Kamis, 30 Oktober 2014

PARA UTUSAN TUHAN



RASULULLAH

Adam

Setelah Allah s.w.t.menciptakan bumi dengan gunung-gunungnya,laut-lautannya dan tumbuh-tumbuhannya,menciptakan langit dengan mataharinya,bulan dan bintang-bintangnya yang bergemerlapan menciptakan malaikat-malaikatnya ialah sejenis makhluk halus yangdiciptakan untuk beribadah menjadi perantara antara Zat Yang Maha Kuasa dengan hamba-hamba terutama para rasul dan nabinya maka tibalah kehendak Allah s.w.t. untuk menciptakan sejenis makhluk lain yang akan menghuni dan mengisi bumi memeliharanya menikmati tumbuh-tumbuhannya,mengelola kekayaan yang terpendam di dalamnya dan berkembang biak turun-temurun waris-mewarisi sepanjang masa yang telah ditakdirkan baginya.


Kekhuatiran Para Malaikat.

Para malaikat ketika diberitahukan oleh Allah s.w.t. akan kehendak-Nya menciptakan makhluk lain itu,mereka khuatir kalau-kalau kehendak Allah menciptakan makhluk yang lain itu,disebabkan kecuaian atau kelalaian mereka dalam ibadah dan menjalankan tugas atau karena pelanggaran yang mereka lakukan tanpa disadari.Berkata mereka kepada Allah s.w.t.:"Wahai Tuhan kami!Buat apa Tuhan menciptakan makhluk lain selain kami,padahal kami selalu bertasbih,bertahmid,melakukan ibadah dan mengagungkan nama-Mu tanpa henti-hentinya,sedang makhluk yang Tuhan akan ciptakan dan turunkan ke bumi itu,nescaya akan bertengkar satu dengan lain,akan saling bunuh-membunuh berebutan menguasai kekayaan alam yang terlihat diatasnya dan terpendam di dalamnya,sehingga akan terjadilah kerusakan dan kehancuran di atas bumi yang Tuhan ciptakan itu."

Allah berfirman,menghilangkan kekhuatiran para malaikat itu:

"Aku mengetahui apa yang kamu tidak ketahui dan Aku sendirilah yang mengetahui hikmat penguasaan Bani Adam atas bumi-Ku.Bila Aku telah menciptakannya dan meniupkan roh kepada nya,bersujudlah kamu di hadapan makhluk baru itu sebagai penghormatan dan bukan sebagai sujud ibadah,karena Allah s.w.t. melarang hamba-Nya beribadah kepada sesama makhluk-Nya."

Kemudian diciptakanlah Adam oleh Allah s.w.t.dari segumpal tanah liat,kering dan lumpur hitam yang berbentuk.Setelah disempurnakan bentuknya ditiupkanlah roh ciptaan Tuhan ke dalamnya dan berdirilah ia tegak menjadi manusia yang sempurna

.

Iblis Membangkang.

Iblis membangkang dan enggan mematuhi perintah Allah seperti para malaikat yang lain,yang segera bersujud di hadapan Adam sebagai penghormatan bagi makhluk Allah yang akan diberi amanat menguasai bumi dengan segala apa yang hidup dan tumbuh di atasnya serta yang terpendam di dalamnya.Iblis merasa dirinya lebih mulia,lebih utama dan lebih agung dari Adam,karena ia diciptakan dari unsur api,sedang Adam dari tanah dan lumpur.Kebanggaannya dengan asal usulnya menjadikan ia sombong dan merasa rendah untuk bersujud menghormati Adam seperti para malaikat yang lain,walaupun diperintah oleh Allah.

Tuhan bertanya kepada Iblis:"Apakah yang mencegahmu sujud menghormati sesuatu yang telah Aku ciptakan dengan tangan-Ku?"

Iblis menjawab:"Aku adalah lebih mulia dan lebih unggul dari dia.Engkau ciptakan aku dari api dan menciptakannya dari lumpur."

Karena kesombongan,kecongkakan dan pembangkangannya melakukan sujud yang diperintahkan,maka Allah menghukum Iblis dengan mengusir dari syurga dan mengeluarkannya dari barisan malaikat dengan disertai kutukan dan laknat yang akan melekat pd.dirinya hingga hari kiamat.Di samping itu ia dinyatakan sebagai penghuni neraka.

Iblis dengan sombongnya menerima dengan baik hukuman Tuhan itu dan ia hanya mohon agar kepadanya diberi kesempatan untuk hidup kekal hingga hari kebangkitan kembali di hari kiamat.Allah meluluskan permohonannya dan ditangguhkanlah ia sampai hari kebangkitan,tidak berterima kasih dan bersyukur atas pemberian jaminan itu,bahkan sebaliknya ia mengancam akan menyesatkan Adam,sebagai sebab terusirnya dia dari syurga dan dikeluarkannya dari barisan malaikat,dan akan mendatangi anak-anak keturunannya dari segala sudut untuk memujuk mereka meninggalkan jalan yang lurus dan bersamanya menempuh jalan yang sesat,mengajak mereka melakukan maksiat dan hal-hal yang terlarang,menggoda mereka supaya melalaikan perintah-perintah agama dan mempengaruhi mereka agar tidak bersyukur dan beramal soleh.

Kemudian Allah berfirman kepada Iblis yang terkutuk itu:

"Pergilah engkau bersama pengikut-pengikutmu yang semuanya akan menjadi isi neraka Jahanam dan bahan bakar neraka.Engkau tidak akan berdaya menyesatkan hamba-hamba-Ku yang telah beriman kepada Ku dengan sepenuh hatinya dan memiliki aqidah yang mantap yang tidak akan tergoyah oleh rayuanmu walaupun engkau menggunakan segala kepandaianmu menghasut dan memfitnah."


Pengetahuan Adam Tentang Nama-Nama Benda.

Allah hendak menghilangkan anggapan rendah para malaikat terhadap Adam dan menyakinkan mereka akan kebenaran hikmat-Nya menunjuk Adam sebagai penguasa bumi,maka diajarkanlah kepada Adam nama-nama benda yang berada di alam semesta,kemudian diperagakanlah benda-benda itu di depan para malaikat seraya:"Cubalah sebutkan bagi-Ku nama benda-benda itu,jika kamu benar merasa lebih mengetahui dan lebih mengerti dari Adam."
Para malaikat tidak berdaya memenuhi tentangan Allah untuk menyebut nama-nama benda yang berada di depan mereka.Mereka mengakui ketidak-sanggupan mereka dengan berkata:"Maha Agung Engkau! Sesungguhnya kami tidak memiliki pengetahuan tentang sesuatu kecuali apa yang Tuhan ajakan kepada kami.Sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Mengetahui dan Maha Bijaksana."

Adam lalu diperintahkan oleh Allah untuk memberitahukan nama-nama itu kepada para malaikat dan setelah diberitahukan oleh Adam,berfirmanlah Allah kepada mereka:"Bukankah Aku telah katakan padamu bahawa Aku mengetahui rahsia langit dan bumi dan mengetahui apa yang kamu lahirkan dan apa yang kamu sembunyikan."


Adam Menghuni Syurga.

Adam diberi tempat oleh Allah di syurga dan baginya diciptakanlah Hawa untuk mendampinginya dan menjadi teman hidupnya,menghilangkan rasa kesepiannya dan melengkapi keperluan fitrahnya untuk mengembangkan keturunan. Menurut cerita para ulamat Hawa diciptakan oleh Allah dari salah satu tulang rusuk Adam yang disebelah kiri diwaktu ia masih tidur sehingga ketika ia terjaga,ia melihat Hawa sudah berada di sampingnya.ia ditanya oleh malaikat:"Wahai Adam! Apa dan siapakah makhluk yang berada di sampingmu itu?"

Berkatalah Adam:"Seorang perempuan."Sesuai dengan fitrah yang telah diilhamkan oleh Allah kepadanya."Siapa namanya?"tanya malaikat lagi."Hawa",jawab Adam."Untuk apa Tuhan menciptakan makhluk ini?",tanya malaikat lagi.

Adam menjawab:"Untuk mendampingiku,memberi kebahagian bagiku dan mengisi keperluan hidupku sesuai dengan kehendak Allah."

Allah berpesan kepada Adam:"Tinggallah engkau bersama isterimu di syurga,rasakanlah kenikmatan yang berlimpah-limpah didalamnya,rasailah dan makanlah buah-buahan yang lazat yang terdapat di dalamnya sepuas hatimu dan sekehendak nasfumu.Kamu tidak akan mengalami atau merasa lapar,dahaga ataupun letih selama kamu berada di dalamnya.Akan tetapi Aku ingatkan janganlah makan buah dari pohon ini yang akan menyebabkan kamu termasuk orang-orang yang zalim.Ketahuilah bahawa Iblis itu adalah musuhmu dan musuh isterimu,ia akan berusaha membujuk kamu dan menyeret kamu keluar dari syurga sehingga hilanglah kebahagiaan yang kamu sedang nikmat ini."


Iblis Mulai Beraksi.

Sesuai dengan ancaman yang diucapkan ketika diusir oleh allah dari Syurga akibat pembangkangannya dan terdorong pula oleh rasa iri hati dan dengki terhadap Adam yang menjadi sebab sampai ia terkutuk dan terlaknat selama-lamanya tersingkir dari singgahsana kebesarannya.Iblis mulai menunjukkan rancangan penyesatannya kepada Adam dan Hawa yang sedang hidup berdua di syurga yang tenteram, damai dan bahagia.

Ia menyatakan kepada mereka bahawa ia adalah kawan mereka dan ingin memberi nasihat dan petunjuk untuk kebaikan dan mengekalkan kebahagiaan mereka.Segala cara dan kata-kata halus digunakan oleh Iblis untuk mendapatkan kepercayaan Adam dan Hawa bahawa ia betul-betul jujur dalam nasihat dan petunjuknya kepada mereka.Ia membisikan kepada mereka bahwa.larangan Tuhan kepada mereka memakan buah-buah yang ditunjuk itu adalah karena dengan memakan buah itu mereka akan menjelma menjadi malaikat dan akan hidup kekal.Diulang-ulangilah bujukannya dengan menunjukkan akan harumnya bau pohon yang dilarang indah bentuk buahnya dan lazat rasanya.Sehingga pada akhirnya termakanlah bujukan yang halus itu oleh Adam dan Hawa dan dilanggarlah larangan Tuhan.

Allah mencela perbuatan mereka itu dan berfirman yang bermaksud: "Tidakkah Aku mencegah kamu mendekati pohon itu dan memakan dari buahnya dan tidakkah Aku telah ingatkan kamu bahawa syaitan itu adalah musuhmu yang nyata."

Adam dan Hawa mendengar firman Allah itu sedarlah ia bahawa mereka telah terlanggar perintah Allah dan bahawa mereka telah melakukan suatu kesalahan dan dosa besar.Seraya menyesal berkatalah mereka:"Wahai Tuhan kami! Kami telah menganiaya diri kami sendiri dan telah melanggar perintah-Mu karena terkena bujukan Iblis.Ampunilah dosa kami karena nescaya kami akan tergolong orang-orang yang rugi bila Engkau tidak mengampuni dan mengasihi kami."

Adam dan Hawa Diturunkan Ke Bumi.

Allah telah menerima taubat Adam dan Hawa serta mengampuni perbuatan pelanggaran yang mereka telah lakukan hal mana telah melegakan dada mereka dan menghilangkan rasa sedih akibat kelalaian peringatan Tuhan tentang Iblis sehingga terjerumus menjadi mangsa bujukan dan rayuannya yang manis namun berancun itu.

Adam dan Hawa merasa tenteram kembali setelah menerima pengampunan Allah dan selanjutnya akan menjaga jangan sampai tertipu lagi oleh Iblis dan akan berusaha agar pelanggaran yang telah dilakukan dan menimbulkan murka dan teguran Tuhan itu menjadi pengajaran bagi mereka berdua untuk lebih berhati-hati menghadapi tipu daya dan bujukan Iblis yang terlaknat itu.Harapan untuk tinggal terus di syurga yang telah pudar karena perbuatan pelanggaran perintah Allah,hidup kembali dalam hati dan fikiran Adam dan Hawa yang merasa kenikmatan dan kebahagiaan hidup mereka di syurga tidak akan terganggu oleh sesuatu dan bahawa redha Allah serta rahmatnya akan tetap melimpah di atas mereka untuk selama-lamanya.Akan tetapi Allah telah menentukan dalam takdir-Nya apa yang tidak terlintas dalam hati dan tidak terfikirkan oleh mereka. Allah s.w.t.yang telah menentukan dalam takdir-nya bahawa bumi yang penuh dengan kekayaan untuk dikelolanya,akan dikuasai kepada manusia keturunan Adam memerintahkan Adam dan Hawa turun ke bumi sebagai benih pertama dari hamba-hambanya yang bernama manusia itu.Berfirmanlah Allah kepada mereka:"Turunlah kamu ke bumi sebagian daripada kamu menjadi musuh bagi sebagian yang lain kamu dapat tinggal tetap dan hidup disan sampai waktu yang telah ditentukan."

Turunlah Adam dan Hawa ke bumi menghadapi cara hidup baru yang jauh berlainan dengan hidup di syurga yang pernah dialami dan yang tidak akan berulang kembali.Mereka harus menempuh hidup di dunia yang fana ini dengan suka dan dukanya dan akan menurunkan umat manusia yang beraneka ragam sifat dan tabiatnya berbeda-beda warna kulit dan kecerdasan otaknya.Umat manusia yang akan berkelompok-kelompok menjadi suku-suku dan bangsa-bangsa di mana yang satu menjadi musuh yang lain saling bunuh-membunuh aniaya-menganianya dan tindas-menindas sehingga dari waktu ke waktu Allah mengutus nabi-nabi-Nya dan rasul-rasul-Nya memimpin hamba-hamba-Nya ke jalan yang lurus penuh damai kasih sayang di antara sesama manusia jalan yang menuju kepada redha-Nya dan kebahagiaan manusia di dunia dan akhirat.

Kisah Adam dalam Al-Quran.
Al_Quran menceritakan kisah Adam dalam beberapa surah di antaranya surah Al_Baqarah ayat 30 sehingga ayat 38 dan surah Al_A'raaf ayat 11 sehingga 25



Pengajaran Yang Terdapat Dari Kisah Adam.

Bahawasanya hikmah yang terkandung dalam perintah-perintah dan larangan-larangan Allah dan dalam apa yang diciptakannya kadangkala tidak atau belum dapat dicapai oelh otak manusia bahkan oleh makhluk-Nya yang terdekat sebagaimana telah dialami oleh para malaikat tatkala diberitahu bahawa Allah akan menciptakan manusia - keturunan Adam untuk menjadi khalifah-Nya di bumi sehingga mereka seakan-akan berkeberatan dan bertanya-tanya mengapa dan untuk apa Allah menciptakan jenis makhluk lain daripada mereka yang sudah patuh rajin beribadat, bertasbih, bertahmid dan mengagungkan nama-Nya.

Bahawasanya manusia walaupun ia telah dikurniakan kecergasan berfikir dan kekuatan fizikal dan mental ia tetap mempunyai beberapa kelemahan pada dirinya seperti sifat lalai, lupa dan khilaf.Hal mana telah terjadi pada diri Nabi Adam yang walaupun ia telah menjadi manusia yang sempurna dan dikurniakan kedudukan yang istimewa di syurga ia tetap tidak terhindar dari sifat-sifat manusia yang lemah itu.Ia telah lupa dan melalaikan peringatan Allah kepadanya tentang pohon terlarang dan tentang Iblis yang menjadi musuhnya dan musuh seluruh keturunannya, sehingga terperangkap ke dalam tipu daya dan terjadilah pelanggaran pertama yang dilakukan oleh manusia terhadap larangan Allah.

Bahawasanya seseorang yang telah terlanjur melakukan maksiat dan berbuat dosa tidaklah ia sepatutnya berputus asa dari rahmat dan ampunan Tuhan asalkan ia sedar akan kesalahannya dan bertaubat tidak akan melakukannya kembali.Rahmat allah dan maghfirah-Nya dpt mencakup segala dosa yang diperbuat oleh hamba-Nya kecuali syirik bagaimana pun besar dosa itu asalkan diikuti dengan kesedaran bertaubat dan pengakuan kesalahan.
Sifat sombong dan congkak selalu membawa akibat kerugian dan kebinasaan.Lihatlah Iblis yang turun dari singgahsananya dilucutkan kedudukannya sebagai seorang malaikat dan diusir oleh Allah dari syurga dengan disertai kutukan dan laknat yang akan melekat kepada dirinya hingga hari Kiamat karena kesombongannya dan kebanggaaannya dengan asal-usulnya sehingga ia menganggap dan memandang rendah kepada Nabi Adam dan menolak untuk sujud menghormatinya walaupun diperintahkan oleh Allah s.w.t.

