Berbakti adalah urusan
yang menuntut banyak pengorbanan. Akan tetapi berbakti bukanlah urusan-urusan
yang berat dan menyusahkan. Meskipun terkadang pengorbanan terasa begitu besar.
Berbakti kepada orangtua dan suami bukanlah urusan yang menyebabkan tubuh
terluka atau berdarah-darah. Pada faktanya, urusan berbakti adalah urusan
seputar perangai dan pelayanan yang sederhana. Hanya saja ia merupakan wujud
dari komitmen dan cinta.
Begitulah istri yang baik dan berbakti. Seorang istri tidak perlu menyambut suaminya dengan pergi ke salon terlebih dahulu. Tidak perlu memasak makanan sekelas restoran atau hotel berbintang. Ia hanya cukup berpakaian rapih dan tersenyum. Bolehlah ia mandi dan menggunakan parfum. Kemudian, sediakan air minum yang biasa ketika suami datang. Mungkin saja sekedar air putih untuk menyegarkan. Boleh juga menyeduhkan teh, susu atau kopi.
Fatimah RA pernah mendapatkan petuah dari ayahnya. “Wahai Fatimah, apabila seorang wanita meminyakkan rambut suamnya, janggutnya, memotongkan kumis, dan menggunting kukunya, maka Allah SWT memberinya minum dari air surga yang mengalir di sungai-sungainya dan diringankan kuburnya menjadi sebuah taman yang indah dan taman-taman surga.”
Lagi-lagi berbakti hanyalah urusan membantu memasangkan kancing kemeja suami dan memasangkan dasi atau membawakan sepatu. Berbakti hanyalah mencium tangan suami dan melambaikan tangan sambil menjawab salam.
Pelayanan dalam hal-hal seperti ini terkadang dipandang sepele. Malah akan terasa merepotkan jika dilakukan secara terpaksa dan tanpa keikhlasan. Akan tetapi, seorang istri yang mencintai suaminya melakukannya dengan senang hati. Pasangan suami-istri adalah pasangan hidup di dunia dan di akhirat. Ikatan diantara mereka adalah tali agama dan hukum. Apabila ia memang masih merasa berat untuk melakukan hal-hal yang sederhana ini, maka ia harus ingat bahwa dirinya mencintai Rabb suaminya.
(esqiel/muslimahzone)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar