuk Allah SWT yang diberikan-Nya kepada Maryam sedangkan ar-Roh adalah
menunjukkan atau mengisyaratkan kepada Roh Kudus, yaitu Jibril as. Allah SWT
telah menguatkannya atau menguatkan Nabi Isa dengan roh yakni Jibril:
"Dan (ingatlah) ketika Aku dukung kamu dengan Ruhul
Kudus." (QS. al-Maidah: 110)
Setelah mengemukakan keyakinan kaum Masehi tentang karakter Nabi
Isa dan akhir dari kehidupannya dan setelah menjelaskan kebenaran yang Allah
SWT ceritakan kepada kita tentang karakter tersebut dan akhir dari kehidupan
yang dialami oleh Nabi Isa, kita ingin mengetahui apa yang harus dilakukan oleh
kaum Muslim dalam hubungan mereka dengan orang-orang Masehi serta keyakinan
mereka. Islam menetapkan atau menyampaikan nas-nas yang jelas yang
mengkhususkan agama Masehi - di antara agama-agama yang lain - dengan
kecintaan. Al-Qu'ran mengingkari ketuhanan al-Masih; ia juga mengingkari
penyaliban dan tebusan dosa yang dilakukannya. Namun Al-Quran menegaskan dalam
nasnya bahawa agama Nasrani merupakan agama yang lebih dekat kecintaannya
kepada Islam. Allah SWT berfirman:
"Sesungguhnya kamu dapati orang-orang yang paling
keras permusuhannya terhadap orang-orang yang beriman ialah orang- orang Yahudi
dan orang-orang musyrik. Dan sesungguhnya kamu dapati yang paling dekat
persahabatannya dengan orang-orang yang beriman ialah orang-orang yang berkata:
'Sesungguhnya kami ini orang Nasrani.' Yang demikian itu disebabkan kerana di
antara mereka itu (orang-orang Nasrani) terdapat pendeta-pendeta dan
rahib-rahib, (juga) kerana sesungguhnya mereka tidak menyombongkan diri."
(QS. al-Maidah: 82)
Allah SWT memuji para pengikut al-Masih yang berjalan di atas
petunjuknya. Allah SWT berfirman:
"Dan Kami jadikan dalam hati orang-orang yang
mengikutinya rasa santun dan kasih sayang. Dan mereka mengada-adakan rahbaniyah
(keadaan tidak menikah dan mengurung diri di biara) padahal kami tidak
mewajibkannya kepada mereka tetapi mereka sendirilah yang mengada-adakannya
untuk mencari keredhaan Allah." (QS. al-Hadid: 27)
Tidak terdapat kontradiksi dari dua sikap tersebut. Pengingkaran
Al- Quran terhadap ketuhanan al-Masih dan pengakuannya terhadap kecintaan kaum
Nasrani serta pujiannya terhadap orang-orang yang mengikuti Nabi Isa mengandung
makna lebih dari satu: Pertama, bahawa Masehi berdasarkan pada agama Tauhid dan
sangat sulit bagi para pengikutnya untuk meninggalkan tauhid, dan hanya Allah
SWT yang mengakui hakikat apa yang terpendam dalam hati; kedua, dalam kalangan
orang-orang Nasrani terdapat para pendeta dan para rahib yang tidak bersikap
congkak di hadapan Allah SWT tetapi mereka sangat patuh dan tunduk kepadanya;
ketiga, sebahagian pengikut Nabi Isa memiliki hati yang dipenuhi dengan kasih
sayang dan rahmat. Tentu rahmat dan kasih sayang tersebut tidak tumbuh kecuali
dari keimanan terhadap hari akhir. Allah SWT telah menetapkan perintah-Nya
kepada kaum Muslim agar mereka memperlakukan ahlul kitab dengan perlakuan yang
mulia dan baik, sebagaimana Islam menjamin kebebasan untuk menentukan keyakinan
pada setiap manusia. Allah SWT berfirman:
"Dan jikalau Tuhanmu menghendaki, tentulah beriman
semua orang yang di muka bumi seluruhnya. Maka apakah kamu (hendak) memaksa
manusia supaya mereka menjadi orang-orang yang beriman semuanya?" (QS.