Kisah Habil Dan Qabil, putera Nabi Adam a.s.

Tatacara hidup suami isteri Adam dan Hawa di bumi mulai tertib dan sempurna tatkala Hawa bersedia untuk melahirkan anak-anaknya yang akan menjadi benih pertama bagi umat manusia di dunia ini.
Siti Hawa melahirkan kembar dua pasang.Pertama lahirlah pasangan Qabiel dan adik perempuannya yang diberi nama "Iqlima",kemudian menyusul pasangan kembar kedua Habiel dan adik perempuannya yang diberi nama "Lubuda".

Kedua orang tua,Nabi Adam dan Siti Hawa, menerima kelahiran keempat putera puterinya itu dengan senang dan gembira, walaupun Hawa telah menderita apa yang lumrahnya dideritai oleh setiap ibu yang melahirkan bayinya. Mereka meharapkan dari keempat anak pertamanya ini akan menurunkan anak cucu yang akan berkembang biak untuk mengisi bumi Allah dan menguasai sesuai dengan amanat yang telah dibebankan keatas bahunya.

Di bawah naungan ayah ibunya yang penuh cinta dan kasih sayang maka membesarlah keempat-empat anak itu dengan cepatnya melalui masa kanak-kanak dan menginjak masa remaja.Yang perempuan sesuai dengan qudrat dan fitrahnya menolong ibunya mengurus rumahtangga dan mengurus hal-hal yang menjadi tugas wanita,sedang yang laki-laki menempuhi jalannya sendiri mencari nafkah untuk memenuhi keperluan hidupnya.Qabiel berusaha dalam bidang pertanian sedangkan Habiel dibidang perternakan.

Penghidupan sehari-hari keluarga Adam dan Hawa berjalan tertib sempurna diliputi rasa kasih sayang saling cinta menyintai hormat menghormati masing-masing meletakkan dirinya dalam kedudukkan yang wajar si ayah terhadap isterinya dan putera-puterinya,si isteri terhadap suami dan anak-anaknya.Demikianlah pula pergaulan di antara keempat bersaudara berlaku dalam harmoni damai dan tenang saling bantu membantu hormat menghormati dan bergotong-royong.


Keempat Anak Adam Memasuki Alam Remaja.

Keempat putera-puteri Adam mencapai usia remaja dan mamasuki alam akil baligh di mana nafsu berahi dan syahwat serta hajat kepada hubungan kelamin makin hari makin nyata dan nampak pada gaya dan sikap mereka hal mana menjadi pemikiran kedua orang tuanya dengan cara bagaimana menyalurkan nasfu berahi dan syahwat itu agar terjaga kemurnian keturunan dan menghindari hubungan kelamin yang bebas di antara putera-puterinya.
Kepada Nabi Adam Allah memberi ilham dan petunjuk agar kedua puteranya dikahwinkan dengan puterinya.Qabiel dikahwinkan dengan adik habiel yang bernama Lubuda dan Habiel dengan adik Qabiel yang bernama Iqlima.

Cara yang telah diilham oleh Allahs.w.t. kepada Nabi Adam telah disampaikan kepada kedua puteranya sebagai keputusan si ayah yang harus dipatuhi dan segera dilaksanakan untuk menjaga dan mengekalkan suasana damai dan tenang yang meliputi keluarga dan rumahtangga mereka.Akan tetapi dengan tanpa diduga dan disangka rancangan yang diputuskan itu ditolak mentah-mentah oleh Qabiel dan menyatakan bahawa ia tidak mahu mengahwini Lubuda, adik Habiel dengan mengemukakan alasan bahawa Lubuda adalah buruk dan tidak secantik adiknya sendiri Iqlima.Ia berpendapat bahawa ia lebih patut mempersunting adiknya sendiri Iqlima sebagai isteri dan sekali-kali tidak rela menyerahkannya untuk dikahwinkan oleh Habiel.Dan memang demikianlah kecantikan dan keelokan paras wanita selalu menjadi fitnah dan rebutan lelaki yang kadang-kadang menjurus kepada pertentangan dan permusuhan yang sampai mengakibatkan hilangnya nyawa dan timbulnya rasa dendam dan dengki diantara sesama keluarga dan sesama suku.

Kerana Qabiel tetap berkeras kepala tidak mahu menerima keputusan ayahnya dan meminta supaya dikahwinkan dengan adik kembarnya sendiri Iqlima maka Nabi Adam seraya menghindari penggunaan kekerasan atau paksaan yang dapat menimbulkan perpecahan di antara saudara serta mengganggu suasana damai yang meliputi keluarga beliau secara bijaksana mengusulkan agar menyerahkan masalah perjodohan itu kepada Tuhan untuk menentukannya.Caranya ialah bahawa masing-masing dari Qabiel dan Habiel harus menyerahkan qurban kepada Tuhan dengan catatan bahawa barangsiapa di antara kedua saudara itu diterima qurbannya ialah yang berhad menentukan pilihan jodohnya.

Qabiel dan Habiel menerima baik jalan penyelesaian yang ditawarkan oleh ayahnya.Habiel keluar dan kembali membawa peliharaannya sedangkan Qabiel datang dengan sekarung gandum yang dipilih dari hasil cucuk tanamnya yang rusak dan busuk kemudian diletakkan kedua qurban itu kambing Habiel dan gandum Qabiel diatas sebuah bukit lalu pergilah keduanya menyaksikan dari jauh apa yang akan terjadi atas dua jenis qurban itu.

Kemudian dengan disaksikan oleh seluruh anggota keluarga Adam yang menanti dengan hati berdebar apa yang akan terjadi di atas bukit dimana kedua qurban itu diletakkan, terlihatlah api besar yang turun dari langit menyambar kambing binatang qurbannya Habiel yang seketika itu musnah ternakan oleh api sedang karung gandum kepunyaan Qabiel tidak tersentuh sedikit pun oleh api dan tetap tinggal utuh.

Maka dengan demikian keluarlah Habiel sebagai pemenang dalam pertaruhan itu karena qurbannya kambing telah diterima oleh Allah sehingga dialah yang mendapat keutamaan untuk memilih siapakah di antara kedua gadis saudaranya itu yang akan dipersuntingkan menjadi isterinya.


Pembunuhan Pertama Dalam Sejarah Manusia.

Dengan telah jatuhnya keputusan dari langit yang menerima qurban Habiel dan menolak qurban Qabiel maka pudarlah harapan Qabiel untuk mempersuntingkan Iqlima.Ia tidak puas dengan keputusan itu namun tidak ada jalan untuk menolaknya. Ia menyerah dan menerimanya dengan rasa kesal dan marah sambil menaruh dendam terhadap Habiel yang akan dibunuhnya di kala ketiadaan ayahnya.

Ketika Adam hendak berpergian dan meninggalkan rumah beliau mengamanahkan rumahtangga dan keluarga kepada Qabiel. Ia berpesan kepadanya agar menjaga baik-baik ibu dan saudara-saudaranya selama ketiadaannya.Ia berpesan pula agar kerukunan keluarga dan ketenangan rumahtangga terpelihara baik-baik jangan sampai terjadi hal-hal yang mengeruhkan suasana atau merusakkan hubungan kekeluargaan yang sudah akrab dan intim.

Qabiel menerima pesanan dan amanat ayahnya dengan kesanggupan akan berusaha sekuat tenaga menyelenggarakan amanat ayahnya dengan sebaik-baiknya dan sesempurna berpergiannya akan mendapat segala sesuatu dalam keadaan baik dan menyenangkan.Demikianlah kata-kata dan janji yang keluar dari mulut Qabiel namun dalam hatinya ia berkata bahawa ia telah diberi kesempatan yang baik untuk melaksanakan niat jahatnya dan melepaskan rasa dendamnya dan dengkinya terhadap Habiel saudaranya.

Tidak lama setelah Adam meninggalkan keluarganya datanglah Qabiel menemui Habiel di tempat penternakannya.Berkata ia kepada Habiel:"Aku datang ke mari untuk membunuhmu.Masanya telah tiba untuk aku lenyapkan engkau dari atas bumi ini." "Apa salahku?"tanya Habiel.Dengan asalan apakah engkau hendak membunuhku?"

Qabiel berkata:"Ialah karena qurbanmu diterima oleh Allah sedangkan qurbanku ditolak yang bererti bahawa engkau akan mengahwini adikku Iqlima yang cantik dan molek itu dan aku harus mengahwini adikmu yang buruk dan tidak mempunyai gaya yang menarik itu."

Habiel berkata:"Adakah berdosa aku bahawa Allah telah menerima qurbanku dan menolak qurbanmu?Tidakkah engkau telah bersetuju cara penyelesaian yang diusulkan oleh ayah sebagaimana telah kami laksanakan?Janganlah tergesa-gesa wahai saudaraku, mempertaruhkan hawa nasfu dan ajakan syaitan! Kawallah perasaanmu dan fikirlah masak-masak akan akibat perbuatanmu kelak! Ketahuilah bahawa Allah hanya menerima qurban dari orang-orang yang bertakwa yang menyerahkan dengan tulus ikhlas dari hati yang suci dan niat yang murni.Adakah mungkin sesekali bahawa qurban yang engkau serahkan itu engkau pilihkannya dari gandummu yang telah rusak dan busuk dan engkau berikan secara terpaksa bertentangan dengan kehendak hatimu, sehingga ditolak oleh Allah, berlainan dengan kambing yang aku serahkan sebagai korban yang sengaja aku pilihkan dari perternakanku yang paling sihat dan kucintai dan ku serahkannya dengan tulus ikhlas disertai permohonan diterimanya oleh Allah.

Renungkanlah, wahai saudaraku kata-kataku ini dan buangkanlah niat jahatmu yang telah dibisikkan kepadamu oleh Iblis itu, musuh yang telah menyebabkan turunnya ayah dan ibu dari syurga dan ketahuilah bahawa jika engkau tetap berkeras kepala hendak membunuhku, tidaklah akan aku angkat tanganku untuk membalasmu karena aku takut kepada Allah dan tidak akan melakukan sesuatu yang tidak diredhainya.Aku hanya berserah diri kepada-Nya dan kepada apa yang akan ditakdirkan bagi diriku."

Nasihat dan kata-kata mutiara Habiel itu didengar oleh Qabiel namun masuk telinga kanan keluar telinga kiri dan sekali-kali tidak sampai menyentuh lubuk hatinya yang penuh rasa dengki, dendam dan iri hati sehingga tidak ada tempat lagi bagi rasa damai, cinta dan kasih sayang kepada saudara sekandungnya. Qabiel yang dikendalikan oleh Iblis tidak diberinya kesempatan untuk menoleh kebelakang mempertimbangkan kembali tindakan jahat yang dirancangkan terhadap saudaranya, bahkan bila api dendam dan dengkin didalam dadanya mulai akan padam dikipasinya kembali oleh Iblis agar tetap menyala-yala dan ketika Qabiel bingung tidak tahu bagaimana ia harus membunuh Habiel saudaranya, menjelmalah Iblis dengan seekor burung yang dipukul kepalanya dengan batu sampai mati. Contoh yang diberikan oleh Iblis itu diterapkannya atas diri Habiel di kala ia tidur dengan nyenyaknya dan jatuhlah Habiel sebagai kurban keganasan saudara kandungnya sendiri dan sebagai kurban pembunuhan pertama dalam sejarah manusia


Penguburan Jenazah Habiel.

Qabiel merasa gelisah dan bingung menghadapi mayat saudaranya.ia tidak tahu apa yang harus diperbuat dengan tubuh saudaranya yang semakin lama semakin busuk itu.Diletakkannyalah tubuh itu di sebuah peti yang dipikulnya seraya mundar-mundir oleh Qabiel dalam keadaan sedih melihat burung-burung sedang berterbangan hendak menyerbu tubuh jenazah Habiel yang sudah busuk itu.

kebingungan dan kesedihan Qabiel tidak berlangsung lama karena ditolong oleh suatu contoh yang diberikan oleh Tuhan kepadanya sebagaimana ia harus menguburkan jenazah saudaranya itu.Allah s.w.t. Yang Maha Pengasih lagi Maha Bijaksana, tidak rela melihat mayat hamba-Nya yang soleh dan tidak berdosa itu tersia-sia demikian rupa, maka dipertujukanlah kepada Qabiel, bagaimana seekor burung gagak menggali tanah dengan kaki dan paruhnya, lalu menyodokkan gagak lain yang sudah mati dalam pertarungan, ke dalam lubang yang telah digalinya, dan menutupi kembali dengan tanah.Melihat contoh dan pengajaran yang diberikan oleh burung gagak itu, termenunglah Qabiel sejenak lalu berkata pada dirinya sendiri:"Alangkah bodohnya aku, tidakkah aku dapat berbuat seperti burung gagak itu dan mengikuti caranya menguburkan mayat saudaraku ini?"

Kemudian kembalilah Adam dari perjalanan jauhnya.Ia tidak melihat Habiel di antara putera-puterinya yang sedang berkumpul.Bertanyalah ia kepada Qabiel:"Di manakah Habiel berada?Aku tidak melihatnya sejak aku pulang."
Qabiel menjawab:"Entah, aku tidak tahu dia ke mana! Aku bukan hamba Habiel yang harus mengikutinya ke mana saja ia pergi."

Melihat sikap yang angkuh dan jawapan yang kasar dari Qabiel, Adam dapat meneka bahawa telah terjadi sesuatu ke atas diri Habiel, puteranya yang soleh, bertakwa dan berbakti terhadap kedua orang tuanya itu.Pada akhirnya terbukti bahawa Habiel telah mati dibunuh oleh Qabiel sewaktu peninggalannya.Ia sangat sesal di atas perbuatan Qabiel yang kejam dan ganas itu di mana rasa persaudaraan, ikatan darah dan hubungan keluarga diketepikan sekadar untuk memenuhi hawa nafsu dan bisikan yang menyesatkan.

Menghadapi musibah itu, Nabi Adam hanya berpasrah kepada Allah menerimanya sebagai takdir dan kehendak-Nya seraya mohon dikurniai kesabaran dan keteguhan iman baginya dan kesedaran bertaubat dan beristighfar bagi puteranya Qabiel.

Kisah Qabiel dan Habiel Dalam Al-Quran.
Al-Quran mengisahkan cerita kedua putera Nabi Adam ini dalam surah"Al-Maaidah" ayat 27 sehingga ayat 32
.
Pengajaran Dari Kisah Putera Nabi Adam A.S.

Bahawasanya Allah s.w.t. hanya menerima qurban dari seseorang yang menyerahkannya dengan tulus dan ikhlas, tidak dicampuri dengan sifat riyak, takabur atau ingin dipuji.Barang atau binatang yang diqurbankan harus yang masih baik dan sempurna dan dikeluarkannya dari harta dan penghasilan yang halal.Jika qurban itu berupa binatang sembelihan, harus yang sihat, tidak mengandungi penyakit atau pun cacat, dan jika berupa bahan makanan harus yang masih segar baik dan belum rusak atau busuk.

Bahawasanya penyelesaian jenazah manusia yang terbaik adalah dengan cara penguburan sebagaimana telah diajarkan oleh Allah kepada Qabiel.itulah cara paling sesuai dengan martabat manusia sebagai makhluk yang dimuliakan dan diberi kelebihan oleh Allah di atas makhluk-makhluk lainnya, menurut firman Allah dalam surah "Al-Isra" ayat 70 yang bererti ; "Dan sesungguhnya telah Kami muliakan anak-anak Adam.Kami angkut mereka di daratan dan di lautan.Kami beri mereka rezeki dari yang baik-baik dan Kami lebihkan mereka dengan kelebihan yang sempurna atas kebanyakan makhluk yang telah Kami ciptakan."

