Hobby Burung
Burung
Kicauan, bagi
masyarakat di Indonesia menjadi budaya baru yang berkembang pesat hampir di
seantero wilayah Indonesia. Kompetisi burung berkicau, menjadi tambahan budaya
baru bagi sekian banyak budaya yang ada di Indonesia.
Seorang teman dari negeri seberang pernah mengatakan bahwa hobby burung bagi masyarakat di Indonesia adalah hobby yang aneh tapi menarik.
Seorang teman dari negeri seberang pernah mengatakan bahwa hobby burung bagi masyarakat di Indonesia adalah hobby yang aneh tapi menarik.
Sebenarnya
budaya memelihara burung, telah dilakukan oleh masyarakat di Indonesia sejak
berabad-abad yang lalu. Menurut sebuah studi, 1 dari 10 rumah tangga di
Indonesia memelihara burung, hal ini sebenarnya sama dengan budaya barat yang
memelihara hewan seperti anjing dan kucing. Dunia barat juga memelihara burung,
tapi sekedar untuk menikmati keindahan bulunya, seperti memelihara burung
Kakaktua, Macau dan jenis-jenis burung Nuri lainnya.
Namun, di Indonesia sejak 15 tahun terakhir tradisi dari sekedar memelihara dan menikmati keindahan suara, berangsur berubah menjadi hobi yang rumit dan intensif dalam memelihara, merawat serta melatih burung untuk disertakan dalam suatu kompetisi yang mempertandingkan keindahan suara kicauan burung.
Seorang penggemar burung, mengatakan, "burung kicauan lebih dari sekedar hewan peliharaan". Burung kicauan bisa menjadi sumber penghasilan, semakin bagus kualitas kicauan burung yang dimiliki maka akan semakin mahal harga jual burung tersebut. Apalagi burung tersebut mampu menjuarai suatu kompetisi perlombaan burung, harga burung akan melonjak hingga jutaan rupiah. Bahkan pernah terjadi di suatu kota di Indonesia, harga seekor burung dihargai sama dengan sebuah mobil BMW. Wah ini harga yang luarbiasa, seperti apakah burung yang dihargai semahal itu ?
Dijelaskan bahwa burung yang sering menjuarai kompetisi, suara yang dimiliki tidak memiliki suara seperti suara asli nya di alam. Dengan kata lain suara burung hampir 80% telah berubah. Karena menurut penggemar burung di Indonesia, bahwa suara burung bisa distel, sesuai kemauan si pemilik, seperti melakukan pemasteran sejak masih bayi. Sehingga suara-suara "master" yang didengarnya akan menjadi suara dasar si burung tersebut. Seperti misalnya, seekor burung Kacer, dari sejak bayi sudah dimaster dengan suara burung Jalak Suren, maka ketika Kacer tersebut menginjak usia remaja, akan mulai melantunkan suara-suara burung Jalak Suren tersebut. Kemudian dikatakan, contoh lain sama seperti manusia, seorang Jawa apabila lahir di Amerika sampai menginjak usia remaja, pasti akan fasih berbicara bahasa Inggris-Amerika, dan tentunya bahasa Jawa sebagai bahasa aslinya tidak akan dipahami sama sekali. Simpel ya ? Dalam kompetisi perlombaan kicauan burung, penilaian tidak hanya sekedar berkicau, tapi volume, variasi, frekwesi bunyi, panjang bunyi serta terakhir gaya menjadi penilaian mutlak untuk menjuarai suatu kompetisi. Burung harus berkicau 25 menit, secara terus menerus diimbangi dengan variasi, suara yang keras, serta gaya yang dapat menarik perhatian sang juri untuk memberi nilai tertinggi pada si burung. Di luar kegiatan kompetisi, kelompok penggemar burung secara teratur bertemu di kebun dan taman lokal untuk melatih burung dan berbagi teknik. Seringkali, burung yang lebih tua, lebih sempurna digunakan sebagai 'guru'. Burung guru tergantung di tenda dan burung-burung muda secara bertahap diperkenalkan dalam rangka untuk mensimulasikan pertemuan teritorial. Pemilik burung mempelajari burung muda dengan hati-hati, mencari setiap perubahan perilaku halus sambil bergerak kandang sekitar tenda untuk merangsang burung-burung bernyanyi dan bersaing. Pelatihan burung kicauan membutuhkan fine-tuning sehingga untuk memulai bernyanyi dan membangun kepercayaan diri Budaya baru memelihara dan melombakan burung berkicau ini pun menjadi suatu tren yang luarbiasa berkembang pesat di Indonesia. Tapi sekiranya para penggemar burung tidak hanya sekedar menangkap burung dari hutan, yang pada akhirnya akan membuat punah burung-burung tertentu. Saat ini beberapa jenis burung telah dinyatakan langka dan beberapa telah punah. Kiranya selain berkompetisi, para penggemar burung juga turut serta dalam melestarikan keberadaan burung-burung tersebut dengan mencoba menangkar, khusus untuk burung-burung yang terbilang nyaris punah.
- Sumber: Komunitas Pecinta Burung
Tidak ada komentar:
Posting Komentar