Yunus: 99)
"Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam);
Sesungguhnya telah jelas jalan yang benar daripada jalan yang salah." (QS.
al- Baqarah: 256)
"Katakanlah: 'Hai ahli kitab, marilah (berpegang)
kepada suatu kalimat (ketetapan) yang tidak ada perselisihan antara kami dan
kamu, bahawa tidak kita sembah kecuali Allah dan tidak kita persekutukan Dia
dengan sesuatu pun dan tidak (pula) sebahagian kita menjadikan sebahagian yang
lain sebagai tuhan selain Allah. Jika mereka berpaling, maka katakanlah kepada
mereka: 'Saksikanlah, bahawa kami adalah orang-orang yang menyerahkan diri
(kepada Allah).'" (QS. Ali 'Imran: 64)
Kita perhatikan bahawa ayat-ayat tersebut berbicara tentang cara
memperlakukan kaum Masehi sebagai individu sebagaimana ia berbicara tentang
bagaimana kita memperlakukan keyakinan mereka. Sehubungan dengan kaum Masehi
sebagai individu, kita menyaksikan ayat-ayat tersebut memerintahkan untuk
membalas kecintaan yang mereka perlihatkan di mana nas tersebut dengan tegas
mengatakan bahawa mereka lebih dekat kecintaannya kepada orang-orang yang
beriman. Jika Allah SWT yang menegaskan hal tersebut, maka orang-orang Muslim
harus membalas kebaikan dan kecintaan yang ditunjukkan oleh kaum Nasrani.
Adapun sehubungan dengan keyakinan mereka, di dalam Al-Quran terdapat banyak
ayat yang melarang untuk memaksa manusia dalam bentuk apa pun. Allah SWT
berfirman:
"Dan katakanlah: 'Kebenaran itu datang dari Tuhanmu.
Maka barang siapa yang ingin beriman hendaklah ia beriman, dan barang siapa
yang ingin kafir biarlah ia kafir." (QS. al-Kahfi: 29)
Yang demikian itu, kerana keimanan yang didahului dengan paksaan
adalah bukan keimanan kerana ia berarti mencabut ikhtiar atau kebebasan
manusia, padahal itu adalah syarat dari keimanan. Dan barangkali inilah yang
menunjukkan kesempurnaan Islam di lihat dari sikapnya yang demikian indah. Kami
kira tanpa kita harus memaksakan tafsiran kita kepada ayat-ayat tersebut dan
memohon kepada Allah SWT dari kesalahan dan kebodohan bahawa Islam dengan
sikapnya itu ingin menjauhkan para pengikutnya dari kalangan awam dari
perdebatan yang panjang dan melelahkan seputar keyakinan orang lain. Tentu
perdebatan tersebut tidak akan berhujung dan akan menjadi seperti debat kusir
saja. Namun tugas tersebut hanya di emban oleh para ulama, di mana mereka
membahas sebagaimana mereka kehendaki berbagai keyakinan-keyakinan
keberagamaan, sedangkan orang-orang awam tidak diberi tanggung jawab dalam hal
itu. Lagi pula, perselisihan antara keyakinan dan aliran- aliran di kalangan
Masehi dan kalangan Yahudi jika melibatkan orang- orang awam, maka itu hanya
memboroskan waktu dan hanya membuat lelah saja.
Islam akan kembali menjadi asing dan akan kembali menjadi asing
seperti pertama kali terbit. Dalam suasana keasingan Islam yang pertama, orang-orang
Muslim berhasil membangun suatu individu Muslim yang kukuh. Dan ketika bangunan
tersebut telah selesai, maka sempurnalah pembangunan pemerintahan Islam. Kita
tidak mendengar bahawa salah seorang di antara mereka terlibat dalam perdebatan
yang sengit yang tidak berhujung sekitar keyakinan orang lain. Sesungguhnya
memberi petunjuk kepada orang lain sehingga orang tersebut mengetahui jalan
menuju Allah SWT adalah perbuatan yang indah, tetapi hidayah tersebut didahului
dengan tekad seseorang untuk memberikan petunjuk kepada dirinya sendiri.
Seandainya orang-orang Islam membimbing mereka menuju jalan Allah SWT nescaya
Allah SWT memberi petunjuk melalui mereka siapa saja yang dikehendaki dari
hamba-hamba-Nya.