ADAM diyakini sebagai manusia pertama di bumi. Tafsir Quran selama ini menyebut ia diciptakan di surga bersama Hawa (Eva). Terbujuk oleh Iblis, Adam dan Hawa "diturunkan" ke bumi. Doa "rabbanaa dhalamnaa anfusana wainlam taghfirlanaa wa tarhamnaa lanakuunannaa minal khasirin" (QS Al-Araaf: 23) diyakini sebagai doa Adam-Hawa yang menyesali kesalahan terbujuk Iblis.

Keduanya terpisah dan Hawa, menurut legenda, diturunkan di daerah yang sekarang menjadi kota Jeddah - Saudia Arabia. "Jeddah" berarti "nenek" (Hawa). Legenda yang sama menyebut Adam dan Hawa bertemu kembali di Jabal Rahmah - kini di dataran Arafah. Maka Jabal Rahmah sering dijadikan simbol "cinta" atau "jodoh" oleh peziarah.

Riwayat menyebut Adam-Hawa dikarunia putra-putri yang lahir berpasangan. Diantaranya adalah Qabil dan Iklima. Kemudian Habil dan Labuda. Qabil disebut bersifat kasar sedangkan Habil lembut hati.
Qabil petani dan Habil peternak. Adam -atas ilham dari Allah-akan menikahkan Qabil dengan Labuda, dan Habil dengan Iklima. Qabil menolak.

Adam mengharuskan keduanya melakukan korban. Yakni menaruh sayuran bagi Qabil dan daging bagi Habil di puncak gunung. Siapa yang korbannya "diterima", dia berhak memilih Iklima atau Labuda sebagai istri. Ternyata, menurut kisah ini, korban Habil yang diterima. Qabil kemudian membunuh Habil. Ia menguburkan saudaranya itu setelah melihat burung gagak mengubur gagak lain yang mati setelah keduanya berkelahi.

Wallahua'lam. Allah yang maha tahu kebenaran kisah yang juga didongengkan kalangan Yahudi ini. Juga tentang kapan persisnya masa hidup Adam-Hawa. Apakah ia berada pada masa sebelum atau setelah "manusia purba" seperti Homo Erectus di Jawa, Homo Pekinensis di Cina atau manusia Neanderthal di Eropa. Yang pasti kisah tentang Adam dan keluarganya memberi pelajaran tentang perlunya keteguhan manusia menghadapi "iblis", tentang dosa, pertemuan laki-laki perempuan, ketulusan untuk berkorban, juga nafsu serakah manusia.


Idris


TAK banyak yang dikisahkan tentang Idris. Ia disebutkan lahir di daerah Munaf - Mesir. Ia juga diyakini sebagai nabi pertama yang menulis dengan pena. Wallahua'lam, apakah keyakinan tersebut berkait dengan kenyataan bahwa kertas pertama, yang disebut papirus, diciptakan oleh masyarakat Mesir.

Idris disebut belajar agama dari Sis -anak Adam yang juga menjadi Nabi. Masyarakat terdahulu juga meyakini bahwa ia dibawa ke surga sebelum mengalami kematian. Mereka percaya, nabi Idris adalah satu-satunya manusia yang masuk surga tanpa pernah mati. Itu terjadi pada usia 82 tahun.
Quran menyebut kisah Idris dalam Surat Maryam 56-57. Juga pada surat Al-Anbiya (Para Nabi) ayat 85-86.
****************************************************************



9.
Ilyas



ILYAS adalah salah seorang nabi dari kalangan Bani Israel. Ia adalah keturunan Harun, dan membimbing kaumnya di lembah timur Sungai Yordan. Saat itu masyarakatnya telah meninggalkan agama, dan kembali menyembah patung secara tidak rasional. Mereka menamai patung itu Ba'al, sehingga tempat tinggalnya dinamai Ba'labak.

Ilyas menyeru masyarakatnya untuk meninggalkan berhala tersebut. Namun mereka mengabaikannya. Secara arogan mereka malah menantang agar Tuhan yang disembah Ilyas menurunkan bencana kekeringan.
Benar, kekeringan pun mendera masyarakat setempat. Kelaparan terjadi di mana-mana. Ilyas saat itu tetap mempunyai makanan dan minuman berkecukupan.

Alih-alih menyadari kekeliruan, mereka malah mengejar Ilyas. Nyaris Ilyas tertangkap, namun ia selamat setelah bersembunyi di rumah seorang pemuda, Ilyasa, yang kelak juga akan menjadi rasul. Baru beberapa tahun kemudian, Ilyas berhasil menyakinkan warganya. Jika menghendaki kemakmuran, masyarakat agar meninggalkan berhala tersebut dan hanya menuhankan Sang Pencipta. Masyarakat pun mengikuti seruan tersebut. Kemakmuran pun mendatangi masyarakat setempat.

Kisah ini mengajarkan bahwa kesuksesan dan kemakmuran dunia-akhirat akan terwujud bila masyarakat benar-benar menuhankan Allah Sang Pencipta, serra meninggalkan 'berhala' apapun. Padahal manusia sekarang cenderung menjadikan berbagai hal seperti karir, kekayaan materi, hingga popularitas sebagai berhala.


Nuh (Noah)


NUH diyakini sebagai keturunan ke-10 Adam dan berasal dari wilayah Armenia. Kawasan ini berada di antara Iran, Turki dan Azerbaijan serta diantara Laut Hitam dan Laut Kaspia, Asia Barat. Ia menyeru masyarakatnya untuk menyembah Yang Esa, serta berperilaku baik. Mereka menolaknya. Mereka bahkan menyiksa Nuh dan menganggapnya gila. Istri serta anak Nuh, Kana'an, juga ikut mengucilkannya.

Penolakan itu juga karena faktor sosial. Pengikut Nuh banyak yang berasal dari kalangan miskin. Sedangkan masyarakat setempat memandang rendah kalangan miskin itu.

Nuh, atas perintah Allah, membuat kapal besar di daratan. Ini membuat Nuh semakin dituding gila. Namun kemudian terjadi air bah yang sangat dahsyat. Nuh menyerukan orang-orang setempat untuk naik kapal.
Hanya pengikut Nuh yang mau memenuhi ajakan tersebut. Yang lain menolak. Harga diri mereka tercabik bila mengikuti ajakan Nuh. Kana'an pun menolak ajakan Nuh. Itu membuat Nuh sedih. Nuh berdoa agar Allah menyelamatkan keluarganya. Namun Allah mengingatkannya bahwa mereka bukanlah golongan yang termasuk pantas diselamatkan.

Berkembang pula kisah tentang perahu atau bahtera Nuh itu. Menurut kisah tersebut, di saat banjir itu Nuh menyelamatkan binatang.
Seluruh binatang dinaikkannya ke dalam perahu sepasang-sepasang, sehingga semua selamat. Namun kebenaran kisah itu sangat lemah. Firman Allah (As-Syu'araa' ayat 119-120) "Maka Kami selamatkan Nuh dan orang-orang yang besertanya di dalam kapal yang penuh muatan...Kemudian sesudah itu Kami tenggelamkan orang-orang yang tinggal"---tidak menyebut soal binatang tersebut.

Banyak ilmuwan mencoba memecahkan fenomena banjir besar itu. Ada yang mengaitkannya dengan peristiwa mencairnya es yang menyelimuti bumi, beribu-ribu tahun silam. Namun ada yang memperkirakan banjir besar itu merupakan fenomena lokal di Armenia lantaran mencairkan salju dan es di puncak gunung dekat pemukiman Nuh dan masyarakatnya. Ekspedisi untuk mencari sisa kapal itu telah dilakukan berbagai tim, mulai dari wilayah Turki hingga Armenia.


Hud


HUD disebut sebagai cucu Nuh, dari putranya Sam. Bila benar, tidak cukup terjelaskan bagaimana ia bisa menjadi keluarga terhormat kaum Ad yang tinggal di Ahqaf, antara Yaman dan Oman, sementara kakeknya di Armenia.

Kaum Ad disebut sebagai masyarakat yang makmur. Perekonomian berkembang pesat. Pada saat itu, gedung-gedung sudah terbangun megah.
Para penduduknya dilukiskan sebagai orang-orang yang cantik dan tampan. Namun mereka semua mengabaikan aspek spiritualitas. Mereka hidup berfoya-foya dan menyombongkan kemewahan.

Hud mengajak mereka untuk mensyukuri kemakmuran itu dengan beribadah pada Allah. Mereka menolak. Mereka mempercayakan hidupnya pada berhala. Sampai kemudian datang musibah.
Hujan sama sekali tak turun. Sungai dan sumur mengering. Ladang-ladang menjadi kerontang. Tanaman mati. Juga ternak-ternak. Hud kembali mengajak mereka menyembah Allah dan berdoa kepadaNya. Tapi mereka tetap mengagungkan berhala.

Lalu tibalah gumpalan awan hitam.
Hud melihat awan itu sebagai pertanda akan datangnya bencana atau azab Allah. Mereka justru menganggapnya sebagai awan yang akan mengucurkan hujan dari langit. Mereka bersuka cita, menduga berhala telah mengabulkan permohonannya. Gumpalan awan hitam itu ternyata badai gurun atau awan panas yang menyapu kota, selama tujuh hari tujuh malam.

Kemakmuran kota kaum Ad tidak berbekas. Hud dan pengikutnya kemudian menetap di wilayah yang kini adalah Hadramaut. Di Timur kota Hadramaut itulah diyakini Hud dimakamkan. Kisah Hud, kaum Ad mengajarkan dan awan panas itu mengajarkan betapa fana kemakmuran dunia.


Ayub

AYUB adalah cicit Ibrahim. Ia anak Ish, putra Ishaq. Sedangkan ibunya adalah putri Luth. Besar kemungkinan ia salah seorang dari dua putri yang ditawarkan Luth kepada masyarakat Sodom untuk dinikahi. Hal yang ditolak oleh para penganut praktek homoseksual itu.

Ayub tumbuh di Syam (Syria) dari keluarga kaya raya. Ia mewarisi seluruh kekayaan itu. Setelah dewasa, ia menikahi cucu Yusuf, yakni Rahmah -- anak Afrayim. Keluarga Ayub kemudian dikenal masyarakat Hauran dan Tih sebagai keluarga dermawan yang tiada tara. Ketaatan dan kedermawanan itulah yang menggoda iblis untuk menguji Ayub.
Allah pun menantang iblis sekiranya ia sanggup meruntuhkan iman Ayub.

Masa ujian itu tiba. Mula-mula rumah dan seluruh kekayaan Ayub terbakar. Ayub tidak surut dalam pengabdiannya pada Allah. Kemudian seluruh anak-anaknya tewas setelah rumah mereka ambruk. Namun Ayub tetap sabar. Setelah itu, Ayub terserang penyakit kulit yang membuatnya diasingkan masyarakat sekitar.
Itupun tidak menggoyahkan hati Ayub.

Dua orang istri Ayub minta cerai. Ayub pun menceraikannya. Hanya Rahmah yang bersumpah setia untuk menemani Ayub hingga akhir hayat.
Rahmah yang menggendong Ayub keluar desa begitu mereka diusir masyarakat setempat. Dia terus melayani keperluan Ayub, mencukupi kebutuhannya, bahkan menjual gelung rambut untuk keperluan makan. Masa itu, menjual gelung rambut adalah perbuatan yang dianggap hina.

Delapan puluh tahun berlalu dalam cobaan itu. Ayub tetap merasa belum pantas untuk meminta kesembuhan dari Allah. Ia menganggap beban cobaan itu belum sebading dengan kesenangan yang pernah dinikmatinya. Namun Rahmah terus meyakinkan Ayub agar berdoa. Allah kemudian berfirman agar Ayub menjejakkan kakinya ke tanah. Air pun menyembul dari bekas jejakan kaki itu yang dipakainya untuk mandi dan minum. Ayub mendapatkan kesembuhan melalui air itu.

Kisah Ayub dan Rahmah adalah potret ketabahan keluarga rasul dalam menerima cobaan. Mereka menunjukkan bahwa iman adalah segalanya, lebih dari sekadar harta, keluarga maupun pengakuan manusia.


Daud (David)


DAUD lahir di Betlehem-Palestina saat kaumnya, Yahudi, mengalami krisis kepemimpinan. Ia keturunan Yahudza, salah seorang anak Nabi Yakub. Saat itu kekuasaan berada di tangan Jalut (Goliath) -pemimpin bangsa Palestina yang digambarkan memiliki sosok tubuh tinggi besar. Pada masa tersebut, bangsa Palestina tidak menuhankan Allah seperti yang diajarkan Musa dan para rasul terdahulu.

Kegelisahan kaum Yahudi memuncak karena "tabut" milik mereka hilang. Tabut adalah kotak berisi kitab Taurat yang menjadi simbol kepemimpinan Yahudi. Pemuka masyarakat setempat, Samuel, meyakinkan kaumnya bahwa "tabut" itu akan kembali dan agar mereka mengangkat Thalut menjadi raja. Thalut seorang Yahudi biasa dan sangat sederhana. Kaum Yahudi sempat menolak usulan Samuel, namun akhirnya mereka menyepakatinya.

Bagi bangsa Palestina, pengangkatan Thalut sebagai raja bagai sebuah pemberontakan. Perang pun terjadi. Jalut memimpin sendiri pasukannya. Di pihak Yahudi, Daud yang masih remaja ikut bertempur bersama dua kakaknya. Dengan mengandalkan kecerdikan, Daud bahkan mampu membunuh Jalut. Ia diyakini menggunakan semacam ketapel sebagai senjata.

Daud lalu diangkat menjadi Panglima Perang Israel, dan dinikahkan dengan putri Thalut. Popularitasnya di kalangan rakyat pun melesat yang memunculkan rasa iri pada Thalut serta anak-anak lelakinya. Beberapa kali upaya pembunuhan dilakukan, namun gagal. Pada saat yang sama, bangsa Palestina juga terus berupaya untuk kembali merebut kekuasaan. Thalut disebutkan tewas bunuh diri di pertempuran itu. Daud tampil menjadi raja. Melalui perang, ia mengalahkan saudara iparnya yang juga mengincar posisi itu.

Sebagaimana Yusuf, Daud adalah rasul yang juga menjadi penguasa. Di masanya, kerajaan tumbuh kuat dan masyarakat menjadi makmur. Daud juga dikenal sebagai pemimpin yang adil. Ia mengembangkan sistem hukum sebagai pijakan bermasyarakat. Dalam pemerintahannya, ilmu ######lurgi -ilmu tentang logam-juga berkembang pesat.

Sejak itu, masyarakat Yahudi menjadikan Daud sebagai idola mereka hingga sekarang. Daud menjadi simbol bahwa kecerdikan (Yahudi) akan mengalahkan kekuatan apapun. Lambang kerajaan Daud, bintang bersudut enam, kini dijadikan lambang dan bendera Israel.

Beberapa kisah juga dikaitkan dengan Daud. Di antaranya adalah bencana yang menimpa masyarakat nelayan Ailah. Konon Daud telah memperingatkan mereka untuk tidak menangkap ikan di hari Sabtu. Hari itu adalah hari ibadah. Namun mereka melanggar hingga terjadi bencana reruntuhan -mungkin gempa-yang menewaskan seluruh penduduk.

Pertempuran pasukan Thalut dan Jalut yang menjadikan Daud pahlawan itu tampaknya merupakan perang pertama bangsa Yahudi dan Palestina yang terkisahkan. Pertikaian yang terus berlarut hingga sekarang. Hanya posisinya yang bertolak belakang. Dulu kalangan Yahudi yang umumnya memegang ajaran untuk mengesakan Allah, sekangan bangsa Palestina.


Dzulkifli


TAK banyak riwayat mengenai Dzulkifli. Ia hanya disebut sebagai putra Ayub yang semula bernama Basyar. Tak dijelaskan apakah Basyar lolos dari kematian ketika semua anak-anak Ayub tertimpa reruntuhan rumahnya. Atau dia anak Ayub setelah rasul itu kembali sembuh. Dengan mengaitkanya pada Ayub, besar kemungkinan Dzulkifli tinggal di Syam atau wilayah sekitarnya.

Quran hanya menyebut sekilas tentang Dzulkifli. Namanya disebut bersama Ismail dan Idris. Riwayat menyebut Dzulkifli mewarisi sikap sabar Ayub. Ia malah disebut sebagai sosok yang tak pernah marah, serta selalu menyelesaikan persoalan dengan tersenyum.

Dikisahkan pula bahwa Dzulkifli kemudian ditunjuk menjadi raja, menggantikan raja terdahulu yang telah uzur. Adalah raja itu sendiri yang memilih Dzulkifli setelah ia memenuhi persyaratan yang diminta. Yakni bahwa calon pengganti itu haruslah seorang yang sanggup berpuasa di siang hari, beribadah pada malam hari, serta seorang yang bukan pemarah. Beberapa kisah menyebut Dzulkifli, yang telah menjadi raja, berulang kali diuji agar terpancing marah. Ia lolos dari ujian itu.

Harun


HARUN adalah saudara sepupu Musa. Orang tua mereka kakak-adik. Hampir sepanjang masa kerasulannya, Harun selalu menemani Musa. Harun pula orang pertama yang dituju Musa begitu ia kembali ke Mesir dan ditunjuk menjadi rasul. Harun diajak Musa pula untuk menemui Fir'aun, menyampaikan dakwahnya.

Dapat dikatakan Musa-Harun adalah "dwitunggal" dalam berdakwah. Musa seorang yang kuat, tegas dan pemberani. Namun ia kurang mampu berdakwah lisan secara baik. Sebaliknya, Harun pintar berdiplomasi dan penuh perhatian. Maka ketika memutuskan pergi untuk beruzlah ke gunung Sinai 40 hari, Musa menitipkan pembinaan umatnya pada Harun.

Di saat Musa pergi itulah Harun mengalami peristiwa penting.

Kaum Yahudi yang mereka pimpin mulai tergoda untuk menyembah berhala seperti yang dilakukan kaum-kaum lain saat itu. Harun berupaya mencegahnya. Namun keadaan telah berkembang negatif. Keadaan tersebut dimanfaatkan oleh Samiri, salah seorang pengikut Musa yang sebelumnya disebut-sebut sebagai salah satu tukang sihir kerajaan Fir'aun yang kemudian takluk pada Musa.

Samiri mengumpulkan perhiasan emas dari para perempuan Yahudi. Ia meleburnya dan menjadikannya patung sapi. Sedemikian sempurna patung itu sehingga bila angin bertiup, patung sapi tersebut seperti bersuara. Samiri meyakinkan bahwa itulah Tuhan yang juga disembah Musa. Harun berusaha menghentikan praktek penyembahan patung sapi tersebut. Namun sia-sia. Penyembahan berhala itu baru terhenti setelah Musa kembali. Samiri berhasil diasingkan dan bahkan menderita depresi.

Nama Harun memang berada dalam bayang-bayang Musa. Tapi Harun adalah kunci efektivitas dakwah Musa.



Ibrahim (Abraham)


IBRAHIM berasal dari Babilonia, salah satu pusat peradaban masa itu selain Mesopotamia, yang kemudian dikenal sebagai wilayah Mausul. Kawasan itu terletak di antara sungai Efrat dan Tigris/Dajlah yang kini menjadi bagian negara Irak. Penguasa pada masa Ibrahim adalah raja besar, Namrud bin Kusy. Ayah Ibrahim, Azar, adalah pematung istana. Dialah pembuat arca yang disembah raja dan seluruh rakyat.

Ibrahim seorang yang kritis pada masalah ketuhanan. Ia menggugat ayahnya yang menyembah patung buatannya sendiri. Di masa remaja, Ibrahim menghancurkan patung-patung istana, lalu mengalungkan kapak penghancurnya di leher arca terbesar. Ketika disidang, Ibrahim berkilah bahwa yang menghancurkan arca-arca itu adalah arca terbesar. Ia minta Namrud untuk bertanya pada arca besar itu. Tentu semua menjelaskan bahwa patung itu tak dapat berbuat apa-apa. Jawaban itu dibalik oleh Ibrahim dengan bertanya, mengapa patung yang tidak dapat berbuat apa-apa harus disembah.

Riwayat yang ada menyebut Ibrahim dihukum bakar. Selama ini semua kalangan meyakini bahwa mukjizat Allah telah menyelamatkan Ibrahim dari kobaran api itu. Ibrahim lalu hijrah ke Palestina. Perjalanannya dipenuhi dengan proses pencarian Tuhan yang dilukiskan dengan sangat indah oleh Quran. Ia sempat bertanya pada dirinya sendiri: apakah kerlap-kerlip bintang di langit itu Tuhan?
Hal yang dibantahnya sendiri begitu malam berlalu dan bintang itu tenggelam. Hal serupa dipertanyakannya ketika bulan muncul, juga ketika matahari merekah. Semua itu mengantarkan Ibrahim pada sebuah kesimpulan: Tuhan adalah yang menciptakan semua itu.

Dalam perjalanannya ke Palestina, Ibrahim menikah dengan Sarah -putri Raja Chazan. Setelah tinggal beberapa saat, Ibrahim dan Sarah pergi ke Mesir. Oleh Raja Mesir, mereka dihadiahi pelayan bernama Hajar yang kemudian diajak ke Palestina. Sarah yang tak kunjung dikaruniai anak, mendesak Ibrahim untuk menikahi Hajar.

Selanjutnya Ibrahim bersama Hajar menuju kawasan bukit batu yang gersang yang kini menjadi kota Makkah. Di sanalah Ibrahim membangun ka'bah, lalu ia kembali ke Palestina meninggalkan Hajar dan anaknya, Ismail.

Ibrahim meninggal di Palestina dan dimakamkan di Hebron, Sinai. Makamnya hingga kini dihormati oleh pemeluk tiga agama, Islam Kristen maupun Yahudi.
Ibrahim memang Bapak para nabi yang membawa tiga agama samawi tersebut. Lebih dari itu, Ibrahim adalah Bapak Monoteisme.

Pencariannya terhadap Tuhan telah mengantarkan seluruh umat manusia terhadap prinsip "kemerdekaan" manusia untuk tidak terikat pada apapun kecuali Tuhan. Maka, Ibrahim adalah satu-satunya Rasul sebelum Muhammad yang umat Islam wajib melakukan ritual untuk menapaktilasinya berupa ibadah haji.

Ilyasa


ILYASA adalah rasul dari kalangan Bani Israel dari garis keturunan yang sama dengan Musa, Harun serta Ilyas. Nama Ilyasa disebut dalam kisah Ilyas, saat rasul itu dikejar-kejar kaumnya dan bersembunyi di rumah Ilyasa. Maka besar kemungkinan Ilyasa juga tinggal di seputar lembah sungai Yordania.

Ketika Ilyas bersembunyi di rumahnya, Ilyasa masih seorang belia. Saat itu ia tengah menderita sakit. Ilyas membantu menyembuhkan penyakitnya. Setelah sembuh, Ilyasa pun menjadi sahabat Ilyas yang selalu mendampingi untuk menyeru ke jalan kebaikan. Ilyasa melanjutkan tugas tersebut begitu Ilyas meninggal.

Ilyasa kemudian mendapati bahwa manusia ternyata begitu mudah kembali ke jalan sesat. Itu terjadi tak lama setelah Ilyas wafat. Padahal masyarakat lembah sungai Yordania itu sempat mengikuti seruan Ilyas agar meninggalkan pemujaannya pada berhala. Pada kalangan itulah Ilyasa tak lelah menyeru ke jalan kebaikan. Dikisahkan bahwa mereka tetap tak mau mendengar seruan Ilyasa, dan mereka kembali menanggung bencana kekeringan yang luar biasa.

ISA (JESUS)


ISA adalah keturunan Daud dan Sulaiman. Dialah rasul dari kalangan Bani Israel yang pengaruhnya menyebar hingga di luar kalangan Yahudi. Tahun kelahirannya hingga kini dijadikan dasar perhitungan kalender Masehi. Adapun tanggal kelahirannya tidak pernah dinyatakan secara jelas. Yang pasti bukan tanggal 25 Desember yang sekarang diperingati sebagai Hari Natal, karena penentuan tanggal itu lebih dikaitkan dengan mitologi serta perhitungan astronomi menyangkut perubahan posisi bumi terhadap matahari.

Kisah Isa diawali dari peristiwa kedatangan malaikat menemui Maryam yang tinggal di kamarnya di Baitul Maqdis. Maryam menyangka malaikat itu adalah laki-laki yang hendak menggodanya. Tapi sang malaikat menyatakan dirinya hanya diutus Allah untuk menyampaikan kabar bahwa Maryam akan punya putra. Sebuah kabar yang sempat tak dipercayai Maryam karena dirinya seorang perempuan baik-baik dan tak pernah berhubungan dengan laki-laki.

Atas kehendak Allah, Maryam pun hamil. Baru menjelang abad 21, ilmu pengetahuan dapat menjelaskan bahwa secara teoritis manusia dapat mempunyai anak tanpa harus ada pertemuan antara sperma dengan sel telur, yakni dengan teknik kloning. Sekarang pun ilmu pengetahuan belum mampu menyingkap sepenuhnya fenomena kehamilan Maryam tersebut. Pada masa itu, kehamilan Maryam merupakan kontroversi besar.

Dengan menanggung beban hujatan masyarakatnya, Maryam meninggalkan Baitul Maqdis. Kalangan Nasrani meyakini Maryam melahirkan Isa di tempat pengasingannya di Baitullahim (Betlehem). Quran hanya menjelaskan saat Maryam berlindung di bawah pohon korma. Allah memerintahkan Maryam untuk menjejakkan kaki untuk memperoleh air minum, serta menggoyang pohon itu untuk mendapatkan makanan.

Kelahiran Isa mengundang tudingan keras pada Maryam. Mereka menganggap Maryam telah mencemarkan nama baik keluarganya karena mempunyai anak tanpa suami. Sekali lagi mukjizat terjadi. Isa yang masih bayi tiba-tiba berbicara menjelaskan mukjizat Allah tersebut. Isa juga memperlihatkan sejumlah mukjizat lagi ketika dewasa. Diantaranya adalah ketika ia membentuk seekor burung dari tanah liat dan burung itu tiba-tiba hidup. Ia -atas izin Allah-menghidupkan orang mati, menyembuhkan kebutaan seseorang yang dideritanya sejak lahir, serta mendatangkan makanan yang semula tak ada.

Dengan berbagai mukjizat itu, Isa segera memperoleh pengikut yang banyak. Hal demikian mencemaskan kaum elit di wilayah Palestina tersebut, baik terhadap Romawi yang berkuasa maupun kalangan pendeta Yahudi. Militer saat itu segera memburu Isa dengan bantuan Yudas, seorang pengikut Isa yang berkhianat. Rumah persembunyian Isa diketahui. Isa pun digrebek. Di sinilah perbedaan pendapat kalangan Nasrani dan Islam mulai terjadi.

Kalangan Nasrani meyakini Isa tertangkap dan dihukum salib. Penyaliban itu dianggap sebagai simbol pengorbanan Isa demi menebus dosa umat manusia. Sedangkan Quran menjelaskan bahwa yang ditangkap dan kemudian disalib bukanlah Isa melainkan orang yang wajahnya serupa Isa. Banyak kalangan menunjuk ucapan orang yang hendak dihukum salib "Eli, Eli lama sabakhtani (Tuhan..... ) sebagai bukti bahwa yang disalib tersebut bukanlah Isa. Mereka bahkan meyakini yang tersalib adalah Yudas.

Tentang keberadaan Isa kemudian, para ahli tafsir meyakini bahwa Isa "diangkat Allah" ke akhirat. Sedangkan Jamaah Ahmadiyah berpendapat bahwa Isa lolos dari kepungan tersebut, lalu menyamar sebagai orang biasa, dan wafat secara wajar.

Ishaq (Isaac)


ISHAQ adalah anak dari istri pertama Ibrahim, Sarah. Ketika mengandung, Sarah sudah sangat lanjut usia. Saat itu ia diperkirakan telah berusia 90 tahun. Karenanya ia sangat heran: bagaimana mungkin dalam usia selanjut itu masih hamil. Berita tersebut sekaligus menjadi pelipur lara Ibrahim yang baru mendengar kabar sedih tentang perilaku orang-orang Sodom dan Amurah pada Luth.

Ternyata Ishak lahir dengan sehat. Tak banyak terkisahkan riwayat hidup Ishak ini. Yang pasti ia banyak menemani ayahnya untuk berdakwah di daerah Kana'an dan Sam -Palestina. Ia kemudian menikahi Rifqah, cucu saudara Ibrahim bernama Nahur. Dari penikahannya itu, mereka dikarunia dua anak yakni Ishu dan Ya'kub. Ya'kub kemudian menjadi rasul pula. Orang-orang Yahudi sekarang adalah keturunan Ya'kub. Mereka menyebut nama kakek moyangnya tersebut "Israel" -nama yang kini diabadikan sebagai nama negara oleh orang-orang Yahudi.

Ismail

ISMAIL lahir di Palestina sebagai anak Ibrahim dari Hajar.
Kelahirannya mengusik ketenangan istri pertama Ibrahim, Sarah, yang belum dikaruniai anak. Ibrahim pun mengajak Hajar dan Ismail meninggalkan Palestina, memasuki wilayah kering-kerontang yang tak berpenghuni. Daerah yang kini menjadi kota Makkah. Ia meninggalkan ibu dan bayinya di sana, dengan iringan doa yang bersungguh-sungguh agar Allah melimpahkan rizki kepada yang datang ke daerah yang menjadi "rumah Allah" itu.

Di tempat itu, Ismail kecil menangis kehausan. Hajar lalu berlari antara bukit Shafa dan Marwah. Dalam tradisi gurun, orang yang mencari air akan menuju puncak bukit untuk melihat ke arah bawah ada-tidaknya burung-burung yang biasanya berkerumun di sekitar sumber air. Setelah tujuh kali berlari, Hajar melihat sumber air yang menyembul di cekungan bukit-bukit batu. Sumber air yang kemudian dikenal sebagai sumur zamzam. Keberadaan sumber air membuat para musafir singgah, dan sebagian malah menetap di sana.

Ketika Ismail telah tumbuh menjadi remaja kecil yang lincah, sang ayah datang lagi. Dalam kunjungannya kali ini, Ibrahim mendapat perintah Allah melalui mimpi agar ia mengorbankan anaknya dengan menyembelih. Begitu diberitahu mimpi tersebut, Ismail malah mendorong sang ayah untuk tidak ragu melaksanakan perintah Allah.

Ayah-anak itupun berjalan beriring menuju tempat yang kemudian disebut Mina -kini tempat persinggahan jamaah haji sebelum dan sesudah ke Arafah. Menurut riwayat, dalam perjalanan itu mereka dicegat iblis yang menyamar sebagai manusia. Mereka membujuk Ibrahim untuk tidak mengorbankan Ismail.

Tiga kali mereka dibujuk, tiga kali itu pula Ibrahim menepisnya dengan melempar batu. Tempat tersebut yang kini dipakai untuk melempar batu dalam ritual haji yang menyimbolkan pengusiran iblis dari diri manusia, yakni jumrah Ula, Wushta dan Aqabah. Penyembelihan Ismail tidak terlaksana. Allah mengutus malaikat untuk menggantikan Ismail dengan seekor kambing. Itulah yang menjadi pangkal ritual ibadah qurban setiap Idhul Adha.

Ismail pun membantu Ibrahim mendirikan bangunan ka'bah yang kini menjadi pusat ibadah seluruh umat Islam. Ia menikah dengan gadis dari suku Jurhum. Ia menikah lagi setelah bercerai dengan istri pertamanya itu. Salah seorang keturunannya adalah Muhammad -rasul besar dan terakhir penyampai ajaran sempurna bagi umat manusia dewasa ini. Ismail wafat di Palestina di usia sekitar 137 tahun. Ibadah haji yang merupakan simbol kemerdekaan dan persatuan manusia adalah ziarah sejarah atas jejak ibadah Ibrahim-Ismail-Hajar.


Luth

LUTH adalah anak adik bungsu Ibrahim. Sejak Luth kecil, keduanya telah sangat dekat. Luth bahkan menyertai Ibrahim meninggalkan Babilonia menuju Palestina. Mereka semula bertempat tinggal di wilayah yang sama, dan sama-sama menjadi peternak. Namun keduanya kemudian berpisah. Ibrahim di wilayah barat Palestina, sedangkan Luth di wilayah timur yang kini merupakan bagian dari Yordania.