Al-Quran menetapkan dua mukjizat kepada Nabi Isa yang tidak
disebutkan dalam kitab Injil: pertama mukjizat yang berupa pembicaraannya saat
ia masih menyusui di buaian. Dan yang kedua mukjizat makanan yang turun dari
langit kepada kaum Hawariyin. Sebagaimana Al-Quran menetapkan kemuliaan yang
diperoleh oleh Nabi Isa saat ia diselamatkan dari tangan-tangan jahat
orang-orang Yahudi yang ingin menyeksanya atau membunuhnya sehingga Nabi Isa
terselamatkan dan dia diangkat ke langit. Rasulullah saw mewasiatkan kepada
sahabatnya agar mereka memperlakukan orang-orang Masehi dengan penuh kebaikan,
bahkan beliau menikahi Maria al-Qibthiya. Ibnu Jarir meriwayatkan dari Ibnu
Abbas bahawa seseorang lelaki dari Bani Salim bin Auf yang bernama al-Hasin
mempunyai dua orang anak yang masih Kristen, lalu ia masuk Islam dan bertanya
kepada Rasulullah saw bagaimana seandainya ia harus memaksa kedua anaknya untuk
memeluk Islam sedangkan mereka berdua menolak agama lain selain agama Masehi?
Kemudian Allah SWT menurunkan ayat yang berbunyi:
"Tidak ada paksaan dalam memeluk agama (Islam)."
(QS. al-Baqarah: 256)
Ketika para utusan Najran dari kalangan kaum Masehi datang ke
Madinah untuk berunding dengan Nabi, maka beliau memberi mereka setengah dari
masjidnya agar mereka dapat melaksanakan solat dengan cara mereka di dalamnya.
Pada suatu hari Rasulullah saw berdiri untuk melakukan solat kepada seseorang
jenazah lalu dikatakan kepadanya bahawa ia adalah jenazah Yahudi. Kemudian
Rasulullah menjawab: "Bukankah ia adalah manusia." Dalam kesempatan
lain Rasulullah saw bersabda: "Barang siapa yang mengganggu secara aniaya
seorang Yahudi atau seorang Nasrani, maka aku akan jadi musuhnya pada hari
kiamat." Terkadang kekuasaan akan langgeng meskipun disertai dengan
kekufuran tetapi ia tidak akan abadi ketika disertai dengan kelaliman.
Para ulama Islam berselisih pendapat berkaitan dengan keadaan
Nabi Isa setelah pengangkatannya. Mereka sepakat bahawa beliau tidak disalib
tetapi Allah SWT mengangkatnya di sisi-Nya. Tetapi ketika ia tidak disalib,
maka bagaimana keadaannya setelah itu: apakah ia masih hidup, ataukah ia mati
seperti matinya nabi yang lain? Majoriti mengatakan bahawa Allah SWT mengangkat
Isa dengan fiziknya dan rohnya di sisi- Nya. Mereka mengambil zahir dari
firman-Nya:
"Tetapi Allah mengangkatnya di sisi-Nya." (QS.
an-Nisa': 158)
Juga sebahagian hadis yang mendukung hal tersebut. Sementara
itu, kelompok yang lain dari kalangan mufasirin, dan ini adalah kelompok yang
minoriti, mereka mengatakan bahawa Nabi Isa hidup sehingga Allah SWT
mematikannya sebagaimana Dia mematikan nabi-nabi-Nya lalu Dia mengangkat rohnya
di sisi-Nya sebagaimana roh para nabi diangkat, begitu juga roh para shidiqin
(orang-orang yang benar) dan syuhada. Mereka mengambil zahir firman-Nya:
"(Ingatlah) ketika Allah berfirman: 'Hai ha,
sesungguhnya Aku akan menyampaikan kamu kepada akhir ajalmu dan mengangkat kamu
kepada-Ku serta membersihkan kamu dari orang-orang yang kafir." (QS. Ali
'Imran: 55)
Kami sendiri lebih memilih pendapat yang pertama kerana ia
sangat sesuai - sebagai mukjizat yang luar biasa - dengan kelahiran Isa di mana
kelahiran tersebut dipenuhi dengan mukjizat yang luar biasa, juga sesuai dengan
kehidupannya dan kesuciannya. Jadi, kedua-duanya merupakan mukjizat yang luar
biasa.
NABI ISA a.s. DENGAN ORANG
MABUK CINTA
Dikisahkan
dalam sebuah kitab karangan Imam Al-Ghazali bahawa pada suatu hari Nabi Isa a.s
berjalan di hadapan seorang pemuda yang sedang menyiram air dikebun. Bila
pemuda yang sedang menyiram air itu melihat Nabi Isa a.s berada di hadapannya
maka dia pun berkata, "Wahai Nabi Isa a.s, kamu mintalah dari Tuhanmu agar
Dia memberi kepadaku seberat semut Jarrah cintaku kepada-Nya." Berkata
Nabi Isa a.s, "Wahai saudaraku, kamu tidak akan terdaya untuk seberat
Jarrah itu."
Berkata
pemuda itu lagi, "Wahai Isa a.s, kalau aku tidak terdaya untuk satu
Jarrah, maka kamu mintalah untukku setengah berat Jarrah." Oleh kerana
keinginan pemuda itu untuk mendapatkan kecintaannya kepada Allah, maka Nabi Isa
a.s pun berdoa, "Ya Tuhanku, berikanlah dia setengah berat Jarrah cintanya
kepada-Mu." Setelah Nabi Isa a.s berdoa maka beliau pun berlalu dari situ.
Selang beberapa lama Nabi Isa a.s datang lagi ke tempat pemuda yang memintanya
berdoa, tetapi Nabi Isa a.s tidak dapat berjumpa dengan pemuda itu. Maka Nabi
Isa a.s pun bertanya kepada orang yang lalu-lalang di tempat tersebut, dan
berkata kepada salah seorang yang berada di situ bahawa pemuda itu telah gila
dan kini berada di atas gunung.
Setelah
Nabi Isa a.s mendengat penjelasan orang-orang itu maka beliau pun berdoa kepada
Allah S.W.T, "Wahai Tuhanku, tunjukkanlah kepadaku tentang pemuda
itu." Selesai sahaja Nabi Isa a.s berdoa maka beliau pun dapat melihat
pemuda itu yang berada di antara gunung- ganang dan sedang duduk di atas sebuah
batu besar, matanya memandang ke langit.
Nabi
Isa a.s pun menghampiri pemuda itu dengan memberi salam, tetapi pemuda itu
tidak menjawab salam Nabi Isa a.s, lalu Nabi Isa berkata, "Aku ini Isa
a.s."Kemudian Allah S.W.T menurunkan wahyu yang berbunyi, "Wahai
Isa, bagaimana dia dapat mendengar perbicaraan manusia, sebab dalam hatinya itu
terdapat kadar setengah berat Jarrah cintanya kepada-Ku. Demi Keagungan dan
Keluhuran-Ku, kalau engkau memotongnya dengan gergaji sekalipun tentu dia tidak
mengetahuinya."
Pengajaran
Barangsiapa
yang mengakui tiga perkara tetapi tidak menyucikan diri dari tiga perkara yang
lain maka dia adalah orang yang tertipu.
1.
Orang yang mengaku kemanisan berzikir kepada Allah, tetapi dia mencintai dunia.
2.
Orang yang mengaku cinta ikhlas di dalam beramal, tetapi dia ingin mendapat
sanjungan dari manusia.
3.
Orang yang mengaku cinta kepada Tuhan yang menciptakannya, tetapi tidak berani
merendahkan dirinya.
Rasulullah
S.A.W telah bersabda, "Akan datang waktunya umatku akan mencintai lima dan
lupa kepada yang lima :
1. Mereka cinta kepada dunia. Tetapi mereka lupa kepada akhirat.
2. Mereka cinta kepada harta benda. Tetapi mereka lupa kepada hisab.
3. Mereka cinta kepada makhluk. Tetapi mereka lupa kepada al- Khaliq.
4. Mereka cinta kepada dosa. Tetapi mereka lupa untuk bertaubat.
5. Mereka cinta kepada gedung-gedung mewah. Tetapi mereka lupa kepada
kubur."
Tidak ada komentar:
Posting Komentar