Riwayat menyebut, Luth pindah ke Timur setelah ia mendapat perintah Allah untuk menyeru kebajikan pada masyarakat Sodom dan Amurah. Selain itu, Luth juga menyebut pertimbangan lain. Menurutnya, dengan bermukim di tempat yang sama, penggembala ternaknya dan penggembala ternak Ibrahim sering bertengkar mengenai ternak mereka. Pergilah Luth ke wilayah makmur yang masyarakatnya menjadi pemuja dewa itu.

Warga Sodom dan Amurah juga pemuja nafsu. Mereka menyukai sesama jenis kelamin. Laki-laki menyukai laki-laki, perempuan menyukai perempuan. Sebagian besar mereka juga berkebiasaan merampok serta memerkosa musafir. Seruan Luth menjadi seperti sia-sia kecuali pada sedikit orang. Istri Luth bahkan terpengaruh mereka.

Allah lalu mengutus dua malaikat ke rumah Luth. Mereka menyamar menjadi dua orang pemuda tampan yang segera menjadi incaran para laki-laki setempat. Mereka mendesak Luth menyerahkan kedua pemuda itu. Mereka menolak tawaran Luth agar mengawini kedua putri cantiknya.
Mereka menyebut bahwa Luth tahu yang mereka inginkan. Yakni laki-laki tampan itu.
Luth malu terhadap tamunya. Ia tak tahu, keduanya adalah malaikat. Luth pun marah pada warga setempat. Lalu malaikat itu menyampaikan firman Allah, agar malam itu juga Luth bersama keluarga dan pengikutnya segera meninggalkan tempat.
"Jangan ada seorang pun diantara kamu yang tertinggal, kecuali istrimu". Malaikat itu juga memberi tahu bahwa azab akan datang saat subuh.

Ketika Subuh tiba, Luth dan rombongannya telah meninggalkan wilayah itu. Negeri Sodom dan Amurah yang berada di dataran tinggi itupun longsor, dan musnah tertimpa reruntuhan batu serta cadas. Padahal mereka -sebagaimana bangsa setempat lain-dikenal piawai membangun kota di atas lereng-lereng batu seperti kini tersisa di beberapa situs di Yordania. Istilah "sodomi" untuk praktek homoseksual berasal dari kata "Sodom" tersebut.

Kisah Luth dan masyarakat Sodom mengingatkan manusia untuk menjauhi kebejatan moral yang tercermin dalam praktek homoseksual. Bila di masa Luth Allah menjatuhkan bencana longsor pada pelaku kebejatan moral itu, kini Allah mengganjar mereka dengan virus AIDS perusak kekebalan tubuh yang belum ditemukan obatnya.


Musa

MUSA adalah seorang Israel. Saat itu hampir seluruh orang Israel (keturunan Nabi Ya'kub) memang tinggal di Mesir. Ini terjadi sejak Nabi Yusuf menjadi menteri dan bahkan kemudian raja di Mesir. Namun di masa sebelum dan saat hidup Musa, kekuasaan kembali berada di tangan Raja Mesir.

Menjelang kelahiran Musa, Raja Mesir Fir'aun bermimpi bahwa negerinya mengalami kebakaran hebat. Yang hidup hanyalah orang-orang Israel. Ahli nujum kerajaan meramalkan bahwa kerajaan Mesir akan hancur di tangan seorang Israel. Berdasarkan ramalan itu, Fir'aun memerintahkn untuk membunuh setiap bayi laki-laki dari keluarga Israel.

Yukabad, seorang perempuan Israel, cemas. Ia telah menyembunyikan kehamilannya, dan ternyata ia melahirkan bayi laki-laki. Beberapa lama ia sempat menyembunyikan bayinya, sampai ia mendapatkan ilham untuk menyanyutkan bayi itu ke sungai. Bayi diletakkan di peti kecil dan dihanyutkan. Banyak kalangan menduga tempat bayi dihanyutkan itu adalah sungai Nil. Yukabad meminta anak perempuannya, Maryam, mengikuti bayi itu dari kejauhan.

Dari Maryam, ibu itu tahu bahwa Musa, bayinya, hanyut ke arah istana dan dipungut anak oleh permaisuri Fir'aun. Permaisuri itulah yang mendesak Fir'aun agar boleh memelihara Musa. Dari Maryam Yukabad juga tahu bahwa permaisuri tengah mencari ibu susu bagi Musa. Akhirnya Musa memang diserahkan pada Yukabad untuk disusui.

Ada dua pendapat di mana Musa tinggal pada masa menyusu itu. Ada yang menyebut di rumahnya sendiri. Tradisi masa itu bayi memang disusui di rumah ibu susu. Ada juga yang menyebut Yukabad-lah yang tinggal di istana untuk menyusui itu. Yang pasti, usai masa menyusu Musa tinggal di istana ia tumbuh menjadi pemuda.

Musa bertubuh besar dan kuat. Suatu waktu ia menjumpai dua orang yang berkelahi, seorang Israel dan seorang Mesir. Saat itu antara orang-orang Mesir dan Israel memang sering terjadi ketegangan. Orang Israel itu berteriak minta tolong Musa. Menurutnya, orang Mesir itu hendak membunuhnya. Musa pun memukul lawan Israel tersebut. Orang Mesir itu tewas. Pembunuhan terhadapnya menjadi misteri sampai lama.

Namun, Musa kemudian mendapati orang Israel yang sama berkelahi lagi dengan orang Mesir.
Lagi-lagi minta tolong Musa. Musa justru marah dan mendatanginya. Sambil ketakutan, ia bertanya apakah Musa akan membunuhnya seperti membunuh orang Mesir dulu. Segera tersiarlah kabar bahwa Musa-lah pembunuh orang Mesir dulu.

Musa risau. Seorang kawannya -yang mengaku mendengar kabar bahwa Fir'aun tengah mencarinya-menyarankan Musa untuk pergi meninggalkan Mesir.
Musa kemudian berjalan sampai tiba di Madyan tempat Syuaib sang rasul tinggal. Musa tengah berteduh ketika perhatiannya tertuju pada dua gadis yang berdiri tersisih saat orang-orang berjejalan berebut air di sumur. Gadis itu hendak memberi minum dombanya. Namun mereka tak mampu berebut dengan para laki-laki di situ.

Musa menolong mereka. Tindakannya menarik hati Syuaib yang kemudian mengundangnya untuk tinggal bersama keluarga itu. Syuaib malah menikahkan Musa dengan salah satu putrinya. Mas kawinnya adalah kesediaan Musa untuk tinggal bersama mereka serta menternakkan domba serta bercocok tanam untuk keluarga selama delapan tahun.

Setelah 10 tahun tinggal bersama Syuaib, Musa minta izin membawa Shufaira istrinya yang tengah hamil ke Mesir. Malam hari, saat beristirahat di bukit Tursina di gurun Sinai, Musa melihat nyala api di kejauhan. Musa meninggalkan istrinya sejenak untuk mendatangi api tersebut. Saat itulah ia mendengar gelegar firman Allah bahwa Musa tengah "berhadapan" dengan-Nya. Peristiwa itu menjadikan Musa sebagai manusia yang selagi hidup telah berdialog langsung dengan Tuhan. Manusia lainnya adalah Muhammad dalam peristiwa Isra Mi'raj.

Di Tursina itu Allah memberi dua mukjizat pada Musa. Pertama, tongkatnya dapat berubah menjadi ular begitu dilempar ke tanah. Kedua, telapak tangannya akan bersinar setelah diselipkan di balik baju di ketiaknya. Allah pun memerintahkan Musa untuk berdakwah mendatangi Fir'aun. Itu kemudian dilakukan Musa bersama misannya, Harun, yang juga telah diangkat menjadi rasul oleh Allah. Sejak itulah Musa-Harun berjalan beriringan. Seorang yang perkasa namun tidak pandai berkata-kata bersama seorang yang fasih berargumen serta lembut hati.

Pertemuannya dengan Fir'aun yang juga ayah angkatnya sendiri tidak berlangsung mulus. Fir'aun menolak seruan Musa agar mengesakan Allah. Puncaknya adalah tantangan Fir'aun pada Musa agar bertarung dengan para ahli sihirnya. Musa menang dalam pertarungan itu. Ular besar dari tongkat Musa menelan ular-ular kecil ciptaan para ahli sihir. Para ahli sihir itu malah bersujud mengikuti ajaran Musa. Hal demikian makin membuat Fir'aun marah.
Haman, perdana menteri kerajaan, mengusulkan agar Fir'aun membunuh Musa dan seluruh warga Yahudi pengikutnya. Fir'aun setuju. Pasukannya segera disiapkan. Namun, malam itu, Musa dan seluruh warga Yahudi telah lari meninggalkan Mesir.
Mereka memang tidak dapat lolos melalui Sinai untuk menuju tanah Palestina. Mereka terjepit di ujung Laut Merah.

Saat itulah Musa memukulkan tongkatnya.
Laut pun terbelah. Pengikut Musa berhasil menyeberang ujung teluk itu. Fir'aun dan pasukan mengejar di jalur yang sama. Namun tiba-tiba muncul gelombang pasang luar biasa yang menenggelamkan mereka. Ilmu pengetahuan sekarang menjelaskan fenomena tersebut sebagai fenomena Tsunami. Gempa bumi yang berpusat di dasar laut akan menyebabkan air laut surut dengan sangat cepat. Peristiwa surut tersebut harus sangat diwaspadai karena beberapa waktu kemudian justru akan diikuti gelombang pasang luar biasa. Itu yang terjadi pada petaka Flores 1980-an serta Banyuwangi 1995.

Musa telah menyelamatkan kaumnya. Sejak itulah orang-orang Yahudi bermukim di tanah Palestina smpai sekarang. Musa mengajar mereka dengan Kitab Taurat atau 'Perjanjian Lama" untuk mengesakan Allah. Musa mengenalkan pada ajaran pokok "10 Perintah Allah".

Musa dan Kisah lain Beberapa kisah juga dikaitkan dengan Musa. Di antaranya kisah "sapi betina", Nabi Khidzir, harta Qarun, serta patung sapi Samiri.

Kisah sapi betina diuraikan dalam Quran Surat Al-Baqarah. Beberapa orang Yahudi datang ke Musa minta agar mengusut pembunuh keluarga mereka. Musa -berdasar wahyu Allah-minta mereka mencari sapi untuk disembelih. Kulit sapi -ada yang menyebut lidah sapi- agar dipukulkan pada jenazah korban.

Orang-orang malah mempersulit diri dengan terus bertanya-tanya jenis sapi yang seperti apa yang dimaksud Musa. Setelah sapi didapat, dan petunjuk Musa dilakukan, ternyata diketahui bahwa justru sang pelaporlah pembunuh korban. Kisah ini diyakini sebagai petunjuk Allah tentang kecenderungan umum orang-orang Yahudi. Gemar mencari masalah dan mau menang sendiri.
Kisah Nabi Khidzir menggambarkan bahwa "di atas langit masih ada langit". Seorang rasul hebat seperti Musa masih harus belajar pada Khidzir. Dikisahkan bahwa Khidzir bertemu dengan Musa di "pertemuan dua laut" tempat ikan-ikan yang dibawa Musa dalam keranjang hidup kembali. Khidzir bersedia Musa menjadi muridnya asalkan ia tidak bertanya menggugatnya sepanjang pengikuti perjalanan. Tiga kali gagal menahan diri maka Musa harus pergi.

Mula-mula mereka naik kapal. Tiba-tiba Khidzir melubangi kapal itu. Musa tidak dapat menahan diri untuk mengecam mengapa Khidzir melakukan itu. Khaidir mengingatkan Musa telah sekali melanggar. Kemudian Khidzir membunuh seorang anak. Musa kembali bertanya, dan Khidzir mengingatkan lagi bahwa Musa telah dua kali melanggar. Akhirnya Khidzir membangun rumah roboh di sebuah perkampungan yang warganya mengusir mereka. Lagi-lagi Musa bertanya. Saat itulah Khidzir menyebut bahwa Musa telah melanggar tiga kali dan harus pergi.

Khidzir lalu menjelaskan perbuatannya. Ia merusak kapal karena di waktu mendatang raja yang tamak akan menyita seluruh kapal yang bagus. Kapal itu milik orang miskin. Bila rusak, kapal itu tak akan disita. Tentang anak yang dibunuhnya ia menyebut bahwa anak itu sangat berbahaya. Bila dibiarkan, dia akan membahayakan kedua orang tuanya yang sangat saleh. Soal rumah roboh, Khidzir menyebut rumah itu milik anak yatim. Ada harta peninggalan buat anak yatim itu yang berada di bawah reruntuhan rumah tersebut. Kisah ini mengajarkan agar manusia terus belajar. Ilmu Allah maha luas, tak akan seluruhnya dapat terjangkau bahkan oleh rasul besar seperti Musa.

Di masa Musa pula hidup seorang yang sangat kaya. Ia adalah Qarun yang juga seorang Yahudi. Dengan kekayaannya ia menjadi arogan. Ia bahkan menuhankan kekayaannya itu. Ajakan Musa untuk menjadi seorang berpekerti luhur serta mengesakan Allah ditolak Qarun. Sampailah tiba bencana yang menguburkan jasad Qarun beserta seluruh kekayaannya tersebut. Kisah yang mengajarkan betapa kekayaan -jika tidak disyukuri dan dipergunakan secara baik-justru merendahkan martabat manusia.

Musa juga menghadapi penyelewengan kaumnya menyangkut masalah ketuhanan. Hal tersebut lantaran pengaruh Samiri. Peristiwa ini dipaparkan dalam kisah tentang Musa bersama Harun (lihat: Harun).


Nuh (Noah)


NUH diyakini sebagai keturunan ke-10 Adam dan berasal dari wilayah Armenia. Kawasan ini berada di antara Iran, Turki dan Azerbaijan serta diantara Laut Hitam dan Laut Kaspia, Asia Barat. Ia menyeru masyarakatnya untuk menyembah Yang Esa, serta berperilaku baik. Mereka menolaknya. Mereka bahkan menyiksa Nuh dan menganggapnya gila. Istri serta anak Nuh, Kana'an, juga ikut mengucilkannya.

Penolakan itu juga karena faktor sosial. Pengikut Nuh banyak yang berasal dari kalangan miskin. Sedangkan masyarakat setempat memandang rendah kalangan miskin itu.

Nuh, atas perintah Allah, membuat kapal besar di daratan. Ini membuat Nuh semakin dituding gila. Namun kemudian terjadi air bah yang sangat dahsyat. Nuh menyerukan orang-orang setempat untuk naik kapal.
Hanya pengikut Nuh yang mau memenuhi ajakan tersebut. Yang lain menolak. Harga diri mereka tercabik bila mengikuti ajakan Nuh. Kana'an pun menolak ajakan Nuh. Itu membuat Nuh sedih. Nuh berdoa agar Allah menyelamatkan keluarganya. Namun Allah mengingatkannya bahwa mereka bukanlah golongan yang termasuk pantas diselamatkan.

Berkembang pula kisah tentang perahu atau bahtera Nuh itu. Menurut kisah tersebut, di saat banjir itu Nuh menyelamatkan binatang.
Seluruh binatang dinaikkannya ke dalam perahu sepasang-sepasang, sehingga semua selamat. Namun kebenaran kisah itu sangat lemah. Firman Allah (As-Syu'araa' ayat 119-120) "Maka Kami selamatkan Nuh dan orang-orang yang besertanya di dalam kapal yang penuh muatan...Kemudian sesudah itu Kami tenggelamkan orang-orang yang tinggal"---tidak menyebut soal binatang tersebut.

Banyak ilmuwan mencoba memecahkan fenomena banjir besar itu. Ada yang mengaitkannya dengan peristiwa mencairnya es yang menyelimuti bumi, beribu-ribu tahun silam. Namun ada yang memperkirakan banjir besar itu merupakan fenomena lokal di Armenia lantaran mencairkan salju dan es di puncak gunung dekat pemukiman Nuh dan masyarakatnya. Ekspedisi untuk mencari sisa kapal itu telah dilakukan berbagai tim, mulai dari wilayah Turki hingga Armenia.


Shalih


SHALIH lahir dan tumbuh di lingkungan kaum Tsamud, kaum yang diyakini sebagai keturunan kaum Ad. Mereka tinggal di wilayah Hijir yang kini berada di wilayah Saudi Arabia. Sebagaimana kaum Ad, orang-orang Tsamud hidup berkecukupan. Mereka juga bermewah-mewah serta menyembah berhala.
Shalih mencoba mengingatkan mereka. Hinaan yang malah diperolehnya.

Apalagi Shalih tak seperti Hud di masa kaum Ad yang berasal dari keluarga terpandang. Shalih datang dari keluarga miskin. Kaum Tsamud menantang Shalih untuk menunjukkan bukti sekiranya ia "seorang yang benar". Atas izin Allah, Shalih pun menunjukkan bukti mukjizat.

Tafsir Quran menyebut bahwa mukjizat itu berupa seekor unta betina yang keluar dari batu besar setelah Shalih memukulkan telapak tangannya. Pada kaumnya, Shalih mengingatkan agar unta itu jangan diganggu. Terutama saat unta itu minum air di telaga. Mereka diizinkan memerah susu unta itu untuk kebutuhannya sendiri.

Kalangan miskin bergirang hati. Mereka terus memerah susu unta yang seperti tiada habisnya itu. Hal yang membuat Shalih semakin berpengaruh di masyarakat. Beberapa kalangan terkemuka terus melancarkan tekanan pada Shalih. Sembilan orang pemuda paling terpandang di masyarakat ditugasi membunuh unta itu. Mereka dipimpin oleh Qudar bin Salaf. Mereka menantang Shalih untuk membuktikan bahwa Tuhan akan mengirim azab.

Shalih mengatakan bahwa azab akan datang setelah tiga hari. Benar, pada hari ketiga langit menjadi gelap. Kaum Tsamud binasa oleh sambaran petir, serta tertimpa reruntuhan rumahnya sendiri yang diguncang gempa.
Shalih dan pengikutnya disebut-sebut pindah ke daerah Ramalah, Palestina. Sedangkan kisah unta betina itu memberi pelajaran kuat bahwa keimanan tidak cukup dapat dijelaskan hanya dengan rasionalitas.

Sulaiman (Solomon)


SULAIMAN adalah salah seorang putra Daud. Di antara para saudaranya, ia nampak paling menonjol. Dalam usia muda, ia telah memberi saran terhadap ayahnya menyangkut persoalan masyarakat.
Maka dialah yang ditunjuk menjadi raja untuk menggantikan sang ayah.

Banyak kisah tentang Sulaiman yang selama berabad-abad terus menjadi misteri ilmu pengetahuan. Di antaranya adalah kemampuannya untuk berbicara dengan hewan. Disebutkan bahwa suatu saat ia mendengar percakapan semut. Yakni ketika pemimpin semut memberi tahu semut-semut lainnya untuk menghindar agar tidak terinjak-injak Sulaiman dan pasukannya yang akan lewat.

Kekuasaan Sulaiman bahkan disebut mencakup masyarakat jin. Tentu saja ia berkomunikasi dengan baik dengan mereka. Ada satu masa, Sulaiman harus tergusur untuk meninggalkan istana. Kewibawaannya runtuh. Saat itu, satu jin menyamar menjadi dirinya dan duduk di singgasana. Sulaiman berhasil mengatasi masa sulit itu setelah berdoa. Ia juga disebut mengajak istrinya yang sempat menyembah berhala untuk kembali bertobat.

Kisah paling populer mengenai hubungan Sulaiman dengan binatang adalah menyangkut burung Hudhud. Konon, suatu hari Sulaiman mengumpulkan pasukannya baik manusia, jin maupun binatang. Hudhud terlambat datang. Ketika Sulaiman menegurnya, burung itu beralasan bahwa dirinya baru ke negeri Saba, yang kini berada di sekitar wilayah Yaman. Hudhud juga mengabarkan bahwa Saba adalah negeri makmur yang diperintah seorang ratu cantik, Bilqis.

Sulaiman menugaskan burung itu untuk membawa surat kepada Bilqis. Isinya seruan untuk takluk dan mengikuti jalan ketuhanan yang ditempuh Sulaiman.
Semula Bilqis menolak. Ia pun mengirim utusan yang membawa hadiah bagi Sulaiman. Namun Sulaiman meminta utusan itu membawa kembali hadiahnya. Penasaran dengan cerita kejayaan kerajaan Sulaiman, Bilqis pun bermaksud mengunjungi kerajaan Bani Israel itu.

Mengetahui rencana kunjungan itu, Sulaiman bermaksud membuat kejutan. Ia membuka sayembara untuk memindahkan singgasana -atau kursi kebesaran-Ratu Bilqis ke istananya. Jin yang disebut bernama Ifrit menawarkan diri melakukan tugas itu. Jin itu dikalahkan manusia. Seorang alim mampu memindahkan singgasana tersebut dalam sekejap mata.

Selama berabad-abad kisah ini dianggap hanya sebagai mukjizat yang tidak dapat dijelaskan secara ilmu pengetahuan. Sekarang Teori Relativitas Einstein dapat menjelaskan kejadian tersebut: suatu benda atau materi dapat berpindah pada kecepatan cahaya (sekitar 300.000 km/detik yang dapat diartikan sebagai "sekejap mata") dalam wujud enerji. Jarak ribuan kilometer dan hambatan tembok, misalnya, bisa tak berarti apa-apa bagi enerji itu. Teori ini pula yang menjelaskan fenomena Isra Mi'raj Muhammad yang diperdebatkan bangsa Arab masa itu.

Maka, Bilqis tiba di Istana Sulaiman dengan terkejut. Kemegahan istana tersebut tercermin pada kilau lantainya yang membuat Bilqis terperangah. Ia mengangkat kain panjangnya, menyangka kilau itu adal;ah air. Di kemudian waktu, Bilqis pun menikah dengan Sulaiman. Ia mengikuti ajaran suaminya serta menyatukan kerajaannya dengan kerajaan Sulaiman.

Sulaiman disebutkan menjalani masa tuanya untuk agama. Quran menyebutkan, Sulaiman meninggal dalam keadaan berdiri bertelekan tongkat. Tak ada satupun jin dan manusia yang mengetahui kematian itu sampai rayap menggerogoti tongkat itu dan Sulaiman tersungkur. Salah satu peninggalan Sulaiman adalah Masjid Al-Aqsha yang menjadi pusat Jerusalem atau Darussalam yang diperebutkan Palestina dan Israel.

Syuaib

SYUAIB adalah satu dari empat rasul yang disebut berasal dari bangsa Arab. Tiga lainnya adalah Hud, Shalih serta Muhammad. Ia tinggal di daerah Madyan, wilayah yang sangat subur di jazirah Arabia.
Gandum dan buah-buahan tumbuh dengan baik di dataran itu.

Masyarakat Madyan sebenarnya pernah mengenal ajaran agama yang disampaikan Ibrahim. Namun moralitas mereka telah sangat merosot. Mereka culas dan gemar menipu. Terutama melakukan penipuan takaran atau timbangan. Syuaib mencoba mengingatkan mereka. Hanya sebagian kecil yang mengikuti seruan Syuaib itu. Bertambahnya pengaruh Syuaib tersebut, meskipun sangat sedikit, membuat para terkemuka kaum Madyan semakin memusuhi.

Beberapa waktu kemudian, Madyan tertimpa bencana. Musim kering terjadi. Ladang pertanian kering-kerontang, rumput-rumput mati, ternak pun bertumbangan kekurangan pakan dan air. Saat itu, Syuaib mencoba mengingatkan kembali agar mereka menjauhi maksiat dan beribadah pada Allah. Namun mereka menampiknya dan menyebut bencana itu adalah fenomena alam biasa.

Lalu muncullah gumpalan awan hitam itu. Masyarakat Madyan bergembira. Sebagaimana umat Hud, mereka menyangka hujan bakal segera turun. Mereka keluar rumah untuk menyambutnya. Gumpalan hitam itu ternyata awan panas yang membawa guntur dan kilatan listrik petir. Orang-orang Madyan yang tak berlindung itupun hangus. Masyarakat pun menggambarkan bahwa tubuh mereka "bagai terbakar api".

Yahya


YAHYA adalah putra Zakaria. Ia melanjutkan tugasnya ayahnya menjadi pemimpin keagamaan di lingkungan masyarakat Yahudi di Tanah Palestina itu. Saat itu, seluruh wilayah Palestina berada di tangan kekuasaan Romawi. Penguasa Palestina adalah Herodes.

Perselisihan antar Yahya dan Herodes akhirnya tak terhindarkan. Puncaknya adalah ketika Herodes hendak mengawini seorang kemenakannya, Herodia. Saat itu Yahya tegas menyampaikan prinsip bahwa perkawinan antara seorang paman dengan gadis kemenakannya sendiri adalah terlarang menurut agama. Yahya menyeru agar perkawinan tersebut dibatalkan.

Seruan Yahya mengundang kemarahan Herodes. Ia lalu menugaskan pasukannya untuk membunuh Yahya. Yahya tewas secara mulia. Dikisahkan pula bahwa Herodes dan Herodia kemudian meninggal karena tertimpa bencana longsor.

Kebenaran memang harus ditegakkan dengan risiko apa pun. Yahya telah memberi teladan untuk itu.


Ya'kub (Jacob)


YA'KUB lahir dan tumbuh di tanah Palestina. Sewaktu dewasa, ia pindah ke Babilonia ikut ke tempat pamannya, Laban, seorang yang berpengaruh di daerah itu. Laban bermaksud mengawinkan Ya'kub dengan putrinya pertamanya, Layya. Tapi Ya'kub lebih ingin menikahi putri kedua Laban yang cantik, Rahiel.

Ya'kub memang berhasil menikahi Rahiel setelah sebelumnya menikahi Layya. Pernikahan dengan Rahiel terjadi setelah Ya'kub memenuhi persyaratan yang diajukan Laban, yakni menggembalakan kambing serta mengolah kebun Laban selama tujuh tahun. Selain kakak beradik itu, Ya'kub juga menikahi dua orang budak. Mereka adalah Zulfa dan Balhah. Keempat istri tersebut melahirkan 12 anak bagi Ya'kub. Merekalah yang kemudian menjadi 12 kelompok orang Yahudi.

Dari 12 anak itu, dua orang diantaranya mendapat tempat istimewa di hati Ya'kub. Mereka adalah Yusuf yang kelak menjadi rasul pula, serta adiknya. Bunyamin. Keduanya adalah anak Rahiel. Merekalah -terutama Yusuf-yang terus menjadi sasaran iri hati saudara-saudaranya.

Namun Yusuf bukan satu-satunya keturunan Ya'kub yang menjadi rasul. Seorang keturunan Ya'kub dari Bunyamin adalah Yunus yang juga menjadi rasul. Lawi dan Yahudza -keduanya anak Ya'kub dengan Layya-juga menurunkan para rasul. Musa, Harun, Ilyas dan Ilyasa adalah keturunan Lawi. Sedangkan Daud, Sulaiman, Zakaria, Yahya dan Isa adalah para rasul Yahudi anak cucu Yahudza.

Maka Ya'kub adalah kakek moyang para rasul sebelum masa Muhammad. Sikap dan cara berpikirnya tentu berpengaruh pada para rasul keturunannya serta kaum Yahudi dan kemudian Nasrani penegak panji keesaan Allah sebelum era Muhammad.


Yunus (Jones)


YUNUS lahir dan besar di Syam. Ia kemudian berdakwa di Ninawa, tempat yang diyakini sekarang berada di dekat Mausul-Irak. Kehadiran Yunus tak mendapatkan sambutan baik masyarakat setempat. Selama lebih tiga puluh tahun menyeru kebaikan, dia hanya memperoleh dari dua orang. Rubil dan Tanukh. Nyaris Yunus putus asa. Allah pun meminta Yunus untuk berdakwah lagi selama 40 hari.

Tak ada perubahan yang terjadi. Maka Yunus memutuskan untuk pergi. Sepeninggal Yunus, awan hitam pun menggantung. Suara gemuruh menggelegar. Kaum bencana awan panas serta petir yang menimpa kaum Madyan di masa Syuaib mungkin telah sampai pada mereka. Seluruh penduduk pun berkumpul di tanah lapang menyatakan taubatnya secara sungguh. Perlahan gumpalan awan itupun menipis hingga sirna.

Warga Ninawa berusaha mencari Yunus kembali. Yunus, yang tak tahu pertaubatan itu, malah pergi menghindar lantaran khawatir dibunuh. Ia kemudian menumpang sebuah kapal. Di tengah perairan, kapal pun diguncang topan. Keyakinan masa itu, badai datang karena para penumpang kapal penuh dosa. Untuk meredakan badai harus dilakukan pengorbanan. Yunus terpilih untuk dikorbankan setelah diundi tiga kali.

Yunus dilemparkan ke laut. Tubuhnya ditemukan kembali dalam perut ikan yang terdampar di pantai. Atas kuasa Allah, Yunus ternyata masih hidup. Setelah sembuh, ia kembali berdakwah di masyarakat Ninawa yang kali ini menyambutnya dengan sangat baik.

Besar kemungkinan peristiwa itu terjadi di Laut Hitam. Sedangkan ikan penelan Yunus yang paling mungkin adalah paus. Kisah Yunus mengajarkan bahwa kebesaran Allah tak mungkin sepenuhnya terjangkau oleh perhitungan biasa manusia. Juga bahwa ketekunan (berdakwah) pada akhirnya akan berbuah.


Yusuf (Joseph)

YUSUF adalah anak kesayangan Ya'kub. Ia paling tampan diantara saudara-saudaranya. Juga paling patuh. Sewaktu kecil, ia bermimpi sebelas bintang, bulan dan matahari bersujud kepadanya. Ya'kub melarang Yusuf menceritakan mimpi itu pada saudaranya.

Rasa sayang Ya'kub pada Yusuf dan Bunyamin -keduanya anak Rahiel-membuat iri saudaranya. Mereka berkomplot mencelakakan Yusuf. Sebagian ingin membunuh, sebagian lagi ingin membuang jauh, sedangkan Yahudza -seorang saudaranya yang sebenarnya masih mengasihi Yusuf-- mengusulkan agar adiknya itu dibuang ke sumur. Dengan begitu ia akan diselamatkan dan dibawa musafir yang selalu singgah ke sumur-sumur dalam perjalanannya.

Sepuluh saudara itu mendesak ayahnya untuk mengizinkan mereka mengajak Yusuf pergi. Bunyamin yang masih kecil ditinggalkan di rumah. Mereka lalu melaksanakan niatnya. Mereka meninggalkan Yusuf dalam sumur, mengambil bajunya untuk dilumuri darah domba. Pada ayahnya, mereka menyebut Yusuf diterkam binatang liar. Ya'kub tahu kebohongan itu, tapi tak dapat berbuat apapun. Ia lalu tenggelam dalam kesedihan panjang.

Yusuf memang diselamatkan musafir yang menuju Mesir. Pada masa itu, hampir di setiap kota besar selalu terdapat pasar untuk menjual manusia sebagai budak. Yusuf pun dijual sebagai budak dengan harga mahal. Ia dibeli oleh menteri kerajaan bernama Qiftir. Yusuf tumbuh sebagai pemuda berakhlak teguh, cerdas dan tampan. Istri Qiftir, Zulaikha, menggodanya. Yusuf menolak hingga bajunya sobek. Melihat sobekan baju di belakang, kerabat Zulaikha tahu bahwa perempuan itulah yang salah.

Pergunjingan meluas. Zulaikha mencoba menepisnya dengan mengundang para wanita terhormat di masyarakat itu, memberi masing-masing mereka pisau pengupas buah, dan meminta Yusuf keluar menemui mereka. Begitu tercengang mereka melihat Yusuf, hingga tanpa terasa tangannya teriris pisau. Namun untuk menjaga nama baik keluarga Qiftir, Yusuf tetap dijebloskan di penjara. Hal yang juga disyukuri Yusuf karena kini ia manusia merdeka. Bukan lagi budak.

Di penjara, Yusuf mentakwil mimpi dua orang tahanan. Menurut takwil itu, seorang akan dibebaskan dan akan kembali melayani raja. Seorang lagi, mantan bendaharawan kerajaan, akan dihukum mati. Takwil Yusuf ternyata benar. Kemampuannya itu tersiar, ia diminta menakwil mimpi Raja bahwa "tujuh lembu kurus akan memakan tujuh lembu gemuk". Yusuf menjelaskan bahwa akan datang masa subur dengan makanan berlimpah ruah selama tujuh tahun, setelah itu tiba masa kemarau sepanjang tujuh tahun pula.

Lantaran takwilnya, Raja mengangkat Yusuf untuk menjadi menteri urusan pangan dan ekonomi. Ketika masa subur tiba, Kerajaan Mesir meminta rakyatnya menyimpan gandum, kurma dan makanan lain sebanyak-banyaknya untuk masa paceklik mendatang. Berkat kerja Yusuf, kerajaan Mesir tetap berkecukupan pangan di saat kemarau panjang itu tiba. Penduduk kelaparan dari berbagai daerah lain berdatangan ke Mesir untuk membeli pangan dengan sisa kekayaan mereka. Tak terkecuali anak-anak Ya'kub yang dulu mencelakakan Yusuf.

Mereka tak lagi mengenali Yusuf. Mereka dibolehkan kembali ke Mesir asal membawa adiknya yang tertinggal, Bunyamin.
Pada Bunyamin-lah Yusuf mengenalkan siapa dirinya. Ia kemudian membawa Ya'kub dan seluruh keluarganya pindah dari Babilonia ke Mesir. Mimpinya sewaktu kecil kini terbukti. Ia malah diangkat menjadi raja menggantikan raja terdahulu.

Masyarakat tradisional lebih mengenal Yusuf sebagai simbol ketampanan. Banyak perempuan hamil membaca surat Yusuf dalam Quran agar anak yang dikandungnya kelak akan tampan bagai Yusuf atau cantik. Padahal Yusuf tak sekadar tampan. Ia rasul pertama yang memimpin negara. Lebih dari itu, ia berhasil mewujudkan kesejahteraan bagi masyarakatnya.


Zakaria (Zachari)



ZAKARIA adalah keturunan Sulaiman. Ia dan istrinya, Isya, membaktikan diri untuk menjaga Baitul Maqdis -rumah ibadah peninggalan Sulaiman di Yerusalem. Ia terus menyeru kaum kerabatnya, orang-orang Yahudi, yang telah meninggalkan ajaran para nabi terdahulu untuk kembali ke ajaran yang benar. Namun ajakannya tak banyak diikuti kaumnya sampai Zakaria berusia lanjut.

Hingga saat itu, Zakaria belum punya anak yang sangat ia dambakan. Ia kemudian mengangkat Maryam, anak seorang salih bernama Imran. Imran adalah kakak Isya, dengan demikian Maryam juga keponakan istri Zakaria. Imran dibunuh oleh orang Yahudi lainnya. Maryam yang masih bocah pun diperebutkan banyak keluarga untuk dipungut sebagai anak. Zakaria berhasil mendapatkan Maryam setelah memenangkan undian.

Oleh Zakaria, Maryam dibangunkan kamar di Baitul Maqdis. Di sanalah Maryam tinggal dan bermunajat kepada Allah. Kegiatan sehari-hari Maryam adalah membersihkan rumah Allah tersebut. Suatu hari, Zakaria terkejut mendapati buah-buahan di luar musimnya berada di kamar Maryam. Maryam menyatakan pada Zakaria bahwa buah-buahan itu berasal dari Allah.

Zakaria terus berdoa agar dikaruniai keturunan. Allah mengabulkan doa tersebut, dan mengabarkan akan memberi Zakaria seorang anak. Zakaria sempat terkejut. Bagaimana mungkin ia dan istrinya yang sudah sangat tua dapat dikaruniai anak. Ketika itu diperkirakan Zakaria telah berusia lebih dari 100 tahun. Akhirnya keluarga Zakaria memang dikarunia keturunan yang akan melanjutkan tugas dakwahnya, yakni Yahya.

MUHAMMAD

Semasa umat manusia dalam kegelapan dan suasana jahiliyyah, lahirlah seorang bayi pada 12 Rabiul Awal tahun Gajah di Makkah. Bayi yang dilahirkan bakal membawa perubahan besar bagi sejarah peradaban manusia. Bapa bayi tersebut bernama Abdullah bin Abdul Mutallib yang telah wafat sebelum baginda dilahirkan iaitu sewaktu baginda 7 bulan dalam kandungan ibu. Ibunya bernama Aminah binti Wahab. Kehadiran bayi itu disambut dengan penuh kasih sayang dan dibawa ke ka'abah, kemudian diberikan nama Muhammad, nama yang belum pernah wujud sebelumnya.

Selepas itu Muhammad disusukan selama beberapa hari oleh Thuwaiba, budak suruhan Abu Lahab sementara menunggu kedatangan wanita dari Banu Sa'ad. Adat menyusukan bayi sudah menjadi kebiasaan bagi bangsawan-bangsawan Arab di Makkah. Akhir tiba juga wanita dari Banu Sa'ad yang bernama Halimah bin Abi-Dhuaib yang pada mulanya tidak mahu menerima baginda kerana Muhammad seorang anak yatim. Namun begitu, Halimah membawa pulang juga Muhammad ke pedalaman dengan harapan Tuhan akan memberkati keluarganya. Sejak diambilnya Muhammad sebagai anak susuan, kambing ternakan dan susu kambing-kambing tersebut semakin bertambah. Baginda telah tinggal selama 2 tahun di Sahara dan sesudah itu Halimah membawa baginda kembali kepada Aminah dan membawa pulang semula ke pedalaman.


Kisah Dua Malaikat dan Pembedahan Dada Muhammad


Pada usia dua tahun, baginda didatangi oleh dua orang malaikat yang muncul sebagai lelaki yang berpakaian putih. Mereka bertanggungjawab untuk membedah Muhammad. Pada ketika itu, Halimah dan suaminya tidak menyedari akan kejadian tersebut. Hanya anak mereka yang sebaya menyaksikan kedatangan kedua malaikat tersebut lalu mengkhabarkan kepada Halimah. Halimah lantas memeriksa keadaan Muhammad, namun tiada kesan yang aneh ditemui.

Muhammad tinggal di pedalaman bersama keluarga Halimah selama lima tahun. Selama itu baginda mendapat kasih sayang, kebebasan jiwa dan penjagaan yang baik daripada Halimah dan keluarganya. Selepas itu baginda dibawa pulang kepada datuknya Abdul Mutallib di Makkah.

Datuk baginda, Abdul Mutallib amat menyayangi baginda. Ketika Aminah membawa anaknya itu ke Madinah untuk bertemu dengan saudara-maranya, mereka ditemani oleh Umm Aiman, budak suruhan perempuan yang ditinggalkan oleh bapa baginda. Baginda ditunjukkan tempat wafatnya Abdullah serta tempat dia dikuburkan.

Sesudah sebulan mereka berada di Madinah, Aminah pun bersiap sedia untuk pulang semula ke Makkah. Dia dan rombongannya kembali ke Makkah menaiki dua ekor unta yang memang dibawa dari Makkah semasa mereka datang dahulu. Namun begitu, ketika mereka sampai di Abwa, ibunya pula jatuh sakit dan akhirnya meninggal dunia lalu dikuburkan di situ juga.

Muhammad dibawa pulang ke Makkah oleh Umm Aiman dengan perasaan yang sangat sedih. Maka jadilah Muhammad sebagai seorang anak yatim piatu. Tinggallah baginda dengan datuk yang dicintainya dan bapa-bapa saudaranya.

"Bukankah Dia mendapatimu sebagai seorang yatim, lalu Dia melindungimu. Dan Dia mendapatimu sebagai seorang yang bingung lalu Dia memberikan petunjuk" (Surah Ad-Dhuha, 93: 6-7)


Abdul Mutallib Wafat


Kegembiraannya bersama datuk baginda tidak bertahan lama. Ketika baginda berusia lapan tahun, datuk baginda pula meninggal dunia. Kematian Abdul Mutallib menjadi satu kehilangan besar buat Bani Hashim. Dia mempunyai keteguhan hati, berwibawa, pandangan yang bernas, terhormat dan berpengaruh dikalangan orang Arab. Dia selalu menyediakan makanan dan minuman kepada para tetamu yang berziarah dan membantu penduduk Makkah yang dalam kesusahan.


Muhammad diasuh oleh Abu Talib


Selepas kewafatan datuk baginda, Abu Talib mengambil alih tugas bapanya untuk menjaga anak saudaranya Muhammad. Walaupun Abu Talib kurang mampu berbanding saudaranya yang lain, namun dia mempunyai perasaan yang paling halus dan terhormat di kalangan orang-orang Quraisy.Abu Talib menyayangi Muhammad seperti dia menyayangi anak-anaknya sendiri. Dia juga tertarik dengan budi pekerti Muhammad yang mulia.

Pada suatu hari, ketika mereka berkunjung ke Syam untuk berdagang sewaktu Muhammad berusia 12 tahun, mereka bertemu dengan seorang rahib Kristian yang telah dapat melihat tanda-tanda kenabian pada baginda. Lalu rahib tersebut menasihati Abu Talib supaya tidak pergi jauh ke daerah Syam kerana dikhuatiri orang-orang Yahudi akan menyakiti baginda sekiranya diketahui tanda-tanda tersebut. Abu Talib mengikut nasihat rahib tersebut dan dia tidaak banyak membawa harta dari perjalanan tersebut. Dia pulang segera ke Makkah dan mengasuh anak-anaknya yang ramai. Muhammad juga telah menjadi sebahagian dari keluarganya. Baginda mengikut mereka ke pekan-pekan yang berdekatan dan mendengar sajak-sajak oleh penyair-penyair terkenal dan pidato-pidato oleh penduduk Yahudi yang anti Arab.

Baginda juga diberi tugas sebagai pengembala kambing. Baginda mengembala kambing keluarganya dan kambing penduduk Makkah. Baginda selalu berfikir dan merenung tentang kejadian alam semasa menjalankan tugasnya. Oleh sebab itu baginda jauh dari segala pemikiran manusia nafsu manusia duniawi. Baginda terhindar daripada perbuatan yang sia-sia, sesuai dengan gelaran yang diberikan iaitu "Al-Amin".

Selepas baginda mula meningkat dewasa, baginda disuruh oleh bapa saudaranya untuk membawa barang dagangan Khadijah binti Khuwailid, seorang peniaga yang kaya dan dihormati. Baginda melaksanakan tugasnya dengan penuh ikhlas dan jujur. Khadijah amat tertarik dengan perwatakan mulia baginda dan keupayaan baginda sebagai seorang pedagang. Lalu dia meluahkan rasa hatinya untuk berkahwin dengan Muhammad yang berusia 25 tahun ketika itu. Wanita bangsawan yang berusia 40 tahun itu sangat gembira apabila Muhammad menerima lamarannya lalu berlangsunglah perkahwinan mereka berdua. Bermulalah lembaran baru dalam hidup Muhammad dan Khadijah sebagai suami isteri.


Penurunan Wahyu Pertama

Pada usia 40 tahun, Muhammad telah menerima wahyu yang pertama dan diangkat sebagai nabi sekelian alam. Ketika itu, baginda berada di Gua Hira' dan sentiasa merenung dalam kesunyian, memikirkan nasib umat manusia pada zaman itu. Maka datanglah Malaikat Jibril menyapa dan menyuruhnya membaca ayat quran yang pertama diturunkan kepada Muhammad.

"Bacalah dengan nama Tuhanmu Yang menciptakan" (Al-'Alaq, 96: 1)

Rasulullah pulang dengan penuh rasa gementar lalu diselimuti oleh Khadijah yang cuba menenangkan baginda. Apabila semangat baginda mulai pulih, diceritakan kepada Khadijah tentang kejadian yang telah berlaku.

Kemudian baginda mula berdakwah secara sembunyi-sembunyi bermula dengan kaum kerabatnya untuk mengelakkan kecaman yang hebat daripada penduduk Makkah yang menyembah berhala. Khadijah isterinya adalah wanita pertama yang mempercayai kenabian baginda. Manakala Ali bin Abi Talib adalah lelaki pertama yang beriman dengan ajaran baginda.Dakwah yang sedemikian berlangsung selama tiga tahun di kalangan keluarganya sahaja.


Dakwah Secara Terang-terangan

Setelah turunnya wahyu memerintahkan baginda untuk berdakwah secara terang-terangan, maka Rasulullah pun mula menyebarkan ajaran Islam secara lebih meluas.

"Maka sampaikanlah olehmu secara terang-terangan segala apa yang diperintahkan (kepadamu) dan berpalinglah dari orang-orang yang musyrik." (Al-Hijr, 15:94)

Namun begitu, penduduk Quraisy menentang keras ajaran yang dibawa oleh baginda. Mereka memusuhi baginda dan para pengikut baginda termasuk Abu Lahab, bapa saudara baginda sendiri. Tidak pula bagi Abu Talib, dia selalu melindungi anak saudaranya itu namun dia sangat risau akan keselamatan Rasulullah memandangkan tentangan yang hebat dari kaum Quraisy itu. Lalu dia bertanya tentang rancangan Rasulullah seterusnya. Lantas jawab Rasulullah yang bermaksud:

"Wahai bapa saudaraku, andai matahari diletakkan diletakkan di tangan kiriku dan bulan di tangan kananku, agar aku menghentikan seruan ini, aku tidak akan menghentikannya sehingga agama Allah ini meluas ke segala penjuru atau aku binasa kerananya"

Baginda menghadapi pelbagai tekanan, dugaan, penderitaan, cemuhan dan ejekan daripada penduduk-penduduk Makkah yang jahil dan keras hati untuk beriman dengan Allah. Bukan Rasulullah sahaja yang menerima tentangan yang sedemikian, malah para sahabatnya juga turut merasai penderitaan tersebut seperti Amar dan Bilal bin Rabah yang menerima siksaan yang berat.


Kewafatan Khadijah dan Abu Talib

Rasulullah amat sedih melihat tingkahlaku manusia ketika itu terutama kaum Quraisy kerana baginda tahu akan akibat yang akan diterima oleh mereka nanti. Kesedihan itu makin bertambah apabila isteri kesayangannya wafat pada tahun sepuluh kenabiaannya. Isteri bagindalah yang tidak pernah jemu membantu menyebarkan Islam dan mengorbankan jiwa serta hartanya untuk Islam. Dia juga tidak jemu menghiburkan Rasulullah di saat baginda dirundung kesedihan.

Pada tahun itu juga bapa saudara baginda Abu Talib yang mengasuhnya sejak kecil juga meninggal dunia. Maka bertambahlah kesedihan yang dirasai oleh Rasulullah kerana kehilangan orang-orang yang amat disayangi oleh baginda.


Penghijrahan Ke Madinah

Tekanan daripada orang-orang kafir terhadap perjuangan Rasulullah semakin hebat selepas pemergian isteri dan bapa saudara baginda. Maka Rasulullah mengambil keputusan untuk berhijrah ke Madinah berikutan ancaman daripada kafir Quraisy untuk membunuh baginda.

Rasulullah disambut dengan meriahnya oleh para penduduk Madinah. Mereka digelar kaum Muhajirin manakala penduduk-penduduk Madinah dipanggil golongan Ansar. Seruan baginda diterima baik oleh kebanyakan para penduduk Madinah dan sebuah negara Islam didirikan di bawah pimpinan Rasulullas s.a.w sendiri.


Negara Islam Madinah

Negara Islam yang baru dibina di Madinah mendapat tentangan daripada kaum Quraisy di Makkah dan gangguan dari penduduk Yahudi serta kaum bukan Islam yang lain. Namun begitu, Nabi Muhammad s.a.w berjaya juga menubuhkan sebuah negara Islam yang mengamalkan sepenuhnya pentadbiran dan perundangan yang berlandaskan syariat Islam. Baginda dilantik sebagai ketua agama, tentera dan negara. Semua rakyat mendapat hak yang saksama. Piagam Madinah yang merupakan sebuah kanun atau perjanjian bertulis telah dibentuk. Piagam ini mengandungi beberapa fasal yang melibatkan hubungan antara semua rakyat termasuk kaum bukan Islam dan merangkumi aspek politik, sosial, agama, ekonomi dan ketenteraan. Kandungan piagam adalah berdasarkan wahyu dan dijadikan dasar undang-undang Madinah.

Islam adalah agama yang mementingkan kedamaian. Namun begitu, aspek pertahanan amat penting bagi melindungi agama, masyarakat dan negara. Rasulullah telah menyertai 27 kali ekspedisi tentera untuk mempertahan dan menegakkan keadilan Islam. Peperangan yang ditempuhi baginda ialah Perang Badar (623 M/2 H), Perang Uhud (624 M/3 H), Perang Khandak (626 M/5 H) dan Perang Tabuk (630 M/9 H). Namun tidak semua peperangan diakhiri dengan kemenangan.

Pada tahun 625 M/ 4 Hijrah, Perjanjian Hudaibiyah telah dimeterai antara penduduk Islam Madinah dan kaum Musyrikin Makkah. Maka dengan itu, negara Islam Madinah telah diiktiraf. Nabi Muhammad s.a.w. juga telah berjaya membuka semula kota Makkah pada 630 M/9 H bersama dengan 10 000 orang para pengikutnya.

Perang terakhir yang disertai oleh Rasulullah ialah Perang Tabuk dan baginda dan pengikutnya berjaya mendapat kemenangan. Pada tahun berikutnya, baginda telah menunaikan haji bersama-sama dengan 100 000 orang pengikutnya. Baginda juga telah menyampaikan amanat baginda yang terakhir pada tahun itu juga. Sabda baginda yang bermaksud:

"Wahai sekalian manusia, ketahuilah bahawa Tuhan kamu Maha Esa dan kamu semua adalah daripada satu keturunan iaitu keturunan Nabi Adam a.s. Semulia-mulia manusia di antara kamu di sisi Allah s.w.t. ialah orang yang paling bertakwa. Aku telah tinggalkan kepada kamu dua perkara dan kamu tidak akan sesat selama-lamanya selagi kamu berpegang teguh dengan dua perkara itu, iaitu kitab al-Quran dan Sunnah Rasulullah."


Kewafatan Nabi Muhammad s.a.w

Baginda telah wafat pada bulan Jun tahun 632 M/12 Rabiul Awal tahun 11 Hijrah. Baginda wafat setelah selesai melaksanakan tugasnya sebagai rasul dan pemimpin negara. Baginda berjaya membawa manusia ke jalan yang benar dan menjadi seorang pemimpin yang bertanggungjawab, berilmu dan berkebolehan. Rasulullah adalah contoh terbaik bagi semua manusia sepanjang zaman.


***MUHAMMAD adalah keturunan Nabi Ismail--nabi dengan 12 putra yang menjadi cikal bakal bangsa Arab. Para nenek moyang Muhammad adalah penjaga Baitullah sekaligus pemimpin masyarakat di Mekah, tempat yang menjadi tujuan bangsa Arab dari berbagai penjuru untuk berziarah setahun sekali. Tradisi ziarah yang sekarang, di masa Islam, menjadi ibadah haji. Salah seorang yang menonjol adalah Qusay yang hidup sekitar abad kelima Masehi.

Tugas Qusay sebagai penjaga ka'bah adalah memegang kunci ('hijabah'), mengangkat panglima perang dengan memberikan bendera simbol yang dipegangnya ('liwa'), menerima tamu ('wifadah') serta menyediakan minum bagi para peziarah ('siqayah').

Ketika lanjut usia, Qusay menyerahkan mandat terhormat itu pada pada anak tertuanya, Abdud-Dar. Namun anak keduanya, Abdul Manaf, lebih disegani warga. Anak Abdul Manaf adalah Muthalib, serta si kembar siam Hasyim dan Abdu Syam yang harus dipisah dengan pisau. Darah tumpah saat pemisahan mereka, diyakini orang Arab sebagai pertanda keturunan mereka bakal berseteru.

Anak-anak Abdul Manaf mencoba merebut hak menjaga Baitullah dari anak-anak Abdud-Dar yang kurang berwibawa di masyarakat. Pertikaian senjata nyaris terjadi. Kompromi disepakati. Separuh hak, yakni menerima tamu dan menyediakan minum, diberikan pada anak-anak Abdul Manaf. Hasyim yang dipercaya memegang amanat tersebut.

Anak Abdu Syam, Umayah, mencoba merebut mandat itu. Hakim memutuskan bahwa hak tersebut tetap pada Hasyim. Umayah, sesuai perjanjian, dipaksa meninggalkan Makkah. Keturunan Umayah -seperti Abu Sofyan maupun Muawiyah- kelak memang bermusuhan dengan keturunan Hasyim.

Hasyim lalu menikahi Salma binti Amr dari Bani Khazraj -perempuan sangat terhormat di Yatsrib atau Madinah. Mereka berputra Syaibah (yang berarti uban) yang di masa tuanya dikenal sebagai Abdul Muthalib -kakek Muhammad. Inilah ikatan kuat Muhammad dengan Madinah, kota yang dipilihnya sebagai tempat hijrah saat dimusuhi warga Mekah. Syaibah tinggal di Madinah sampai Muthalib -yang menggantikan Hasyim karena wafat-menjemputnya untuk dibawa ke Mekah. Warga Mekah sempat menyangka Syaibah sebagai budak Muthalib, maka ia dipanggil dengan sebutan Abdul Muthalib.

Abdul Muthalib mewarisi kehormatan menjaga Baitullah dan memimpin masyarakatnya. Namanya semakin menjulang setelah ia dan anaknya, Harits, berhasil menggali dan menemukan kembali sumur Zamzam yang telah lama hilang. Namun ia juga sempat berbuat fatal: berjanji akan mengorbankan (menyembelih) seorang anaknya bila ia dikaruniai 10 anak. Begitu mempunyai 10 anak, maka ia hendak melaksanakan janjinya. Nama sepuluh anaknya dia undi ('kidah') di depan arca Hubal. Abdullah -ayah Muhammad-yang terpilih.

Masyarakat menentang rencana Abdul Muthalib. Mereka menyarankannya agar menghubungi perempuan ahli nujum. Ahli nujum tersebut mengatakan bahwa pengorbanan itu boleh diganti dengan unta asalkan nama unta dan Abdullah diundi. Mula-mula sepuluh unta yang dipertaruhkan. Namun tetap Abdullah yang terpilih oleh undian. Jumlah unta terus ditambah sepuluh demi sepuluh. Baru setelah seratus unta, untalah yang keluar dalam undian, meskipun itu diulang tiga kali. Abdullah selamat.
Peristiwa besar yang terjadi di masa Abdul Muthalib adalah rencana penghancuran Ka'bah. Seorang panglima perang Kerajaan Habsyi (kini Ethiopia) yang beragama Nasrani, Abrahah, mengangkat diri sebagai Gubernur Yaman setelah ia menghancurkan Kerajaan Yahudi di wilayah itu. Ia terganggu dengan reputasi Mekah yang menjadi tempat ziarah orang-orang Arab. Ia membangun Ka'bah baru dan megah di Yaman, serta akan menghancurkan Ka'bah di Mekah. Abrahah mengerahkan pasukan gajahnya untuk menyerbu Mekah.

Mendekati Mekah, Abrahah menugasi pembantunya -Hunata-untuk menemui Abdul Muthalib. Hunata dan Abdul Muthalib menemui Abrahah yang berjanji tak akan mengganggu warga bila mereka dibiarkan menghancurkan Baitullah. Abdul Muthalib pasrah. Menjelang penghancuran Ka'bah terjadilah petaka tersebut. Qur'an menyebut peristiwa yang menewaskan Abrahah dan pasukannya dalam Surat Al-Fil. "Dan Dia mengirimkan kepada mereka "Toiron Ababil", yang melempari mereka dengan batu-batu cadas yang terbakar, maka Dia jadikan mereka bagai daun dimakan ulat".

Pendapat umum menyebut "Toiron Ababil" sebagai "Burung Ababil" atau "Burung yang berbondong-bondong". Buku "Sejarah Hidup Muhammad" yang ditulis Muhammad Husain Haekal mengemukakannya sebagai wabah kuman cacar (mungkin maksudnya wabah Sampar atau Anthrax -penyakit serupa yang menewaskan sepertiga warga Eropa dan Timur Tengah di abad 14). Namun ada pula analisa yang menyebut pada tahun-tahun itu memang terjadi hujan meteor -hujan batu panas yang berjatuhan atau 'terbang' dari langit. Wallahua'lam. Yang pasti masa tersebut dikenal sebagai Tahun Gajah yang juga merupakan tahun kelahiran Muhammad.

Pada masa itu, Abdullah putra Abdul Muthalib telah menikahi Aminah. Ia kemudian pergi berbisnis ke Syria. Dalam perjalanan pulang, Abdullah jatuh sakit dan meninggal di Madinah. Muhammad lahir setelah ayahnya meninggal. Hari kelahirannya dipertentangkan orang. Namun, pendapat Ibn Ishaq dan kawan-kawan yang paling banyak diyakini masyarakat: yakni bahwa Muhammad dilahirkan pada 12 Rabiul Awal. Orientalis Caussin de Perceval dalam 'Essai sur L'Histoire des Arabes' yang dikutip Haekal menyebut masa kelahiran Muhammad adalah Agustus 570 Masehi. Ia dilahirkan di rumah kakeknya -tempat yang kini tak jauh dari Masjidil Haram.

Bayi itu dibawa Abdul Muthalib ke depan Ka'bah dan diberi nama Muhammad yang berarti "terpuji". Suatu nama yang tak lazim pada masa itu. Konon, Abdul Muthalib sempat hendak memberi nama bayi itu Qustam -serupa nama anaknya yang telah meninggal. Namun Aminah -berdasarkan ilham-mengusulkan nama Muhammad itu.

Bunda Muhammad SAW

Siti Aminah binti Wahb

Kurun kurang lebih 650 tahun kemudian, di bumi Hijaz muncul rangkaian wanita mulia selanjutnya, yakni ibunda Muhammad Rasulullah Saw, Siti Aminah binti Wahb. Ia adalah wanita suci yang berasal dari keturunan yang tidak pernah ternoda kehormatannya.

Keterangan mengenahi hal ini dapat disimak dalam hadits Nabi sebagai beriut, "Dan selanjutnya Allah memindahkan aku dari tulang sulbi yang baik ke dalam rahim yang suci, jernih dan terpelihara. Tiap tulang sulbi itu bercabang menjadi dua. Aku berada dalam yang terbaik dari keduanya itu." (hadits syarif)

Menurut Al Hamid Al-Hamidi dalam Baitun Nubuwwah-nya mengatakan, makna umum dari hadits tersebut ialah bahwa dari silsilah pihak ayah, Rasulullah saw berasal dari keturunan yang suci dan bersih dari perbuatan tercela. Demikian pula dilihat dari silsilah ibunya, beliaupun berasal dari keturunan yang tidak pernah ternoda kehormatannya.

Aminah binti Wahb lahir dari silsilah tua pasangan suami istri bernama Wahb dan Barrah. Yang satu berasal dari Bani Abdu Manaf bin Zuhrah bin Kilab dan yang lain berasal dari bani Abdul Manaf bin Quraisy bin Kilab. Jadi, pada Kilab-lah akar silsilah ayah dan ibu Aminah binti Wahb.

Suami Aminah binti Wahb, Abdullah bin Abdul Muthalib, seorang pria dari Quraisy yang berbudi luhur. Ayah Abdullah, Abdul Muthalib adalah pria yang disegani. Bahkan kedudukannya sangat dihormati dan dicintai oleh semua penduduk Makkah, baik yang berasal dari kabilah Quraisy maupun dari kabilah lain.

Beberapa minggu setelah pernikahan Aminah dengan Abdullah, pada suatu malam ia bermimpi ada cahaya yang menerangi dirinya. Sungguh terangnya cahaya itu, hingga seolah-olah Aminah dapat melihat istana-istana di Bushara dan di negeri Syam. Tidak berapa lama sesudah itu, ia mendengar suara yang berkata. "Engkau telah hamil dan akan melahirkan seorang termulia di kalangan ummat ini."

Dengan gembira Aminah menceritakan mimpinya itu kepada suaminya. Betapa gembiranya Abdullah mendengar kabar tersebut. Akan tetapi rasa gembira itu hanya berlangsung sejenak, yang disusul dengan kesedihan, karena ia harus bergabung dengan kafilah dagang Quraisy. Tidak diketahui entah untuk berapa lama perpisahan itu harus terjadi.

Bahkan ketika sebulan sudah berlalu Abdullah belum juga pulang. Hari berganti hari dan minggu berganti bulan, Aminah tetap tinggal di rumah, bahkan lebih sering di tempat tidur. Satu-satunya yang menghibur adalah keluarga Abdul Muthalib yang bertutur kata manis dan meriangkan.

Sebagaimana lazimnya wanita yag mengandung, Aminah juga mengidam. Namun keidaman yang dirasakannya itu tidak seberat yang dirasakan wanita lain. Dengan kehamilannya itu Aminah makin merindukan suaminya yang sedang bepergian jauh.

Pada suatu pagi, rombongan kafilah berjalan memasuki kota Makkah. Betapa senangnya Aminah karena beberapa saat lagi ia akan bertemu kembali dengan suami terkasihnya. Tapi hingga rombongan terakhir ia tidak mendapati Abdullah. Setengah berputus ada, ia masuk ke dalam kamar dan berbaring. Baru beberapa saat ia merebahkan diri, tiba-tiba ia mendengar suara pintu diketuk orang. Adakah yang datang suaminya? Ia pun segera bangun membuka pintu, ternyata yang datang bukan Abdullah, melainkan mertuanya, Abdul Muthalib bin Hasyim, ditemani ayahnya sendiri, Wahb, dan beberapa orang dari bani Hasyim. Dengan penuh perhatian Aminah mendengarkan kata-kata ayahnya. "Aminah, tabahkan hatimu menghadapi soal-soal yang mencemaskan. Kafilah yang kita nantikan kedatangannya telah tiba kembali di Makkah. Ketika kami tanyakan kepada mereka tentang keberadaan suamimu, mereka memberitahu, bahwa suamimu mendadak sakit dalam perjalanan pulang. Setelah sembuh ia akan segera kembali dengan selamat..." hiburnya.

Dua bulan Aminah menunggu, diutuslah Al-Harits oleh Abdul Muthalib untuk menyusul Abdullah ke Yatsrib (Madinah) yang sedang sakit. Akan tetapi kedatangan Al-Harits dari Yatsrib (Madinah) disambut duka cita yang mendalam setelah mengabarkan, bahwa Abdullah telah wafat, di tengah kaum kerabatnya, Bani Makhzum.

Betapa hancur hati Aminah mendengar berita yang sangat menyedihkan itu. Dua bulan ia menunggu kedatangan suaminya yang meninggalkan rumah dalam keadaan pengantin baru, tetapi yang datang bukan Abdullah, melainkan berita wafatnya.

Akan tetapi akhirnya Aminah menyadari setelah ia memahami hikmah kejadian yang memilukan itu. Pada waktu masih jejaka, Abdullah nyaris dikorbankan nyawanya untuk memenuhi nadzar ayahnya, Abdul Muthalib. Ia selamat berkat perubahan sikap ayahnya yang bersedia menebus nadzarnya dengan menyembelih seratus ekor unta. Tampaknya Allah memberi kesempatan hidup sementara kepada Abdullah hingga ia meninggalkan janin dalam kandungan istrinya.

Beberapa minggu menjelang kelahiran Muhammad, kota Makkah akan diserbu oleh Abrahah, penguasa dari Yaman yang akan menghancurkan Ka'bah. Akan tetapi sebagaimana diketahui, sebelum niatnya terwujud, Abrahah beserta beserta seluruh bala tentaranya dihancurkan oleh Allah swt.

Aminah melahirkan puteranya menjelang fajar hari Senin bulan Rabi'ul Awwal tahun Gajah. Saat itu ia berada seorang diri di dalam rumah, hanya ditemani seorang pembantunya, Barakah Ummu Aiman. Karena kondisi kesehatnnya yang memburuk, Aminah tidak dapat mengeluarkan air susu. Penyusuan bayi yang oleh kakeknya diberi nama Muhammad diserahkan kepada Tsuaibah Al-Aslamiyah. Selanjutnya penyusuan berpindah kepada Halimah as- Sa'diyah, seorang wanita yang berasal dari Bani Sa'ad bin Bakr.

Setelah mencapai usia lima tahun Muhammad dikembalikan kepada ibunya, Aminah. Pada kesempatan itu Aminah bermaksud mengajak buah hatinya berziarah ke makam ayahnya, Abdullah. Akan tetapi sungguh malang, dalam perjalanan pulang dari Madinah ke Makkah, bunda Muhammad saw, ini wafat di sebuah pedusunan bernama Abwa, terletak di antara Madinah dan Makkah. Selamat jalan ibu dari manusia termulia Muhammad saw.


Sumber: Hidayatullah.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar